Mohon tunggu...
Parhorasan Situmorang
Parhorasan Situmorang Mohon Tunggu... Penulis - Petualang waktu yang selalu memberi waktunya untuk menginspirasi generasi muda.

Petualang waktu yang selalu memberi waktunya untuk menginspirasi generasi muda.

Selanjutnya

Tutup

Inovasi Artikel Utama

Belajar Sejarah Satu Alinea ala Harian Kompas

9 Oktober 2017   23:10 Diperbarui: 10 Oktober 2017   10:06 1253
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi. Harian Analisis.

Meskipun tidak setiap hari, pada halaman depan harian Kompas hadir satu alinea pelajaran sejarah. Otak kita dibikin kenyang informasi. Kita seperti mengemil teks masa lalu yang dihangatkan. Masa lalu yang meng-update pemahaman kita. Cuma satu alinea tetapi padat informasi, membacanya kita memahami sejarah bukan menghafal.

Pelajar juga bisa belajar sejarah dengan mengunjungi Museum Benteng Vredeburg Yogyakarta. (Foto: dok. pribadi)
Pelajar juga bisa belajar sejarah dengan mengunjungi Museum Benteng Vredeburg Yogyakarta. (Foto: dok. pribadi)
Saya tidak tahu latar belakang munculnya ide ini. Tetapi jelas disengaja oleh redaksi dan punya maksud bagus mulia. Itu bisa disimpulkan karena sejarah satu alinea ini ditempatkan di halaman depan, area strategis di suratkabar. Berarti bukan sekadar bumbu penyedap. Ditaruh di halaman depan berarti dianggap penting dan bernilai. Dihadirkan satu alinea karena menyadari situasi kekinian yang riuh dan sibuk, pembaca disajikan asupan bermutu yang mudah dicerna. Hanya sebuah alinea dan ditaruh di arena strategis, dua kolaborasi yang 'memaksa' pembaca membaca tanpa merasa dipaksa.

Seperti hari Rabu minggu yang lalu, saya baru mengetahui ternyata dulu yang namanya KTP berbentuk buku. Ini digantikan oleh KTP berbentuk seperti surat izin mengemudi (SIM). Berupa selembar kertas berukuran saku yang dilapisi plastik. Masa berlaku KTP juga lebih panjang yakni lima tahun. Ini lebih lama dibanding masa berlaku KTP lama yang hanya dua tahun. (Di era E-KTP sekarang malah masa berlaku  KTP seumur hidup).

Selain nama, alamat, dan pekerjaan pemilik, KTP juga memuat warna kulit, warna rambut, dan beberapa data lain pemilik. Nah, informasi yang disampaikan oleh Gubernur DKI Jakarta Ali Sadikin tersebut dberitakan Kompas, 4 Oktober 1974 dan ditayangkan ulang pada rubrik Arsip Kompas hari Rabu, 4 Oktober 2017.

Informasi 43 tahun yang lalu menyegarkan pikiran kita. Satu alinea mampu membuat kita menjadi memahami fase perkembangan bentuk KTP di Indonesia. Mulai yang jadul sampai sekarang yang elektronik. Bagi pembaca yang tergelitik dan pengenmelengkapi tentu bergegas mengklik mesin pencari Google. Boleh jadi di sana bisa menemukan gambar riil KTP jadul itu. Mungkin ada juga pembaca yang tergelitik untuk mencari tahu apakah seperti pengadaan E-KTP yang pemberitaannya riuh-rendah dan mengguncang khalayak ramai.

Sebelumnya otak saya juga sudah bertambah isinya perihal Indonesia mengirimkan guru untuk mengajar di Malaysia. Pengiriman guru sekolah menengah ini untuk meningkatkan mutu sekolah menengah di Malaysia yang menggunakan bahasa pengantar bahasa Melayu. Ini berita Kompas, 7 Agustus 1971 dengan judul Guru Indonesia Dikirim ke Malaysia yang ditayangkan lagi pada Kompas Senin 7 Agustus 2017.

Masih banyak lagi, melimpah ruah informasi sejarah yang saya peroleh melalui rubrik Arsip Kompas itu. Informasi yang lengkap, sehat, dan benar, berita ringkas namun cukup menambah kaya otak kita tanpa melelahkan.

Ada seorang teman yang tertarik menggunting tetapi bukan sekadar kumpulan kliping biasa. Dia menscan, melayout, mendesain cover yang menarik, dan mau menyetaknya menyerupai buku. Ini bisa membantu siswa belajar sejarah secara asyik. Mendorong mereka membaca sejarah bukan untuk menghafalkannya melainkan memahaminya.

Gagasan serupa semestinya bisa ditiru oleh para guru dan orangtua. Memberi camilan sejarah kepada putra putrinya. Cara cerdas kreatif menyiasati kekurangan waktu dalam membaca kalimat yang panjang-panjang. Sejarah yang disajikan dalam satu alinea. Satu alinea yang berharga, ketika huruf-huruf menjadi 'kaki-kaki' yang ringan riang menghantar sejarah memasuki otak kita.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Inovasi Selengkapnya
Lihat Inovasi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun