Disusun oleh :
Adhin Liswanda, Agni inne indriani, Fitri ayu chantika.
Dosen Pembimbing Ns. Ludovikus, M.Kep.
Pendahuluan
Dalam dunia medis modern, asuhan keperawatan telah berkembang melampaui sekadar perawatan fisik. Konsep keperawatan holistik menjadi landasan penting, yang memandang pasien sebagai individu seutuhnya meliputi aspek fisik, psikologis, sosial, dan spiritual. Namun, pemahaman holistik ini tidak akan lengkap tanpa mengintegrasikan nilai-nilai agama, moral, dan etika. Ketiga elemen ini tidak hanya membimbing perilaku perawat, tetapi juga menumbuhkan rasa empati dan kepercayaan, pada akhirnya meningkatkan kualitas perawatan pasien secara keseluruhan.
Asuhan keperawatan holistik merupakan pendekatan komprehensif dalam merawat pasien yang tidak hanya fokus pada aspek fisik, tetapi juga mencakup dimensi emosional, sosial, spiritual, dan lingkungan. Konsep ini didasarkan pada pemahaman bahwa manusia adalah makhluk utuh yang saling terkait, sebagaimana dikemukakan oleh teori keperawatan holistik dari Florence Nightingale hingga model-model kontemporer seperti Model Betty Neuman. Dalam konteks ini, penerapan agama, moral, dan etika menjadi elemen krusial yang mendukung kualitas perawatan.
Agama memberikan dimensi spiritual yang mendalam bagi pasien, moral membentuk landasan nilai-nilai universal, sedangkan etika menyediakan kerangka profesional untuk pengambilan keputusan. Ketiganya saling melengkapi dalam asuhan holistik, memastikan bahwa perawat tidak hanya menyembuhkan tubuh, tetapi juga jiwa dan hati nurani pasien. Artikel ini akan membahas penerapan ketiga elemen tersebut dalam praktik keperawatan holistik, dengan tujuan memberikan wawasan bagi perawat dan mahasiswa keperawatan.
1. Penerapan Agama dalam Asuhan Keperawatan Holistik
Agama memainkan peran sentral dalam kehidupan banyak individu, terutama saat menghadapi penyakit atau krisis kesehatan. Dalam asuhan holistik, perawat harus menghormati dan mengintegrasikan keyakinan agama pasien untuk menciptakan rasa aman dan harapan. Menurut American Holistic Nurses Association (AHNA), dimensi spiritual adalah bagian integral dari kesehatan holistik. Salah satu penerapan utama adalah penilaian spiritual pasien saat asesmen awal. Perawat dapat menggunakan alat seperti FICA (Faith, Importance, Community, Address) untuk mengeksplorasi keyakinan agama pasien Misalnya, bagi pasien muslim yang menjalani puasa Ramadan, perawat harus menyesuaikan jadwal pemberian obat agar tidak melanggar aturan agama, kecuali ada indikasi medis darurat. Demikian pula, bagi pasien Kristen yang meminta doa bersama atau akses ke pendeta, perawat dapat memfasilitasi hal tersebut untuk mendukung proses penyembuhan.
2. Penerapan Moral dalam Asuhan Keperawatan Holistik
Moral merujuk pada prinsip-prinsip nilai yang membedakan benar dan salah, yang sering kali bersumber dari norma sosial, budaya, dan pribadi. Dalam keperawatan holistik, moral menjadi panduan untuk membangun hubungan terapeutik yang penuh empati dan keadilan. Moral bukanlah aturan kaku, melainkan kompas internal yang membantu perawat merespons kebutuhan pasien secara manusiawi.
Contoh penerapan moral adalah dalam situasi end of life care. Perawat yang berpegang pada nilai moral seperti welas asih (compassion) akan mendampingi pasien dan keluarga dengan sabar, bahkan ketika prosesnya emosional. Di Indonesia, nilai moral seperti gotong royong dan musyawarah sering terintegrasi dalam perawatan komunitas, di mana perawat melibatkan keluarga pasien untuk mendukung pemulihan holistik.
Selain itu, moral mendorong perawat untuk menghindari diskriminasi. Seorang perawat harus memperlakukan pasien dari latar belakang berbeda dengan hormat yang sama, tanpa prasangka berdasarkan status sosial atau etnis. Menurut Kode Etik Keperawatan Indonesia (Persatuan Perawat Nasional Indonesia/PPNI, 2018), moralitas perawat mencakup integritas dan tanggung jawab, yang mendukung asuhan holistik dengan memastikan pasien merasa dihargai sebagai individu utuh. Penerapan moral juga terlihat dalam  pengambilan keputusan etis sehari-hari, seperti menjaga kerahasiaan informasi pasien. Ini bukan hanya kewajiban hukum, tetapi juga moral untuk melindungi martabat manusia, yang merupakan inti dari pendekatan holistik.
3. Penerapan Etika dalam Asuhan Keperawatan Holistik
 Etika keperawatan adalah cabang filsafat yang memberikan kerangka normatif untuk praktik profesional. Prinsip etika utama menurut Beauchamp dan Childress (2019) meliputi otonomi (kebebasan pasien), beneficence (kebaikan), non-maleficence (tidak membahayakan), dan justice (keadilan). Dalam asuhan holistik, etika memastikan bahwa perawatan tidak hanya efektif secara medis, tetapi juga adil dan berkelanjutan. Penerapan etika dimulai dari informed consent, di mana perawat menjelaskan prosedur dengan bahasa yang mudah dipahami, menghormati otonomi pasien.
 Misalnya, dalam kasus pasien yang menolak transfusi darah karena keyakinan agama (seperti Saksi Yehova), perawat harus mencari alternatif seperti terapi non-invasif, sambil memastikan beneficence.Etika juga mengatasi dilema seperti alokasi sumber daya terbatas di rumah sakit. Dalam pandemi COVID-19, perawat di Indonesia menerapkan prinsip justice untuk memprioritaskan pasien berdasarkan kebutuhan medis, bukan status sosial. Selain itu, etika holistik menekankan kolaborasi interdisipliner, di mana perawat bekerja sama dengan dokter, psikolog, dan pemuka agama untuk perawatan terintegrasi.
4. Integrasi Agama, Moral, dan Etika dalam Praktik Holistik
 Integrasi ketiga elemen ini menciptakan asuhan keperawatan yang benar-benar holistik. Agama memberikan fondasi spiritual, moral menyediakan nilai-nilai pribadi, dan etika menawarkan struktur profesional. Misalnya, dalam merawat pasien kanker terminal, perawat dapat mengintegrasikan doa agama untuk dukungan spiritual, empati moral untuk kenyamanan emosional, dan etika untuk memastikan pilihan pasien dihormati.
Kesimpulan
 Penerapan agama, moral, dan etika dalam asuhan keperawatan holistik bukan hanya kewajiban, tetapi juga kunci untuk mencapai kesehatan yang optimal. Dengan menghormati dimensi spiritual dan nilai-nilai pasien, perawat dapat membangun kepercayaan dan mempercepat pemulihan. Di era globalisasi dan keberagaman seperti di Indonesia, pendekatan ini semakin relevan untuk menciptakan sistem kesehatan yang inklusif. Perawat diharapkan untuk terus merefleksikan praktik mereka, memastikan bahwa setiap tindakan mencerminkan komitmen terhadap kemanusiaan utuh. Dengan demikian, keperawatan holistik tidak hanya menyembuhkan, tetapi juga memberdayakan pasien untuk hidup bermakna.
 Daftar Pustaka
- Pew Research Center. (2020). Religion and Public Life.
- International Council of Nurses (ICN). (2021). The ICN Code of Ethics for Nurses.
- Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI). (2018). Kode Etik Keperawatan Indonesia.
- Beauchamp, T. L., & Childress, J. F. (2019). Principles of Biomedical Ethics. Oxford University Press.
- American Holistic Nurses Association (AHNA). (2020). Holistic Nursing: Scope and Standards of Practice.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI