Mohon tunggu...
parlindungan siregar
parlindungan siregar Mohon Tunggu... pegawai negeri -

DAFTAR RIWAYAT HIDUP N a m a Dr.Parlindungan Siregar, MA. Tempat/Tanggal Lahir Kota Pinang, 15 Januari 1959, Dosen Tetap Fakultas Adab Dan Humaniora UIN Jakarta. Alamat Jalan Delima Jaya I Rt. No. 17A Rt 08/02 Rempoa Ciputat Timur Tangerang Selatan Prov. Banten Telp./HP 0815 1930 6611 dan 081385234485 Pendidikan Terakhir S3 UIN Jakarta Hobbi Olah raga berjalan pagi mengelilingi Situ Gintung Motto Sedikit lebih baik daripada tidak sama sekali (little is better than none)

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Kembali ke Jalan Ukhuwah

8 Februari 2015   23:33 Diperbarui: 17 Juni 2015   11:35 31
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

KEMBALI KE JALAN UKHUWWAH

اِنَّمـا المُؤْمـِـنـُوْنَ إخْـوَة .....

“Sesungguhnya orang-orang yang beriman itu bersaudara.” Q.S. Al-Hujurat, 49: 10

Akhir-akhir ini gejala-gejala menurunnya semangat ukhuwwah semakin tampak ke permukaan yang ditandai oleh perseteruan antara para elit, penelantaran kaum dhu’afa, berkurangnya solidaritas sesama anak bangsa, dan lain sebagainya. Walhasil, semboyan gemah ripah loh jinawi; Indonesia negeri yang kaya alamnya, ramah penduduknya, dan tenteram hidupnya hanya terbatas dalam ucapan.

Jika bertolak dari hadis riwayat Muslim yang diriwayatkan dari Abu Hurairah, maka penyebab utamanya berasal dari internal umat yakni penyakit kanker masyarakat yang sudah berada pada stadium tinggi, yakni prasangka buruk, mencari-cari kesalahan orang lain, menguping rahasia orang lain untuk kemudian membukanya, persaingan tidak sehat, dengki, saling membenci, dan saling membelakangi atau memutuskan hubungan silaturrahmi. Faktor eksternal yang berasal dari umat lain turut pula menipiskan semangat ukhuwwah.

Upaya mewujudkan masyarakat yang damai karena damai itu indah, memiliki ghirah bekerjasama dan saling sayang-menyayangi di kalangan masyarakat Muslim adalah dengan kembali ke jalan ukhuwwah. Pertama,semangat mendahulukan orang lain adalah kata kuncinya. Hal ini sejalan dengan firman Allah, “… mereka mengutamakan (orang-orang muhajirin) atas diri mereka sendiri; sekalipun mereka memerlukan (apa yang mereka berikan itu).” Q.S. al-Hasyr, 59: 9.

Kedua, persaudaraan prinsipnya diikat oleh pertalian-pertalian darah dan turunan (biologis),hubungan perkawinan, keluarga, budaya, adat-istiadat (etnologis), cita-cita (ideologis), kepentingan, suku, dan bangsa. Sekalipun demikian, Islam mengajarkan persaudaraan dalam ruang lingkup yang lebih luas serta perlu ditingkatkan, yakni persaudaraan yang diikat oleh persamaan akidah (keyakinan), sesama orang mukmin bersaudara. Dimana dan kapanpun umat mukmin adalah bersaudara.

Ketiga, Rasulullah Saw.dalam membangun persaudaraan (ukhuwwah) mengungkapkan berbagai metafora misalnya; orang mukmin itu “bagai sebuah bangunan rumah yang komponen materialnya saling mengikat dan menopang,” “bagai dua tangan yang harus saling bersih memberihkan,” dan “bagai batang tubuh yang jika salah satu anggotanya merasa sakit maka akan terasa meriang dan panas sekujur tubuh.” Methapora-mtafora yang diungkap oleh Rasulullah Saw. di atas menggambarkan bagaimana dekatnya hubungan persaudaraan sesama orang beriman yang pada intinya persaudaraan itu tidak disekat oleh dinding-dinding bahasa, warna kulit, warga negara, status sosial, yang terpenting adalah adanya ikatan batiniah yang kuat.

Sebelum kedatangan Islam, masyarakat Arab dikenal dengan kabilah-kabilah atau suku-sukunya yang satu suku dengan suku lainnya sering terlibat perselisihan dan permusuhan. Yatsrib (Madinah sekarang) dihuni oleh berbagai suku; Awus, Khazraj, Quraidzah, Qainuqa’, Bani Nadhir, dan sebagainya. Sesama mereka sering melakukan petumpahan darah, berperang hanya karena masalah sangat sepele. Rasulullah datang atas undangan sebagian dari mereka. Kedatangan Rasulullah Saw. ke Yatsrib membawa perubahan dan angin segar bagi kehidupan mereka yakni kedamaian dan kesejahteraan karena Rasullullah Saw. mempersaudarkan mereka dalam satu ikatan batiniah yaitu Islam. Bahkan Rasulullah Saw. membangun rasa kebersaman dengan non-Muslim dengan membuat kontrak sosial sebagai tercantum dalam Piagam Madinah.

Jalan kempat menuju jalanukhuwwah (persaudaraan) adalah dengan memperhatikan keadaan orang-orang mukmin lainnya. Mari kita perhatikan riwayat-riwayat di bawah ini:

Diriwayatkan dari Abi Sa’id al-Hudri bahwa Rasulullah Saw. bersabda, “Barang siapa mempunyai kelebihan tenaga maka hendaklah ia berikan kepada orang yang tidak mempunyai tenaga dan barangsiapa yang mempunyai kelebihan bekal, hendaklah ia berikan kepada orang yang tidak mempunyai bekal. Selanjutnya beliau menyebutkan beberapa macam benda sebagaimana yang tersebut, sehingga kami tidak mempunyai seorangpun di antara kami yang mempunyai kelebihan hak.” Riwayat Muslim

Diriwayatkan pula dari Abu Musa bahwa Rasulullah Saw. bersabda, “Berilah makan orang yang lapar dan lepaskanlah orang yang dalam penderitaan.” Riwayat Bukhari

Suatu ketika Rasulullahberkata, “Barang siapa tidak menaruh belas kasihan kepada manusia, maka Allah tidak menaruh balas kasihan kepadanya.” Riwayat Bukhari dan Muslim

Dari Abdurrahman bin Abu Bakar Siddiq bahwa Rasuluuah Saw. berkata, “Barang siapa yang mempunyai makanan untuk dua orang, maka hendaklah ia pergi kepada orang ketiga, dan barang siapa yang mempunyai makanan untuk empat orang, maka hendakla ia pergi kepada orang yang kelima atau yang keenam.” Riwayat Bukhari

Disamping Rasulullah Saw. adalah para sahabat beliau yang dapat kita jadikan tauladan dalam membangun persaudaraan dengan cara memperhatikan orang-orang yang lemah dalam berbagai aspek kehidupan dan serba ketidakmampuan dalam memenuhi kebutuhan hidupnya.

Umar bin Khattab berkata, “Kalau seandainya apa yang aku urus ini sudah sejak dulu, niscaya aku akan memungut kelebihan harta orang-orang kaya itu lalu akan aku bagikan kepada orang-orang fakir muhajirin.”

Beliau juga pernah mengatakan, “Di dalam harta kekayaanmu ada suatu hak (bagian) yang dikeluarkan selain zakat.

Ali bin Abi Thalibberkata, “Sesungguhnya Allah Swt. menentukan (= mewajibkan) atas orang-orang kaya bahwa di dalam harta-harta mereka ada bagian yang harus dikeluarkan menurut ukuran yang dapat mencukupi kebutuhan orang-orang di antara mereka, apabila mereka menderita lapar, telanjang, atau terlantar. Kemudian kalau orang-orang kaya tersebut enggan mengeluarkannya niscaya Allah akan melakukan perhitungan kepada mereka kelak pada hari kiamat dan akan menyiksa mereka karena perbuatannya itu.”

Riwayat-riwayat di atas menunjukkan betapa perlunya memperhatikan keadaan sesama mukmin. Rasulullah dan para sahabatnya merupakan pemimpin masyarakat yang sangat memperhatikan masyarakat dalam rangka mewujudkan rasa emapati, simpati, dan persaudaraan. Jika demikian, maka pemimpin bangsa ini juga harus menaladani Rasulullah dan sahabat-sahabatnya menjadi 1) pemimpin yang memiliki integritas tinggi yang kata dan perbuatannya dapat ia pertanggungjawabkan di hadapan ummat dan Allah. 2) Pemimpin yang jauh dari sifat-sifat despotisme, militerisme, fasisme, adigang, adigung, adiguna. 3) Pemimpin yang partisipatif dan terbuka bagi kritik. 4) Pemimpin yang membela orang lemah. 5) Pemimpin yang konsisten dalam perjuangan, dan 6) Pemimpin yang amanah.

Dr. Parlindungan Siregar, MA.

Muballigh Dewan Da’wah Jakarta

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun