Mohon tunggu...
Pandawa Satria
Pandawa Satria Mohon Tunggu... -

Perubahan dan perpindahan akan menuju jalan yang lebih baik.Hijrah adalah bagian dari ajaran agama dan bisa dijadikan pelajaran penting untuk meraih masa depan yang lebih baik

Selanjutnya

Tutup

Vox Pop Pilihan

Beranikah Jokowi Tempatkan Polri di Bawah Kementerian?

23 September 2014   04:54 Diperbarui: 17 Juni 2015   23:52 543
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bulutangkis. Sumber ilustrasi: PEXELS/Vladislav Vasnetsov

Sejak berpisah dengan TNI, arogansi Polri makin menjadi-jadi. TNI yang merupakan “saudara tua” nya tak lagi dihormati. Polri sudah merasa paling hebat bisa menangkap teroris, bisa menangkap penjahat (tapi tidak berani menangkap koruptor), bisa menerima uang dari siapa saja, pengusaha mana saja, termasuk dari sumbanagn negara lain untuk Densus 88. Padahal, dalam memberantas terorisme, Polri banyak dibantu TNI. Sebut saja penangkapan perusuh Poso, bisa terungkap dalangnya, berkat bantuan Kopassus TNI AD, yang sudah tahunan berada disana dalam penyamaran.

Hambali, seorang terduga teroris, juga ditangkap Kopassus di Bogor dan diserahkan kepada Polri. Masih banyak lagi peran TNI yang tidak bisa diselesaikan Polri. Umpamanya, mengejar OPM di Papua, Cuma TNI yang bisa masuk dan bertahan di dalam hutan belantara. Brimob, hanya mampu bertahan beberapa ratus meter saja dari bibir jalan (karena memang keahlian mereka bukan untuk tempur).

Jadi, Polri jangan menyombongkan diri dan menginjak-injak harga diri TNI dan Polri jangan merasa dirinya bersih. TNI itu saudara kita juga yang butuh makan dan minum.Rakyat sudah paham bahwa Polri menerima uang dari pengusaha-pengusaha yang bermasalah. Polri juga, diwilayah kerjanya mendapat hotel atau apartemen gratis dari pengusaha. Singkat kata, Polri masa kini, hartanya melimpah (Berbeda dengan Jenderal Pol Hoegeng) , maka tak heran jika ada rekening gendut. Anehnya, ini dilakukan berjamaah-dari atas sampai bawah. Lihat saja, apakah ada anggota Polri yang hidupnya sengsara-selain Polwan cantik. Bandingkan dengan TNI. Perwira Polri yang bermasalah (asal tidak masuk media massa) karirnya tetap moncer.

Bagaimana dengan TNI? Pimpinan TNI sudah memikirkan kesejahteraan prajuritnya. Namun, kesenjangan sosial terjadi di lapangan. Bila prajurit-bahkan perwira TNI- kehidupannya biasa-biasa saja, maka kehidupan anggota Polri pangkat rendah sekalipun, sangat sejahtera. Kalau anggota TNI bermasalah, maka selamanya pangkat dan jabatannya tidak bisa dinaikkan, karena ada catatan hitam. Sementara, di Polri tidak, anggota yang “nakal” justru makin terang benderang karirnya. Bahkan dihukum ringan. Hal ini yang menjadi kesenjangan kedua institusi ini.

Apalagi tidak ada keinginan dari DPR dan pemerintah untuk memperbaiki Polri. Pernah-bahkan sering di ungkapkan bahwa sebaiknya Polri diletakkan di bawah Kementerian Dalam Negeri saja (bukan di bawah Presiden) agar mudah di control dan tidak merasa sombong dan merasa paling hebat di dunia, padahal kalau melihat sepak terjangnya dilapangan, biasa saja.

Untuk kesekian kalinya, sebaiknya pemerintahan Jokowi-JK berani menempatkan Polri dibawah kementerian. Sebab kalau tidak, selamanya Polri akan menjadi “Raja Kecil” di Indonesia. Siapapun dia tangkap, benar atau salah. Banyak yang bukan teroris, ditangkap Polri, akhirnya jadi teroris sungguhan. Banyak juga Polri menangkap dan mengatakan ada beking dari oknum TNI, padahal Polri juga berbuat demikian. Jadi seperti maling teriak maling. Tidak ada rasa kasihan Polri terhadap TNI, padahal TNI bertaruh nyawa mengamankan NKRI. Sedangkan Polri, apa yang ditaruhkan untuk NKRI ini, selain menangkap dan menerima uang setoran?

Berbagai bentrokan antara TNI dan Polri, selalu diselesaikansecara klise. Misalnya, pimpinan TNI dan Polri bertemu, buat acara, dan selesai. Sementara di bawah hanya menelan ludah. Tidak pernah ada tindakan tegas dari Presiden dan DPR, bahwa kalau melihat begini terus, sebaiknya Polri dibawah kementerian saja. Hal ini tidak pernah dilakukan. Padahal kalau Polri dibawah kementerian (seperti di negara lain) maka rakyat akan senang dan pasti mendukung.

Mari kita lihat kronologi bentrokan TNI dan Polri di Batam sebagaimana di kutip Tribunnews.com. Kepala Dinas Penerangan TNI Angkatan Darat Brigjen Andika Perkasa menjelaskan, empat anggota TNI menjadi korban penembakan yang diduga dilakukan oleh anggota Brimob di Markas Komando (Mako) Brimobda Kepri, di Tembesi, Batuaji, Batam, Kepulauan Riau (Kepri) pada Minggu (21/9/2014) malam.

Menurutnya sebelum penembakan terjadi, anggota satuan Brimob Polda Kepri sedang melakukan penggerebekan penimbunan bahan bakar minyak (BBM) di Batam.

Berikut kronologi penembakan tersebut seperti dituturkan Kepala Dinas TNI AD Brigjen Andika Perkasa:

1. Pada pukul 20.00 WIB Anggota Polda Kepri dan Brimobda Kepri melakukan penggerebekan gudang BBM solar milik Sdr. N yg berada di depan perumahan cipta asri, jln. Trans Barelang Tembesi Batu Aji, Batam, dan mendapati 1 unit mobil sedan merah (diduga sebagai mobil pelangsir BBM) solar masuk menuju gudang tersebut.

2. Selanjutnya mobil tersebut kabur karena mengetahui ada penggerebekan yg dilakukan oleh anggota Polda dan Brimobda Kepri.

3. Selanjutnya anggota polda dan Brimobda Kepri melakukan pengejaran serta mengeluarkan tembakan ke arah ban mobil sedan merah tersebut.

4. Sekitar pukul 21.30 WIB anggota Polda dan Brimobda Kepri keluar dari gudang minyak tersebut dan pada saat yg bersamaan melintas Pratu Ari Kusdiyanto (Anggota Kesehatan Kompi Markas Yonif 134/TS) dan Prada Hari sulistiyo (Anggota Kompi Bantuan Yonif 134/TS) yg baru selesai melaksanakan apel malam di Yonif 134/TS dan akan pulang ke rumah-nya di daerah Bengkong Laut sekaligus akan mengambil cucian laundry. Mereka tidak bersenjata.

5. Namun ditengah perjalanan dua prajurit tersebut berhenti karena melihat ada keramaian di depan perumahan Cipta Asri.

6. Selanjutnya pada saat yang bersamaan anggota Polda dan Brimobda Kepri melakukan penembakan ke arah tanah di depan perumahan Cipta Asri yang (kelihatan-nya tidak disengaja) mengenai Pratu Ari Kusdianto dan Prada Hari Sulistyo.

7. Kemudian sekitar pukul 21.45 WIB, Praka Eka Basri (Anggota Kompi A, Yonif 134/TS) sedang menuju simpang tembesi untuk membelikan makan istrinya (juga tidak bersenjata).

8. Namun karena saat melintas di depan Mako Brimob, Praka Eka Basri melihat dua rekan-nya menderita luka tembak, yangbersangkutan singgah di depan Mako Brimob dan menanyakan kepada anggota brimob alasan penembakan terhadap dua anggota Yonif 134/TS.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Vox Pop Selengkapnya
Lihat Vox Pop Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun