Dulu saya pikir Bitcoin itu mainan orang kaya. Tapi makin lama, saya sadar Bitcoin bukan soal cepat kaya, tapi soal siap-siap menghadapi ekonomi yang makin gak pasti. Karena itu, saya memilih untuk mulai menabung Bitcoin sedikit demi sedikit.
Saya nggak langsung beli satu koin penuh. Saya cuma nyisihin sebagian kecil dari uang saku dan gaji buat beli Bitcoin, mirip kayak nabung emas. Karena saya tahu, harga Bitcoin bisa naik gila-gilaan, tapi juga bisa turun tiba-tiba. Jadi saya lebih milih strategi jangka Panjang, yaitu dengan beli rutin, Â walaupun sedikit-dikit.
Banyak yang salah kaprah soal Bitcoin. Mereka kira semua orang yang punya Bitcoin itu trader. Padahal, saya sendiri bukan trader. Saya nggak punya waktu mantengin grafik setiap hari. Saya lebih milih nabung Bitcoin kayak orang Jepang nabung lewat Kakeibo yang merupakan kebiasaan disiplin, konsisten, dan realistis.
Metode ini saya adaptasi dari artikel yang pernah saya baca soal Kakeibo, cara orang Jepang ngatur keuangan rumah tangga. Bedanya, saya alokasikan sebagian kecil uang saya buat beli Bitcoin tiap minggu. Kadang cuma 20 ribu, kadang 50 ribu. Kuncinya konsisten, meskipun sulit untuk dilakukan.
Buat saya, Bitcoin itu kayak payung buat hujan ekonomi. Terutama di Indonesia Inflasi makin nggak ngotak. Harga kebutuhan pokok naik terus. Sementara gaji ya Cuma segitu-gitu aja. Bitcoin mungkin volatil, tapi pasokan Bitcoin terbatas cuma 21 juta koin yang pernah ada, dan yang tersisa semakin menipis sedangkan yang menginginkan semakin banyak.
Data historis nunjukin kalau Bitcoin memang nggak stabil, tapi dalam jangka panjang cenderung naik. Misalnya, data dari tahun 2023 nunjukin return Bitcoin bisa 155% setahun jauh lebih tinggi dibanding emas yang "cuma" 13%. Tapi saya nggak ngincer itu. Saya lebih fokus ke potensi lindung nilai di masa depan.
Saya pernah terjebak FOMO. Dulu, setiap lihat influencer di TikTok upload video portofolio hijau, saya langsung tergoda. Pernah juga nyemplung ke futures, margin call berkali-kali, stres sendiri. Tapi sekarang saya sadar kalau Bitcoin itu kayak tanaman. Kalau dirawat pelan-pelan, lama-lama bisa tumbuh. Tapi kalau dipaksa panen cepat, malah layu.
Di sinilah saya mulai pakai prinsip Kakeibo. Saya catat pengeluaran, saya pisahkan dana untuk kebutuhan, keinginan, pengembangan diri, dan darurat. Dari "keinginan" itulah saya alokasikan sebagian buat beli Bitcoin. Karena saya tahu ini uang yang saya siapin untuk masadepan kalau cuan, syukur. Kalau rugi, sepertinya enggak deh liat aja history bitcoin tahun ke tahun.
Pertama-tama, saya tentuin pemasukan bulanan. Kedua, saya buat target tabungan Bitcoin, misalnya 100 ribu per minggu. Ketiga, saya buat catatan di excell kapan saya beli, berapa harga BTC, berapa yang saya dapet. Keempat, saya evaluasi tiap bulan dengan menginstropeksi diri dengan bertanya apakah saya konsisten? Apakah saya tergoda beli altcoin?
Hasilnya? Saya lebih disiplin. Saya nggak asal beli Bitcoin pas hijau doang. Saya juga nggak takut pas merah. Karena saya beli rutin, rata-rata harga saya lebih stabil. Saya nggak panik setiap kali harga anjlok. Malah, saya seneng karena bisa beli lebih murah.