Mohon tunggu...
Irwan Winardi
Irwan Winardi Mohon Tunggu... Pengangguran Terang-terangan -

nothing to report

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Ketika Pemakan Sampah Menjadi Juri Masakan #4

6 September 2015   13:56 Diperbarui: 6 September 2015   17:29 443
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Tak hanya cara masaknya yg harus dipelajari, cara makannya pun harus dipelajari. 

Ini namanya ikan asin jambal roti, sudah pasti asin banget. Jangan langsung hajar memakannya kayak makan daging bistik kayak bule barbar. Cuwil sedikit-sedikit makan bersama nasi hangat, dg begitu rasa asinnya akan terasa pas, ikan asin jambal biasanya bukan masuk kategori lauk, lebih cenderung sebagai bumbu pengganti garam, lebih tepatnya garam yg gurih. Banyak masakan Vietnam yg tak memakai garam sebagai bumbunya tetapi diganti dengan bubuk ikan asin. 

Ikan jambal roti termasuk jenis ikan asin yg mahal, tapi lebih murah dibanding ikan asin teri medan.

Kembali ke juri Chef Gadungan J** saat menilai masakan ikan asin jambal roti di suatu acara TV,  dia memuntahkan dan bilang terlalu asin  masakan tersebut,  tetapi ternyata Yg goblok itu bukan yang masak ikan jambal roti tersebut, entah karena  idiot dia makan ikan jambal roti dimakan begitu saja lalu bilang keasinan lantas  memuntahkan makanan berharga tersebut ke tempat sampah. Seorang yg berotak dan bermoral tentunya akan ambil nasi hangat utk meredam rasa asin tersebut.

Utk jadi juri makanan tak cukup dg modal tampang doang, tetapi otak dan etika lebih perlu diutamakan, tapi apa boleh buat, media dikuasai psikopat banci kaleng. ikan jambal roti tersebut, entah karena kamu idiot kamu makan ikan jambal roti dimakan begitu saja lalu bilang keasinan lantas kau memuntahkan makanan berharga tersebut ke tempat sampah. Seorang yg berotak dan bermoral tentunya akan ambil nasi hangat utk meredam rasa asin tersebut. Utk jadi juri makanan tak cukup dg modal tampang doang, tetapi otak dan etika lebih perlu diutamakan, tapi apa boleh buat media dikuasai psikopat banci kaleng.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun