Ada analisis menarik dari Burhanuddin Muhtadi, seorang peneliti yang menurut saya sangat berkompeten di bidangnya. Ia bukan sekadar tukang survei, abal-abal atau yang kerap dituding mendapat bayaran juragan untuk menukangi hasil survei.Â
Burhanuddin adalah seorang profesional yang meletakkan keilmuan sebagai pondasi surveinya.Â
Saat perang medsos dimenangkan kubu Prabowo dengan tagar #UninstallJokowi dan #ShutDownJokowi, dan dianggap sebagai gambaran kemenangan Prabowo di dunia nyata, Burhanuddin tak sependapat. Ia menilai keunggulan di medsos hampir tidak berpengaruh terhadap elektabilitas capres Prabowo.
Analisis itu dilontarkan Burhanuddin dalam akun Twitter-nya, Sabtu (16/2/2019) dan telah banyak mendapat tanggapan dari netizen. Betul saja, banyak netizen yang tak sependapat dengan Burhanuddin. Saya sendiri termasuk dalam kelompok yang punya pandangan berbeda dengan Burhanuddin.
Tetapi sebagai peneliti, tentu pengetahuan dan ilmu survei Burhanuddin sudah pasti lebih hebat. Lalu apa yang harus dilakukan capres agar lebih unggul dari pesaing? Burhanuddin menyebut, pertarungan sesungguhnya ada di alam nyata, yakni dengan langsung melakukan pendekatan kepada masyarakat pemilih.
Analisis ini memang sangat masuk akal bila ditinjau dari hasil sejumlah lembaga survei yang masih menempatkan Jokowi-Maruf di posisi teratas. Jika Prabowo-Sandi menang telak di perang medsos, sudah seharusnya juga unggul dari Jokowi-Maruf saat diteliti oleh lembaga survei. Faktanya, kedua capres justru stagnan dan cenderung hanya "merawat" basis pemilih masing-masing.
Kalau begitu, apakah media massa atau medsos tidak berperan di balik melambungnya nama Jokowi hingga mengantarkannya ke kursi Gubernur DKI dan Presiden? Bahkan saat itu, Jokowi pernah mendapat gelar "media darling" karena seringnya menjadi pusat pemberitaan media massa plus medsos.
Inilah yang menjadi pertanyaan. Sebab kalau analisis ini betul adanya, pantas saja Prabowo kerap mengkritik media massa karena dianggap tidak netral, kemudian beralih dan gencar di medsos. Bagi Prabowo, dengan mengikuti alur pendapat Burhanuddin, yang terpenting adalah melakukan pendekatan secara langsung kepada masyarakat, bukan lewat media maupun medsos. Itu berarti Prabowo tidak terlalu ambil pusing meskipun kerap diberitakan negatif oleh media.
Di saat bersamaan, Jokowi yang kalah telak di perang medsos, juga tak perlu khawatir. Kembali, bahwa kekalahan di medsos belum bisa dijadikan sebagai ukuran kekalahan di Pilpres nanti. Aksi nyata lewat blusukan ke lapangan, itulah kunci kemenangan.
Bila disimpulkan, perang medsos yang dimenangkan Prabowo hanyalah "gincu" politik semata. Hanya mempercantik saja bukan mengubah wajah aslinya.
Anda setuju?