Mohon tunggu...
Panca Nur Ilahi
Panca Nur Ilahi Mohon Tunggu... Penulis Rebahan

Limpahkan pemikiran dengan sebuah tulisan.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Notifikasi Menjadi Dewasa

7 Oktober 2025   10:19 Diperbarui: 7 Oktober 2025   10:19 19
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Menjadi manusia dengan label dewasa ternyata tidak mudah, ketika kita punya ambisi untuk mencapai tujuan, pasti akan ada orang yang  mencibir "dasar ambis"  , ketika kita hanya mengikuti arus, terasa seperti tidak punya prinsip, Terkadang, kerja keras dan kejujuran tak dihargai, dan kita harus rela melihat kecurangan yang justru mendapatkan apresiasi.

Manusia dewasa itu penuh teka-teki, setiap tindakannya bisa jadi 'plot twist' yang tidak sesuai dengan apa yang dibayangkan.
Bus Trans Jakarta terus melaju dengan isi pikiran dan hati ican yang terus berbicara di dalam dirinya.

Sudah tak ingat lagi berapa banyak sesi konsultasi psikolog yang ku jalani untuk bisa mencurahkan semua perasaan menjadi manusia dewasa. Di tengah hujan yang mengguyur lebat, bus TransJakarta mulai terasa dingin. Sayangnya aku tidak membawa jaket hari ini. Aku merasa dingin menusuk kulit menembus kemeja lengan panjang ku.

Sesi dengan psikolog cukup membantu ketenangan mentalku, karena aku sudah tidak punya teman yang bisa aku ajak berbicara tentang kehidupan. Semua temanku sudah sibuk dengan kehidupannya masing-masing. Mana mungkin mereka mau mendengar situasi hidupku.

Pada fase kehidupan dewasa ini teman yang kumiliki sangat sedikit, berbeda ketika aku SMA, satu angkatan bahkan satu sekolah mengenalku, sebagai anak yang pandai dan taat akan aturan. Beberapa anak dari kelas lain akan mengajakku untuk belajar bersama, terlebih lagi aku aktif di organisasi  sekolah OSIS, sungguh menyenangkan mengingat masa itu.

Teman yang kumiliki faktanya pada saat ini mungkin bisa dihitung jari baik itu perempuan ataupun laki-laki, di lingkungan kerja ada dua orang yang menjadi support system ku mereka Kevin dan Jesika, hanya mereka yang saat  ini membuatku nyaman bekerja di kantor.
Aku juga memiliki teman dekat yang selalu ada buatku ia Hanif 3 tahun lebih tua dariku namun ia sangat sibuk.

Aku sadar di umur yang sudah memasuki angka 20-an, tidak ada lagi orang yang bisa kita buat bersandar selamanya, Aku harus bisa menerima bahwa perpisahan, kegagalan, dan ketidakadilan akan selalu menjadi bagian dari perjalanan hidup. Hidup ini akan diwarnai badai, namun hal yang tak kalah pasti adalah setelahnya, kebahagiaan (langit cerah) akan kembali datang.
"Tengg Nung..." Suara di dalam bus TJ menginformasikan: "Halte selanjutnya Pancoran Tugu."

Dalam lamunannya ican tersadar mendengar suara informasi tersebut, ia bergegas berdiri karena halte tersebut adalah tujuannya. 

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun