Mohon tunggu...
Parlin Pakpahan
Parlin Pakpahan Mohon Tunggu... Lainnya - Saya seorang pensiunan pemerintah yang masih aktif membaca dan menulis.

Keluarga saya tidak besar. Saya dan isteri dengan 4 orang anak yi 3 perempuan dan 1 lelaki. Kami terpencar di 2 kota yi Malang, Jawa timur dan Jakarta.

Selanjutnya

Tutup

Vox Pop Pilihan

Beternak Angsa Bertelur Emas Dalam Rangka Penghancuran Neo Kolonialisme

30 November 2023   16:44 Diperbarui: 30 November 2023   16:44 289
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Beberapa negara Barat, terutama yang memiliki sejarah kolonial yang kompleks, mungkin berusaha untuk memperbaiki hubungan dengan negara-negara berkembang. Ini antara lain melibatkan upaya-upaya diplomatik, kemitraan pembangunan, atau dukungan terhadap proyek-proyek pembangunan yang berfokus pada keberlanjutan dan pemberdayaan lokal.

Negara-negara Barat juga sering berpartisipasi dalam organisasi internasional yang berupaya untuk mengatasi ketidaksetaraan global dan mempromosikan pembangunan berkelanjutan. Upaya ini mencakup dukungan untuk program-program kesejahteraan, hak asasi manusia, dan proyek-proyek pembangunan.

Berbeda dengan dunia Barat, China tidak pernah menjajah negara lain. Seperti banyak negara lainnya, negara ini juga menjadi korban invasi imperialis dalam sejarah modernnya. Dalam diplomasi kontemporernya, China memperlakukan semua negara, besar atau kecil, kuat atau lemah, kaya atau miskin, setara dan tidak mencampuri urusan dalam negeri negara lain.

China sendiri telah mengalami invasi dan gangguan imperialisme selama sejarah modernnya, termasuk Perang Opium dan periode invasi oleh kekuatan asing pada abad ke-19 dan awal abad ke-20. Pengalaman ini membentuk pandangan China terhadap kedaulatan nasional dan kebijakan luar negerinya.

Dalam diplomasi kontemporer, China sering menekankan prinsip-prinsip non-intervensi dan keseimbangan kekuatan. Prinsip "tidak mencampuri urusan dalam negeri negara lain" adalah salah satu pilar dari kebijakan luar negeri China. China menyatakan bahwa setiap negara, besar atau kecil, harus dihormati dan memiliki hak untuk menentukan jalur pembangunannya sendiri sesuai dengan kondisi dan keinginan nasionalnya.

Pendekatan ini tercermin dalam inisiatif seperti BRI, di mana China berusaha untuk membangun kemitraan ekonomi dan infrastruktur dengan negara-negara di seluruh dunia. Dalam proses ini, China umumnya menawarkan pendekatan yang lebih "non-intervensionis" dibandingkan sejumlah negara Barat.


Kecurigaan dan jebakan utang

Meski China telah menegaskan prinsip non-intervensi, terdapat pandangan beragam terkait dengan sejauh mana China benar-benar mempraktekkannya. Beberapa kritikus menunjukkan China mungkin menggunakan pengaruh ekonominya untuk mencapai tujuan politik atau memperoleh keuntungan strategis di tingkat internasional. Sebagai negara yang semakin berpengaruh secara global, China juga dihadapkan pada tantangan dan pertanyaan terkait dengan peran dan dampaknya di dunia internasional.

"Jebakan utang" misalnya sudah kesohor sebagai istilah yang mendukung klaim "neokolonialisme China". China menolak argumen yang tidak memiliki logika mendasar yang terutama berfungsi sebagai taktik politik negara-negara tertentu untuk mencoreng reputasi China dan menciptakan perpecahan antara China dan mitra-mitra Belt and Road-nya.

Jebakan utang yang terkait dengan proyek-proyek investasi dan pemberian pinjaman oleh China, terutama melalui BRI, memang menjadi topik perdebatan dan analisis yang signifikan di tingkat internasional. KCIC Whoosh atau  Kereta Cepat Indonesia-China misalnya. Betapa utang Indonesia untuk sepenggal kereta cepat Jakarta-Bandung itu paling tidak 40 tahun ke depan baru akan lunas. Pihak Barat dan beberapa pengamat telah menyuarakan keprihatinan terkait potensi dampak ekonomi dan politik jangka panjang dari utang yang diberikan oleh China kepada negara-negara penerima.

Beberapa proyek infrastruktur yang didanai oleh China di beberapa negara memiliki syarat-syarat pinjaman yang tidak selalu transparan. Kritikus menyoroti bahwa kondisi pinjaman yang tidak jelas ini dapat membawa risiko finansial dan memberikan kekuatan tawar yang tinggi kepada China.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Vox Pop Selengkapnya
Lihat Vox Pop Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun