Mohon tunggu...
Ishak Pardosi
Ishak Pardosi Mohon Tunggu... Editor - Spesialis nulis biografi, buku, rilis pers, dan media monitoring

Spesialis nulis biografi, rilis pers, buku, dan media monitoring (Mobile: 0813 8637 6699)

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Sepenggal Kenangan bersama Ratna Sarumpaet

8 Oktober 2018   01:46 Diperbarui: 8 Oktober 2018   04:42 672
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Kepastian itu akhirnya datang, di suatu siang 2008. Sudah 10 tahun yang lalu. Ponsel saya berbunyi. Sebuah pesan singkat (SMS) masuk di siang itu. Pengirimnya seorang perempuan, asisten yang mengurusi jadwal kegiatan sang big boss. 

Isinya kira-kira begini: "Silakan datang besok sore di kediaman Ibu, alamatnya di Kampung Melayu, Jakarta Timur". Secepat kilat kubalas SMS itu, "Siap, Terima Kasih Ibu. Kami Datang".

Esok harinya, sesuai janji, saya tiba di alamat yang diberikan sang asisten. Sebuah rumah dengan pekarangan cukup luas. Dilengkapi pendopo dan sanggar tari berwarna lumayan gelap. Koleksi patung berbagai motif berbahan kayu semakin menunjukkan bahwa rumah itu adalah milik seorang seniman.

Saya tak sendiri tetapi ditemani seorang fotografer. Perkenalan singkat pun bergulir, sekadar basa-basi sebelum wawancara dimulai. Kala itu saya adalah seorang wartawan di sebuah majalah dengan basis pembaca masyarakat Batak. Namanya Majalah HORAS. 

Nah, waktu itu ada yang sangat menarik untuk diberitakan kepada khalayak khususnya masyarakat Batak: Ratna Sarumpaet mendeklarasikan diri sebagai calon presiden untuk Pemilu 2009.

Oh ya, mungkin masih ada yang belum tahu atau tidak menduga kalau Sarumpaet itu adalah salah satu marga di suku Batak. Marga ini memang masih jarang terdengar, tak seperti marga lain semisal Pardosi atau Siagian. Hehehe. 

Itu sebabnya saya tidak pernah dan sebisa mungkin mengimbau agar Sarumpaet jangan pernah diplesetkan macam-macam. Tak lain karena marga Sarumpaet itu adalah sebuah marga, salah satu simbol kehormatan bagi masyarakat Batak.

Kembali soal wawancara tadi. Saya masih ingat bagaimana Ratna menggambarkan bahwa masyarakat Batak wajib menggelar pesta besar, bila perlu tujuh hari tujuh malam, karena seorang "boru-nya" (anak perempuan) telah mendeklarasikan diri sebagai calon presiden. 

"Orang Batak harus maneat horbo (Orang Batak harus menyembelih kerbau (maksudnya berpesta) karena salah seorang boru-nya menjadi calon presiden," begitu ucapan Ratna saat itu.

Memang dalam sejarah reformasi Indonesia, Ratna Sarumpaet adalah orang Batak pertama yang pernah mendeklarasikan diri sebagai capres. Apalagi ia seorang perempuan yang dalam budaya Batak tidak mempunyai "kekuasaan" mutlak layaknya laki-laki. 

Wawancara saya bersama Ratna pun mengalir termasuk bagaimana ia akan membawa Indonesia ke arah yang lebih baik. Soal ini, tentu sangat standar dan normatif, mirip janji-janji kampanye. Tidak perlu dibahas di sini.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun