Mohon tunggu...
Ishak Pardosi
Ishak Pardosi Mohon Tunggu... Editor - Spesialis nulis biografi, buku, rilis pers, dan media monitoring

Spesialis nulis biografi, rilis pers, buku, dan media monitoring (Mobile: 0813 8637 6699)

Selanjutnya

Tutup

Kebijakan

Pindah Ibu Kota, Percuma Dong Jokowi Rajin Bangun Infrastruktur

1 Mei 2019   01:38 Diperbarui: 1 Mei 2019   09:38 122
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Kota Jakarta (Twitter/@jokowi)

Ini bukan soal banjir kiriman dari Bogor yang kedatangannya selalu mendadak hingga membuat repot warga Jakarta. Walau tak berhubungan secara langsung, sedikit banyak bencana banjir memang punya pengaruh terhadap yang kerap dibahas berulang-ulang: rencana memindahkan ibukota negara dari Jakarta.

Adalah Presiden Jokowi yang kembali memunculkan wacana itu, untuk kesekian kalinya. Presiden sebelumnya juga begitu. Ingin Jakarta tak lagi berstatus ibukota negara. Cukup ibukota Provinsi Jakarta saja, tanpa embel-embel DKI lagi.

Berganti rezim, wacana itu tetap wacana. Tak berkembang alias berputar di situ-situ saja, mirip gasing yang setia pada porosnya. Banyak kendala saat hendak mewujudkannya, antara lain besarnya biaya yang dibutuhkan, hingga pertimbangan non teknis lain terutama yang menyangkut sosial-budaya.

Tadinya saya mengira di era Jokowi tidak ada lagi wacana pemindahan ibukota. Alasannya mudah saja, yakni visi Jokowi yang menekankan pada pembangunan infrastruktur di seluruh Indonesia. Di dalamnya termasuk tol laut dari Sabang sampai Merauke dan tingginya perhatian Jokowi ke wilayah tertinggal seperti Papua.

Bayangkan saja, Jokowi selama 4,5 tahun telah sukses membangun puluhan bandara dan pelabuhan, jalan tol, jembatan, hingga mencanangkan program BBM Satu Harga. Sebuah kerja keras yang layak diapresiasi, terlepas dari sejumlah kekurangan di balik proyek ambisius itu. Yang jelas, tujuan pembangunan itu adalah untuk mewujudkan pemerataan, tidak lagi terkonsentrasi di Pulau Jawa saja.

Pertanyaan yang muncul, jika nanti pembangunan Indonesia sudah merata, apa dampak yang bakal timbul? Jawabannya adalah meningkatnya kesejahteraan masyarakat itu sendiri. Roda ekonomi akan bergerak lebih luas, menyusuri Sumatera, Kalimantan, Sulawesi, hingga Papua.

Bila itu sudah terjadi, dan itulah harapan Jokowi sesungguhnya, maka Pulau Jawa khususnya Jakarta lambat-laun akan luntur pesonanya. Bukan lagi "gula" yang selalu diincar banyak perantau. Buat apa merantau ke Jakarta kalau di kampung sendiri sudah hidup sejahtera?

Mungkin Pak Jokowi lupa, bahwa sesaknya Jakarta disebabkan oleh timpangnya pembangunan selama ini. Atas alasan itu pula, Jokowi lantas mencanangkan pemerataan pembangunan di seluruh negeri. Lalu, kenapa harus pindah ibukota?

Jika ibukota dipindah, maka pembangunan yang digenjot selama era Jokowi menjadi kurang relevan bahkan ngawur. Percayalah, Jakarta akan ditinggalkan secara sukarela seandainya pembangunan sudah merata di seluruh negeri.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Kebijakan Selengkapnya
Lihat Kebijakan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun