Mohon tunggu...
Ishak Pardosi
Ishak Pardosi Mohon Tunggu... Editor - Spesialis nulis biografi, buku, rilis pers, dan media monitoring

Spesialis nulis biografi, rilis pers, buku, dan media monitoring (Mobile: 0813 8637 6699)

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Karena Ternak Babi, Banyak Orang Batak Jadi Jenderal

10 Februari 2020   17:24 Diperbarui: 10 Februari 2020   17:31 202
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Saya tersenyum saat membaca sebuah judul berita yang kurang lebih sama dengan judul tulisan ini. Ceritanya, ribuan massa menggelar aksi damai bertagar #SaveBabi di depan Gedung DPRD Sumatera Utara, Senin (10/2/2020). Orator kemudian meneriakkan bahwa banyak orang Batak yang menjadi jenderal karena ternak babi. Lalu, si penulis berita mengutipnya menjadi sebuah judul. Karena tertarik dengan judul yang menggelitik itu, saya putuskan untuk mengikutinya; hanya diubah sedikit saja.

Inti demo tersebut adalah penolakan terhadap adanya isu yang menyebutkan ternak babi akan dimusnahkan oleh Pemprov Sumut. Jangan sampai Gubernur Sumut Edy Rahmayadi betul-betul mewujudkan rencana itu. Setidaknya, begitulah isu yang muncul belakangan ini.

Padahal, seperti kata sang orator, orang Batak yang di kemudian hari menuai sukses tidak bisa dilepaskan dari jasa besar ternak babi. Ada yang jadi pejabat, pengusaha, pengacara, politisi, hingga berpangkat jenderal di TNI maupun Polri. Itu semua membuktikan kalau ternak babi punya peranan penting dalam ranah kehidupan masyarakat Batak Kristen.

Ungkapan banyak orang Batak sukses karena ternak babi memang sudah lama bergaung di tengah masyarakat Tapanuli. Sampai-sampai, ternak babi dianggap sebagai hewan peliharaan yang wajib dilindungi dan dilestarikan. Dengan menjual ternak babi, biaya sekolah anak-anak akan dengan mudah dicukupi orangtua. Memang bukan hanya dari ternak babi sumber penghasilan, masih ada sumber lain yakni hasil pertanian. Dua komoditas unggulan di Tapanuli adalah padi dan kopi. Di beberapa daerah, ada tambahan lain seperti sayur-mayur.

Setelah wabah kolera menyerang dan mematikan ternak babi di Sumut, sebagian masyarakat menduga ada konspirasi di baliknya. Menduga-duga bahwa kolera tersebut memang sengaja disebarkan. Tujuannya, agar ternak babi musnah. Kenapa harus dimusnahkan? Ini tak terlepas dari isu wisata halal yang sebelumnya pernah didengungkan Gubernur Edy. Sehingga ada kesan, Gubernur Edy sengaja memusnahkan ternak babi agar wacana wisata halal di Danau Toba menjadi tidak ada hambatan.

Jelas, isu ini sangat berbahaya. Berpotensi mengadu-domba masyarakat Sumut yang majemuk dan selama ini selalu hidup rukun. Maka langkah antisipasi sangat perlu dilakukan agar isu ini jangan sampai melebar ke mana-mana. Tapi saya yakin, sebagaimana disampaikan pejabat di lingkungan Pemprov Sumut, tidak ada niat sedikitpun untuk memusnahkan ternak babi di Sumut. Saya sangat meyakini itu.

Akan tetapi, untuk membuktikan niat baik itu memang butuh usaha. Yakni agar wabah penyakit yang menyerang ternak babi segera diatasi secara serius oleh Pemprov Sumut. Bila perlu meminta bantuan dari pemerintah pusat, atau dari pihak manapun yang memiliki kapasitas untuk itu. Jangan sampai ada kesan Pemprov Sumut tidak peduli terhadap nasib warganya yang banyak menggantungkan perekonomian dari ternak babi.

Ayo Pak Gubernur, saya yakin Anda mampu mengatasi persoalan ini. Karena saya juga yakin Anda pasti bangga dengan banyaknya orang Batak yang bisa mencapai sukses meski hanya bermodalkan ternak babi.

Horas...

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun