Mohon tunggu...
Parhorasan Situmorang
Parhorasan Situmorang Mohon Tunggu... Penulis - Petualang waktu yang selalu memberi waktunya untuk menginspirasi generasi muda.

Petualang waktu yang selalu memberi waktunya untuk menginspirasi generasi muda.

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Hubungan Konsep Pendidikan Romo Mangun dengan Candi Prambanan

11 Oktober 2019   01:51 Diperbarui: 11 Oktober 2019   02:03 191
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Romo Mangunwijaya tatkala masih mahasiswa arsitektur di Jerman. (Foto: Dok. Pribadi)

Tatkala mendirikan sekolah dasar eksperimental di kawasan Berbah Sleman, menyadari realitas para orangtua murid saat itu, sejak semula Romo Mangun tidak mempersiapkan murid-muridnya untuk menjadi seperti dia, cendekiawan yang belajar berjenjang sampai ke negeri Jerman. 

Maka secara sadar dan sengaja dia menjadikan Adam Malik Batubara sebagai role model kongkrit. Adam Malik seorang lulusan SMP namun tahun 1971 menjadi Pemimpin Sidang Umum Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB), Menteri Luar Negeri, kemudian menjadi Wakil Presiden ke 3 Republik Indonesia. 

Romo Mangun juga tidak menggunakan sosok jenius Baharuddin Jusuf Habibie sebagai role model. Murid-muridnya ketika itu memang tidak dipersiapkan untuk melanjutkan ke jenjang SMP.

Selaras dengan gagasannya yang tidak muluk-muluk, dia realistis ingin muridnya setelah lulus SD sanggup menopang perekonomian keluarga. Bagaimana lulusan SD namun mampu menggerakkan ekonomi keluarga, mengangkat harkat martabat keluarga.

Riset mendalam yang dilakukannya bersama tim terhadap kawasan sekitar sekolah mengonfirmasi tentang keberadaan Candi Prambanan sebagai destinasi wisata yang ramai dikunjungi turis domestik dan manca negara, memiliki nilai ekonomi tinggi. 

Maka murid-muridnya dibekali 3 ilmu utama yaitu bahasa Inggris, berhitung (matematika), dan kemampuan berkomunikasi berciri 3 T (Tanggap, Tanggon, Trengginas), manusia tangguh taktis, bermental baja.

Ada 2 opsi bagi lulusan sekolahnya, tetap menetap di desa atau pergi merantau ke luar daerah. Apabila setelah lulus tetap berkediaman di kampung halamannya, mereka bisa menjadi guide di destinasi wisata Candi Prambanan (perlu kemampuan berbahasa Inggris), dan atau berdagang asongan (mahir berhitung). Kedua profesi ini membutuhkan mental tangguh percaya diri.

Sedangkan jika mereka sesudah lulus memilih ke luar daerah (merantau) maka mental tanggon membuat mereka siap sebagai petarung tidak mudah menyerah menghadapi kendala atau tantangan di perantauan. 

Apapun opsi yang dipilih, seiring waktu, pengalaman demi pengalaman menjadi 'sekolah' membentuk mereka sebagai manusia sukses. Manusia pembelajar seumur hidup.

Ketika 'teks' besar konsep Mangunwijaya beradaptasi terhadap 'konteks' realitas terkini, di situlah kehebatan Romo Mangun. Inilah idealis yang realistis. 

Romo Mangun memang tidak bertujuan melahirkan manusia seperti dia sendiri. Romo Mangun memang terobsesi melahirkan orang-orang seperti Adam Malik (jika era sekarang contohnya Susi Pudjiastuti, Menteri Kelautan dan Perikanan). 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun