Mohon tunggu...
Ishak Pardosi
Ishak Pardosi Mohon Tunggu... Editor - Spesialis nulis biografi, buku, rilis pers, dan media monitoring

Spesialis nulis biografi, rilis pers, buku, dan media monitoring (Mobile: 0813 8637 6699)

Selanjutnya

Tutup

Analisis Pilihan

Demokrat, "Pelakor Politik" Gerindra dan PKS?

22 Mei 2018   00:37 Diperbarui: 22 Mei 2018   01:58 1038
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Peta politik dalam seminggu terakhir tampaknya sedikit mengalami perubahan. Jika sebelumnya gelanggang politik selalu disesaki manuver koalisi Jokowi dan koalisi Prabowo, mendadak ada pemain baru yang masuk dalam gelanggang. Sulit mengatakan kalau pemain baru yang bernama Demokrat itu akan dengan mudah ditumbangkan. Sebaliknya, partai besutan SBY itu adalah pemain tangguh yang bahkan mampu mendominasi irama permainan.

Adalah pertemuan antara AHY, putera mahkota Cikeas dengan anggota Dewan Pembina Gerindra, Sandiaga Uno, Jumat (18/5), yang memunculkan spekulasi bakal bergabungnya Demokrat ke dalam koalisi Gerindra-PKS yang selama ini sudah terjalin sangat mesra. Apalagi, sejumlah elit Gerindra maupun Demokrat sama-sama membuka diri terhadap hubungan Demokrat-Gerindra. Tetapi bagaimana dengan PKS yang telah lebih dulu membangun kebersamaan dengan Gerindra?

Di sinilah letak persoalannya. Gerindra yang menjagokan Prabowo Subianto pada Pilpres 2019 hingga kini masih belum menentukan siapa cawapresnya, meski PKS telah menyodorkan sejumlah nama. Ada kesan, Prabowo masih menunggu tambahan dukungan dari parpol lain sehingga belum terlalu yakin memilih salah satu dari kader terbaik PKS.

Apa yang dinantikan Prabowo pun akhirnya datang juga, yakni tawaran Demokrat untuk ikut bergabung. Sudah tentu pula, Demokrat akan menyodorkan nama cawapres yang sepertinya diberikan SBY kepada AHY sendiri. Skenario menduetkan Prabowo-AHY pun seketika mengemuka. Jika dinilai dari besaran suara di parlemen, Demokrat memang lebih unggul dari PKS. Begitu juga dengan aspek ketokohan yang dimiliki SBY yang masih lebih populer ketimbang Presiden PKS Sohibul Iman.

Dengan situasi itu, sangat wajar apabila Gerindra dan Prabowo akan kembali berhitung. Menggandeng PKS atau Demokrat atau sebisa mungkin mengajak keduanya sekaligus. Masalahnya, PKS dan Demokrat sama-sama menyodorkan cawapres. Bahkan, PKS yang telah setia dengan Gerindra sejak Pilpres 2014 lalu akan dengan mudah menuduh Gerindra telah mengkhianati komitmen, bila akhirnya AHY yang dipilih Prabowo.

Di sisi lain, Demokrat melihat peluang bergabung dengan Gerindra jauh lebih realistis ketimbang sibuk menggalang poros ketiga. Maka tawaran kepada Prabowo pun akan kembali dinaikkan, yakni adanya jaminan dari Demokrat untuk ikut serta mengajak PAN ke dalam poros Gerindra. Tawaran ini sangat masuk akal mengingat Demokrat dan PAN sudah cukup sering menjalin koalisi, ditambah adanya kedekatan keluarga antara SBY dan mantan Ketum PAN Hatta Rajasa, Tetapi itu tadi, SBY akan meminta jatah cawapres kepada Prabowo.

Meminjam istilah yang cukup fenomenal di tengah masyarakat, benih "pelakor politik" akhirnya menjadi tidak terhindarkan dari tubuh Demokrat. Pasalnya, hubungan Gerindra-PKS yang telah terjalin apik selama ini bukan tidak mungkin akan berantakan oleh kehadiran Demokrat. Orang ketiga yang tak lain adalah Demokrat kemungkinan akan memisahkan Gerindra dan PKS.

Mampukah Prabowo meyakinkan PKS untuk tetap bersama dalam koalisi atau justru memilih Demokrat di menit-menit akhir penentuan capres-cawapres?

Mohon tunggu...

Lihat Konten Analisis Selengkapnya
Lihat Analisis Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun