Mohon tunggu...
Ishak Pardosi
Ishak Pardosi Mohon Tunggu... Editor - Spesialis nulis biografi, buku, rilis pers, dan media monitoring

Spesialis nulis biografi, rilis pers, buku, dan media monitoring (Mobile: 0813 8637 6699)

Selanjutnya

Tutup

Healthy Pilihan

Sempoyongan, Salah Satu Gejala Fisik Penderita Kecemasan Berlebihan

13 Desember 2020   18:46 Diperbarui: 13 Desember 2020   18:49 599
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi Sempoyongan (via Kompas.com)

Saya tahu betul bagaimana rasanya berjalan di atas kapal yang sedang berlayar. Badan bergoyang bahkan bisa sampai menimbulkan muntah akibat guncangan yang terlalu kuat. Saya mengalaminya dua tahun lalu, dalam perjalanan pulang kampung Jakarta-Medan, dengan menumpangi KM Kelud, sebuah kapal yang ukurannya cukup jumbo.

Goncangan paling terasa biasanya akan terjadi saat kapal melintasi Selat Sunda hingga ke Batam. Kemungkinan besar itu terjadi karena adanya arus deras di antara Pulau Jawa dan Pulau Sumatera. Sedangkan dari Batam hingga ke Belawan, Medan relatif lebih tenang. Hampir tidak ada goncangan. Lalu apa hubungannya dengan penyakit yang bernama kecemasan berlebihan (anxiety disorder)?

Di sini saya hanya ingin sedikit membagikan pengalaman saja. Bahwa gejala fisik yang kerap menimpa penderita kecemasan berlebihan sangat mirip dengan apa yang dialami penumpang kapal laut, yakni sempoyongan. Saat kecemasan atau ansietas yang berlebihan sedang menyergap, badan akan terasa bergoyang seperti sempoyongan. Mengutip istilah Bapak Andri, dokter spesialis kejiwaan lewat akun Youtube-nya, gejala sempoyongan yang mirip sedang berjalan di atas kapal itu diberi istilah boat feeling.

Namanya boat feeling, maka tubuh tidak bisa dikontrol seratus persen. Saat otak memerintahkan kaki untuk berjalan lurus ke depan, misalnya, bisa saja perintah itu tidak bisa diterima dengan baik oleh kaki. Alhasil, kaki malah berjalan tidak sempurna seperti melebar ke samping. Namun yang paling terasa adalah ketika kepala dan pandangan seperti bergoyang. Terutama saat kita sedang dalam posisi duduk atau berdiri.

Jika gejala sempoyongan sudah hinggap, tentu sangat sulit untuk memulai atau melanjutkan aktivitas. Itu sebabnya penderita ansietas seringkali harus berhenti atau diberhentikan dari pekerjaannya dengan alasan tidak lagi produktif bagi perusahaan.

Celakanya lagi, orang lain sangat sulit menerima atau memahami gejala fisik yang kerap menyerang penderita ansietas. Itu karena penampakan wajah atau pembawaan yang penderitanya seolah tidak terjadi apa-apa atau dalam keadaan sehat. Semakin sulit ketika penderita ansietas sangat sulit menjelaskan apa yang sedang menimpa dirinya.

Lalu apa yang harus dilakukan ketika rasa sempoyongan itu sedang datang? Menurut pengalaman saya termasuk setelah menonton atau membaca berbagai sumber, hal utama yang perlu diingat adalah untuk tetap tenang dan rileks. Jangan panik. Walaupun saya akui, tak mudah untuk tetap santai dalam situasi sempoyongan. Dibutuhkan kesabaran dan keikhlasan untuk menerimanya.

Dengan tetap tenang dan menerima rasa sempoyongan itu, langkah selanjutnya adalah untuk sejenak menghentikan seluruh aktivitas. Jika memungkinkan, penderita ansietas sebaiknya mencari tempat untuk sekadar 'rebahan' ketimbang duduk. Dengan mengambil posisi tidur, kepala yang terasa bergoyang akan sedikit terbantu.

Selain sempoyongan, masih terdapat sejumlah gejala fisik lainnya yang kerap dialami penderita ansietas. Antara lain, lemas, letih, lesu, hingga kehilangan semangat. Kemudian punggung serasa ditusuk-tusuk jarum hingga nyeri ulu hati.

Sekilas, gejala fisik ansietas berlebihan sangat mirip dengan penyakit jantung. Namun untuk mengetahui apakah seseorang mengalami penyakit jantung atau tidak, tentu harus dibuktikan oleh sejumlah pemeriksaan medis dengan ketat.

Demikian sekilas pengalaman yang bisa saya bagikan. Salam sehat jiwa.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun