2. Empu Sarpadewa
Beliau hidup pada masa negeri Mamenang, karyanya berupa 3 bilah keris pusaka yang diberi nama Sang Cengkrong, Sang Damarmurup, Sang Carita. Ada kisah tentang empu Sarpadewa yang terkenal yaitu saat beliau didatangi seorang dari negeri tetangga dan dimohon untuk membuatkan keris pusaka untuk orang tersebut. Karena kecantikan si pemesan yang juga seorang nahkoda kapal, empu Sarpadewa kemudian jatuh cinta. Dengan segera empu Sarpadewa mewujudkan keris pusaka yang dipesan oleh perempuan itu. Pembuatan keris pusaka ini ternyata diketahui oleh raja Mamenang dan membuat murka sang raja. Empu Sarpadewa akhirnya diusir keluar dari negeri tersebut, dan keris pusaka diserahkan kepada sang nahkoda kapal.
3. Empu Ramayadi
Beliau hidup sekitar tahun 827, karyanya ada tiga bilah pusaka yaitu Sang Pandawa, Sang Kresna Tanding, dan Sang Bhimakroda. Empu Ramayadi bukanlah penduduk asli negeri Mamenang namun berasal dari negeri lain. Karena kepandaiannya dalam bergaul dan melebur dalam kebudayaan negeri Mamenang, beliau merasa diterima sebagai warga Mamenang.
4. Empu Gadawisesa
Beliau hidup sekitar tahun 941 dan berhasil menciptakan dua bilah keris pusaka, yaitu Sang Megantara dan Sang Rarasjiwa atau disebut juga Rarasduwa, ada juga yang menyebutnya keris Lara Siduwa. Adapun pembuatan kedua keris pusaka tersebut atas titah Prabu Citrasoma di Pengging.
5. Empu Windudibya
Beliau hidup sekitar tahun 1119, adapun keris pusaka yang diciptakan ialah Sang Panjisekar, Sang Carangsoka, Sang Panjianom, dan Sang Sekargading. Keris-keris pusaka tersebut dibuat atas titah Prabu Amiluhur di Jenggala.
6. Empu Kandangdewa
Beliau hidup pada masa Kahuripan yaitu sekitar tahun 1045. Empu Kandangdewa diyakini masih satu perguruan dengan empu Kanwa, namun empu Kanwa lebih memilih menekuni dunia kesusastraan karena menganggap apapun yang berwujud senjata akan menimbulkan peperangan. Pada masa Kahuripan dipimpin oleh Airlangga empu Kanwa telah menciptakan karya sastra agung yang berjudul Arjuna Wiwaha. Ada cerita yang menarik tentang empu Kandangdewa, yaitu saat beliau melakukan suatu perjalanan dan bertemu dengan seorang pertapa yang bernama Sang Jatinindra. Sang Jatinindra tak lain ialah Airlangga yang merupakan raja Kahuripan. Dalam pertemuannya itu Sang Jatinindra menyarankan agar empu Kandangdewa untuk mengabdikan dirinya ke negeri Jenggala. Dalam suatu riwayat disebutkan bahwa pada sekitar akhir tahun 1042, raja Airlangga membagi kerajaannya menjadi dua, yaitu bagian barat bernama Kadiri beribu kota di Daha, diserahkan kepada Sri Samarawijaya, serta bagian timur bernama Janggala beribu kota di Kahuripan, diserahkan kepada Mapanji Garasakan. Setelah turun takhta,  raja Airlangga menjalani hidup sebagai pertapa sampai meninggal sekitar tahun 1049. Untuk menyamarkan namanya maka raja Airlangga menggunakan nama Sang Jatinindra. Dalam rentang waktu satu tahun, empu Kandangdewa telah berhasil menciptakan tiga bilah pusaka, yaitu Sang Sabukinten, Sang Jalak, dan Sang Kalawelang.
7. Empu Windusarpa