Baru kali ini saya ikut menghadiri reuni alumni Teknik. Ramainya bukan main. Sudah begitu, mayoritas dari mereka adalah kaum Adam alias laki-laki. Bisa dibayangkan kalau enam ratusan laki-laki berkumpul dalam satu ruangan. Dijamin lain daripada yang lain. Di antara para alumni itu, terselip satu-dua 'bidadari', kaum yang lazim menyandang status paling minoritas di jurusan Teknik.
Para lelaki itu kemudian terlibat obrolan santai, tertawa bersama-sama, sembari saling sapa di antara mereka. Hari ini, Minggu, 13 Oktober 2019, memang menjadi hari istimewa bagi alumni Teknik Mesin Universitas Brawijaya (UB). Mereka tengah menghelat Silaturahmi Nasional Ikatan Alumni Teknik Mesin UB yang digelar di Hotel Sahid Jaya, Cikarang, Bekasi, Jawa Barat.
Namun Profesor Pitojo mengaku sangat bersyukur lantaran alumni Mesin UB ternyata sangat peduli almamaternya. Menurut Profesor Pitojo, dunia kampus saat ini memiliki keleluasaan dalam menyusun kurikulum. Pasalnya, konten kurikulum yang disiapkan pemerintah melalui Peraturan Presiden dan Peraturan Menteri hanya sebesar 30 persen. Nah, sisanya diserahkan kepada masing-masing kampus.
"Di sinilah pentingnya peran alumni agar lulusan UB khususnya Teknik Mesin menjadi lebih kompeten, unggul, dan siap kerja. Masukan dari alumni akan membuat Teknik Mesin menjadi lebih jelas di mana keunggulannya. Ada link and match antara kampus dan alumni," ujarnya.
Masih ada Wiko Migantoro, alumni Mesin 1987 yang juga siap balik kampus. Wiko, yang saat ini menjabat Direktur Utama PT Pertamina Gas (Pertagas) melihat perlunya keterlibatan alumni untuk mewujudkan lulusan yang betul-betul siap kerja. "Mesin UB harus berkembang sesuai pasar sehingga konsep penyiapan lulusan baru wajib disesuaikan agar lebih siap memasuki dunia kerja," ujar Wiko.
Ir Djarot B Darmadi, MT, Ph.D, Ketua Jurusan Teknik Mesin UB sangat mengapresiasi kepedulian para alumni Mesin UB yang siap 'pulang kampung' ke almamaternya. Djarot yang juga alumni Teknik Mesin 1986 menjelaskan, latar belakang pelibatan alumni Mesin UB sangat penting untuk mencetak lulusan Mesin UB yang siap kerja.
"Nah, cara mudah mewujudkan itu adalah dengan mengajak alumninya untuk berperan serta. Alumni bertugas menggambarkan secara nyata dunia industri ke bangku kuliah. Tak lagi ibarat cerita silat yang sama sekali tak pernah bermain silat karena hanya membaca di buku. Dengan adanya dosen pengajar dari alumni yang berlatarbelakang praktisi, mahasiswa Mesin UB akan lebih banyak dibekali pengetahuan yang memang betul-betul asli, bukan hanya gambaran semata," tandas Djarot.
Diketahui, sederet alumni Mesin UB saat ini banyak mengabdi di perusahaan nasional maupun internasional. Mereka antara lain, Mardianus Pramudyo (Direktur Keuangan PT INKA), Nyoman Awatara (Direktur PT PJB Services), M. Zaenuri (CEO PT Catur Elang Perkasa), Edy Nurhamid (Wadirut PT. Pratiwi Putri Sulung) Kamiludin (Dirut PT Valarbi), Ahmad Hasnan (Dirut PT Pustek Engineering).
Menurut Ari Wijaya, Ketua Ikatan Alumni Teknik Mesin UB, saat ini tercatat 5.300 alumni Mesin UB yang siap berkontribusi bagi almamaternya. "Hanya dalam waktu singkat sudah tercatat 632 alumni yang menghadiri Silaturahmi Nasional ini. Itu membuktikan bahwa alumni Mesin UB sangat solid dan siap memberikan yang terbaik untuk almamaternya," ungkap Ari Wijaya.