Mohon tunggu...
Pande maharani LB
Pande maharani LB Mohon Tunggu... Pelajar Sekolah - Pelajar

Mahasiswa program studi Teknologi Pangan angkatan 2022 Universitas Diponegoro

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Penerapan Teknologi Pasca Panen

17 Desember 2023   21:15 Diperbarui: 17 Desember 2023   23:33 143
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

PENERAPAN TEKNOLOGI PASCA PANEN DALAM MENGENDALIKAN PEMATANGAN BUAH KLIMATERIK

Produk hortikultura berupa buah dan sayuran dapat dipanen ketika telah menunjukkan tanda-tanda kematangan. beberapa produk pertanian dapat dipanen ketika dalam kondisi belum sepenuhnya matang atau setengah matang seperti kelompok buah atau sayuran klimaterik. Buah klimaterik, seperti tomat, pisang, dan apel, memiliki peran penting dalam rantai pasok makanan global. Proses pematangan buah klimaterik adalah tahap kritis yang mempengaruhi kualitas, ketahanan simpan, dan ketersediaan pasokan produk segar.   Penanganan pasca panen menjadi hal penting dalam agribisnis buah klimaterik di kalangan petani dalam proses distribusi hingga penjualan. Total kehilangan hasil pada buah klimaterik akibat penanganan pasca yang kurang tepat dapat mencapai jumlah yang besar karena memiliki kecepatan respirasi dan produksi etilen tinggi sehingga buah klimaterik termasuk buah yang mudah mengalami kerusakan dan jarak pemasaran terbatas. Jadi, teknologi pasca panen sangat penting untuk mengurangi aktivitas metabolisme dan memperpanjang umur simpan klimaterik.

Dalam konteks ini, teknologi pasca panen telah menjadi bidang penelitian dan pengembangan yang vital untuk meningkatkan efisiensi dan kualitas proses pematangan buah klimaterik. Pematangan buah klimaterik secara alami melibatkan produksi etilena, peningkatan aktivitas respirasi, perubahan warna, dan perubahan sifat fisik dan kimia lainnya. Namun, pengelolaan pematangan buah ini menjadi tantangan, terutama dalam memenuhi tuntutan konsumen akan produk segar dengan umur simpan yang lebih lama dan kualitas yang konsisten. Produksi etilen buah klimaterik pada saat ripening jauh lebih besar dibandingkan dengan buah non-klimaterik seperti produksi etilen pada apel yakni sekitar 25-2500 ppm sedangkan pada jeruk sekitar 0.13 -- 0.32 ppm.  Etilen dapat berupa etilen alami yang diproduksi dari buah itu sendiri atau etilen buatan berupa gas C4H4 terkompresi yang diencerkan ke udara untuk mendukung pematangan buah.

Teknologi pasca panen telah menjadi solusi yang kritis untuk mengoptimalkan proses pematangan buah klimaterik. Melalui penggunaan inovatif teknologi, baik dalam hal kontrol lingkungan penyimpanan maupun penggunaan perlakuan pasca panen, mampu mempercepat dan mengelola pematangan buah dengan cara yang terkendali. Dalam konteks ini, pembahasan lebih lanjut akan mengeksplorasi sejumlah teknologi pasca panen yang dapat diterapkan untuk mempercepat dan meningkatkan proses pematangan buah klimaterik secara terkendali. Keberhasilan penerapan teknologi pasca panen dalam mempercepat pematangan buah klimaterik tidak hanya memberikan manfaat dalam hal meningkatkan ketersediaan produk segar di pasar, tetapi juga membuka peluang untuk mengurangi kerugian pasca panen dan mengoptimalkan rantai pasok secara keseluruhan. Oleh karena itu, artikel ini bertujuan untuk membahas tentang penerapan teknologi pasca panen dan dampaknya terhadap pengontrolan pematangan buah klimaterik menjadi esensial dalam upaya mengurangi kerugian petani.

Isi/pokok bahasan

Penerapan teknologi pasca panen terhadap buah klimaterik dimulai dengan perancangan tata kelola pemanenan hingga pemasaran yang terkontrol dan sesuai dengan konsep yang teratur. Buah Klimaterik adalah buah setelah dipanen mengalami laju respirasi yang terus meningkat dan terjadi proses pematangan (Arti, 2018). Buah setelah proses pemanenan terus mengalami berbagai macam proses katabolisme senyawa organik hingga menuju ke arah kerusakan atau pembusukan saat bahan perombakan telah habis. Kerusakan buah tersebut dapat diakibatkan dari sifat buah-buahan yang mudah rusak (perishable), kondisi lingkungan yang tidak menguntungkan bagi daya simpan, juga akibat dari penanganan pasca panen yang kurang tepat. Faktor-faktor yang perlu diperhatikan dalam penanganan panen dan pascapanen buah antara lain suhu, kelembaban, laju respirasi, etilen, kandungan nutrisi,kandungan gula, kesegaran produk dan keamanan pangan (Anonimous, 2013).

Penerapan teknologi pasca panen pada buah klimaterik berperan dalam mengontrol kematangan buah saat setelah pemanen untuk mengurangi kerugian akibat kebusukan buah sebelum dipasarkan. Penanganan panen buah klimaterik meliputi beberapa cara yang dapat melindungi buah dari kerusakan yaitu penentuan umur panen buah yang cocok sesuai yang waktu terbaik untuk buah klimaterik. Hal ini bertujuan untuk menjaga agar saat proses distribusi, buah klimaterik tidak terlalu matang dipanen dan mengakibatkan pembusukan yang lebih cepat. Adapun cara menentukan umur panen adalah dengan  berdasarkan kondisi fisik buah (apabila ada warna putih seperti lilin melekat di buah, bila buah dipencet bagian ujung bawah sudah terasa empuk, bentuk buah sudah padat penuh terutama bagian ujung, dan ada bercak warna hitam di bagian pangkal buah) (Waryat, 2022). Selain kondisi fisik, penentuan umur panen juga ditentukan oleh waktu sejak bunga mekar. Cara pemanenan yang benar meliputi pemilihan buah yang siap panen (tidak terlalu matang atau tidak terlalu muda), pemanenan dilakukan dengan menggunakan alat yang tepat dan aman untuk menjaga agar buah tidak terkena luka atau kerusakan mekanis.

Pemanenan buah klimaterik seperti buah yang berpohon tinggi (mangga, alpukat, pepaya, jeruk, apel, peach, dan lain lain) oleh petani pada umumnya adalah menggunakan caduk atau galah dengan tujuan agar buah tidak langsung jatuh ke tanah dan menyebabkan lebam atau luka pada buah. Pemetikan dilakukan dengan hati-hati, diusahakan tidak terjatuh, dan getahnya tidak boleh mengenai buah tersebut. Panen juga dilakukan pada hari yang tidak terpapar cahaya matahari langsung yang dapat menurunkan kualitas pada buah, contohnya panen di waktu pagi hari jam 07.00 -11.00 WIB pagi. Kemudian buah diletakkan pada box buah (wadah panen). Buah mangga yang telah dipetik oleh pengepul disimpan ditempat yang kering, teduh dan sejuk. Penyimpanan buah klimaterik dilakukan dalam suhu ruang dan suhu dingin. Rata-rata waktu penyimpanan buah sebelum dikirim ke lokasi penjualan berkisar 2- 5 hari. Penyimpanan dingin bertujuan untuk membatasi pembusukan tanpa menyebabkan terjadinya kematangan abnormal atau perubahan-perubahan lainnya yang tidak diinginkan dan mempertahankan mutu sampai ke tangan konsumen dalam jangka waktu yang lama. 

Penyortiran (grading) buah klimaterik juga sangat penting untuk dilakukan dengan hati-hati dengan tujuan untuk memisahkan buah yang layak jual dan tidak layak dijual agar diperoleh buah yang seragam bentuk, warna, ukuran dan kematangannya sedangkan grading dilakukan untuk memperoleh buah yang seragam ukurannya (besar, sedang, kecil atau sangat kecil). Penyortiran dilakukan berdasarkan keadaan fisik dari buah mangga tersebut, buah yang kondisi fisiknya rusak dipisahkan dengan buah yang mulus. Setelah sortasi buah mangga di lap untuk menghilangkan getah yang dapat menurunkan mutu terutama jika buah akan dipasarkan. Langkah selanjutnya adalah pengemasan buah yang bertujuan mempermudah distribusi, mempermudah pemasaran, serta melindungi buah dari kerusakan biologis, fisik, dan kimia. Kemasan yang digunakan harus memuat kriteria keamanan yang baik seperti tahan akan benturan, tidak mudah rusak, tidak menyebabkan buah terluka apabila terkena gesekan dan penumpukan. Contoh kemasan yang baik seperti busa jaring buah pada buah mangga. Pengemasan ini membuah buah apel tahan dari benturan dan tidak berkontak langsung dengan buah sekitarnya, hal ini menyebabkan buha lebih aman dari kondisi lebam atau kerusakan lainnya.

 Penerapan teknologi dalam hal pengemasan dapat meningkatkan kualitas dan kesegaran buah klimaterik, mengurangi pemborosan, dan meningkatkan efisiensi rantai pasokan. Beberapa penerapan teknologi dalam pengemasan yang digunakan pada buah klimaterik adalah penerapan konsep pengemasan atmosfer termodifikasi, pengemasan vakum, penyekat gas adsorben etilen, perlakuan suhu terkontrol dan kemasan berdaya hantar uap. Teknologi dengan konsep pengemasan atmosfer termodifikasi ini melibatkan pengaturan komposisi gas di dalam kemasan untuk memperlambat laju pematangan buah. Karbon dioksida dan oksigen dapat dikontrol sedemikian rupa untuk mengurangi respirasi buah. Ini membantu mempertahankan warna, tekstur, dan kualitas organoleptik buah. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun