Mohon tunggu...
Pangestu Adika Putra
Pangestu Adika Putra Mohon Tunggu... Pekerja Visual

Nobody

Selanjutnya

Tutup

Halo Lokal Artikel Utama

Desa Krasak yang Diangkat oleh Seekor Biawak

23 April 2025   14:51 Diperbarui: 23 April 2025   18:05 695
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi Tugu Biawak (Source: AI, Digital Imaging/Dika)

Dalam beberapa hari setelah viral, titik ini mulai ramai dikunjungi. Foto-foto beredar, mention meningkat, dan nama "Krasak" tiba-tiba masuk dalam percakapan netizen lintas daerah.

Ini bukan sekadar seni jadi penanda, tapi seni sebagai pemantik ekonomi mikro. Satu patung, satu momentum, satu efek domino yang tak direncanakan namun nyata.

Branding Desa yang Organik dan Efektif

Biasanya, upaya menciptakan ikon desa dilakukan melalui proyek-proyek besar, lengkap dengan feasibility study, pitching, dan strategi komunikasi. Tapi patung biawak ini menunjukkan bahwa branding juga bisa terjadi secara organik. Tanpa skema rumit, tanpa biaya besar, hanya dengan kejelian membaca potensi lokal dan kemauan untuk mengeksekusi.

Sering kali branding desa dibentuk dengan formula: logo, slogan, dan acara tahunan. Tapi desa ini memilih jalan lain: membuat patung biawak tanpa tagline, tanpa festival, tapi langsung bekerja di level visual dan emosi.

Desa Krasak kini memiliki simbol yang tidak bisa diabaikan. Sebuah monumen yang tak hanya berdiri di pinggir jalan, tapi juga dalam kesadaran publik. Ia viral bukan karena sensasi, tapi karena kualitas dan ketulusannya.

Banyak proyek pembangunan terutama ikon pariwisata yang menghabiskan dana besar tapi gagal membangun keterikatan emosional dengan publik. Patung biawak ini hadir sebagai antitesis dari itu. Ia tidak menjanjikan kemegahan, tidak menjual estetika mewah, tapi justru karena kesederhanaan dan kejujurannya, ia menyentuh.

Wujudnya yang nyaris seperti asli menunjukkan keahlian seorang Rejo Arianto. Ukiran sisik, lekuk tubuh, hingga ekspresi wajah si biawak menunjukkan kepiawaian yang sering kali tak terlihat di balik label "seniman lokal". Ia membuat kita mempertanyakan kembali: siapa sebenarnya yang layak disebut seniman?

Patung ini seolah menyampaikan pesan: "Tidak semua yang monumental harus mahal. Tidak semua yang estetis harus datang dari luar kota." Kadang, yang dibutuhkan hanyalah keberanian untuk membuat sesuatu yang berakar pada tempat itu sendiri.

Dalam dunia yang semakin penuh dengan simbol kosong dan proyek kosmetik, patung biawak di Krasak justru tampil penuh isi. Ia mengandung narasi, semangat kolektif, kebanggaan lokal, serta nilai estetika yang tidak dibuat-buat. Ia bukan hanya patung, tapi pernyataan.

Di tengah lalu lintas antar kabupaten yang sibuk, seekor biawak kini berdiri. Diam, tapi berkata banyak. Ia tak minta difoto, tapi dijadikan cerita. Dan kadang, satu patung biawak lebih berarti dari ribuan spanduk ucapan selamat datang.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Halo Lokal Selengkapnya
Lihat Halo Lokal Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun