Mohon tunggu...
pany nur azizah
pany nur azizah Mohon Tunggu... Mahasiswa

seseorang yang suka membaca novel untuk menambah wawasan

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Dari Mimbar ke Ruang Maya, Perjalanan Baru Dakwah di Era Digital

18 Oktober 2025   02:48 Diperbarui: 18 Oktober 2025   02:48 28
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber foto: Ilustrasi Pribadi (dibuat menggunakan canva)

Di era digital saat ini, media sosial menjadi bagian tak terpisahkan dari kehidupan manusia, terutama generasi milenial. Kemajuan teknologi tidak hanya mengubah cara berinteraksi dan berkomunikasi, tetapi juga cara menyampaikan pesan keagamaan. Dakwah yang dulu identik dengan mimbar masjid, kini telah bertransformasi ke ruang maya melalui media sosial, blog, podcast, dan video streaming. Perubahan ini memungkinkan pesan Islam menjangkau audiens yang lebih luas tanpa batasan ruang dan waktu. 

Platform seperti Instagram, Facebook, YouTube, hingga TikTok kini menjadi "mimbar digital" bagi para dai dan kreator dakwah. Mereka memanfaatkan teknologi untuk menyebarkan nilai-nilai Islam dengan cara yang kreatif dan menarik. Konten dakwah hadir dalam beragam bentuk mulai dari tulisan, gambar, video pendek, hingga siaran langsung. Perubahan ini juga menandai pergeseran dakwah dari komunikasi satu arah menuju komunikasi interaktif dan terbuka, di mana audiens tidak hanya mendengar, tetapi juga dapat berpartisipasi aktif dengan memberikan komentar, like, atau membagikan pesan dakwah. Interaksi semacam ini membuat dakwah terasa lebih hidup dan dekat dengan masyarakat digital masa kini.

Menurut Ali Nurdin (2024), dakwah digital merupakan bentuk transformasi dakwah yang memanfaatkan teknologi internet dan media sosial sebagai sarana penyampaian pesan Islam. Ia menjelaskan bahwa dalam dakwah digital terdapat tiga elemen penting yang saling terhubung, yaitu creator dakwah, content dakwah, dan netizen dakwah.

1. Creator Dakwah, adalah individu atau lembaga yang menyampaikan ajaran Islam dengan gaya yang relevan dan dekat dengan kehidupan generasi muda. Seperti seorang ustaz, kiai, tokoh agama, maupun kreator konten yang mengangkat nilai-nilai Islam dalam bahasa yang sederhana dan visual yang menarik. Seorang creator dakwah juga harus memperhatikan pembuatkan content dakwah agar lebih berhati-hati dalam menyampaikan pesan ajaran islam di ruang maya.

2. Content dakwah, merupakan isi pesan keislaman yang disajikan dalam bentuk teks, gambar, audio, maupun video. Isi pesan ini menjadi inti dari proses dakwah digital. Konten yang baik bukan hanya menarik secara tampilan, tetapi juga harus akurat, berimbang, dan sesuai dengan nilai-nilai Islam rahmatan lil 'alamin.

3. netizen dakwah adalah para pengguna media sosial yang berinteraksi dengan konten dakwah, baik memiliki keterlibatan dalam memberikan like, viewrs, subscribe, dan memberikan komentar sesuai kebutuhan dan keinginannya. Dalam dakwah digital, netizen bukan lagi sekadar pendengar, tetapi juga menjadi bagian dari proses penyebaran pesan itu sendiri.

Tiga elemen ini menciptakan dakwah digital yang berkembang dan saling berhubungan. Keberhasilan dakwah digital tidak hanya bergantung pada kemampuan kreator dalam menyampaikan pesan, tetapi juga pada kualitas isi dan keterlibatan audiens dalam menyebarkannya. Namun, di balik kemudahannya, ruang digital menyimpan tantangan besar, terutama soal keaslian sumber dan tanggung jawab moral. Karena itu, para dai digital perlu berhati-hati dalam menyampaikan pesan, sementara masyarakat harus bijak dalam menerima dan membagikan konten dakwah agar nilai-nilai kebaikan tetap terjaga.

Dalam hal ini, etika berdakwah menjadi sangat penting. Islam telah memberikan pedoman yang jelas dalam QS. An-Nahl ayat 125:

"Serulah (manusia) ke jalan Tuhanmu dengan hikmah dan pengajaran yang baik serta debatlah mereka dengan cara yang lebih baik."

Dalam era toknologi, QS. An-Nahl: 125 mengajarkan bahwa kemajuan media dan teknologi bukanlah ancaman bagi dakwah, melainkan sarana untuk menyebarkan kebaikan. Media sosial, podcast, YouTube, hingga platform digital lainnya dapat menjadi "mimbar modern" untuk menyampaikan nilai-nilai Islam secara kreatif, bijak, dan menyentuh hati masyarakat. Karena itu, dakwah digital tidak hanya menekankan soal isi pesan, tetapi juga cara dan etika penyampaiannya. Dengan berpegang pada prinsip hikmah, mau'izhah hasanah, dan mujadalah billati hiya ahsan, dakwah di ruang maya dapat menjadi sarana menebar kedamaian, memperkuat ukhuwah, dan menumbuhkan kesadaran spiritual di tengah masyarakat modern.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun