Mohon tunggu...
palge
palge Mohon Tunggu... Wiraswasta - petik pelajaran dari masa lau

menulis lah.....

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

HIDUP DARI MENIPU

20 Maret 2015   05:48 Diperbarui: 17 Juni 2015   09:24 67
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

HIDUP DARI MENIPU

Dua hari yang lalu, tepatnya pukul 11 malam, saya dikejutkan oleh deringan telepon. Keponakan saya menelepon. Straight to the point, dia menanyakan bagaimana ciri-ciri sebuah cek. Saya yang masih setengah mengantuk  awalnya tidak paham apa yang dia maksud. Namun setelah bercerita sekitar 10 menit, saya jadi mengerti duduk persoalannya.

Jadi ceritanya begini. Dalam perjalanan pulang ke rumah, dia menemukan sebuah amplop besar yang tercecer di tengah jalan. Amplop itu dalam keadaan terbuka. Menyadari bahwa amplop itu mungkin berisi dokumen penting dan seseorang telah menjatuhkan amplop itu dengan tidak sengaja, dia membuka isinya. Seperti dugaannya, amplop itu memuat berkas penting. Selain akte notaris tentang perusahaan, ada selembar kertas yang membuat jantungnya berdegup kencang. Selembar cek. Cek itu berisi tulisan yang memuat nilai 1.5 M. Satu setengah miliar.

Menyadari bahwa sang pemilik mungkin sudah kalang kabut akibat kehilangan dokumen, dia menelopon ke alamat perusahaan yang terdapat di dokumen itu. Dari sinilah awalnya terbongkar kalau ada unsur penipuan, dimana si pemilik dokumen telah dengan sengaja ‘mencecerkan’  dokumen itu. Pemilik dokumen mengucapkan terima kasih banyak. Yang membuat hati keponakan saya melambung adalah, bahwa si empunya dokumen – sebagai ungkapan rasa terima kasih – dengan hati yang ‘tulus’ akan memberikan imbalan sebesar 100 juta, sekalai lagi seratus juta, kalau dia bersedia mengembalikan dokumen itu ke alamat perusahaan yang tertera.

Tapi ada satu syarat, dia harus memiliki tabungan bank dan atm, kemana si pemilik dokumen akan mentransfer uang sejumlah 100 juta itu. Si pemilik dokumen yang baik hati itu kemuadian menanyakan, berapa jumlah uang yang ada dalam rekening bank keponakan saya. Dengan lugu, dan entah mungkin tidak memiliki uang, keponakan saya menjawab polos. Uang yang tersisa dalam rekening bank hanya 100 ribu. Baca : seratus ribu rupiah.
Si pemilik dokumen berkata, bahwa dengan jumlah nominal sejumlah itu, dia tidak dapat mentransfer 100 juta. Dia menyarankan untuk entah bagaimana caranya, supaya saldo di rekeningnya minimal 3 juta.  Keponakan saya kemudian begerilia dari teman ke teman dan dari famili ke famili meminjam uang sebanyak yang diminta si pemilik dokumen.

Sebelum menghubungi si pemilik dokumen untuk mengatakan bahwa telah tersedia sejumlah uang seperti yang diminta, dia menelopon saya. Dari sinilah dia mulai cerita tentang semua itu.
Saya kemudian menjadi maklum, bahwa telah terjadi penipuan dalam hal ini. Si pemilik dokumen telah dengan sengaja mencecerkan dokumen perusahaan mereka. Tidak hanya satu, barangkali ada puluhan bahkan ratusan yang dengan sengaja telah mereka cecerkan, dengan harapan akan ada orang yang menelon  dan mengatakan kalau mereka menemukan dokumen. Selanjutnya si pemilik dokumen akan berbaik hati dan berjanji memberikan imbalan sejumlah tertentu. Biasanya dengan nominal besar, misalnya 100 juta apabila si penemu dokumen bersedia mengembalikan dokumen itu, dengan catatan mereka memiliki uang di rekening dengan jumlah minimal tertentu.

Selanjutnya, si penipu akan menyuruh korbannya ke atm, dan entah bagaiman caranya, bukannya si penipu mengirimkan uang  ucapan terma kasih sebesar 100 juta, tetapi malah uang yang ada di rekening si penerima yang  amblas blas terkirim ke rekeining si penipu.
Saya sarankan ke keponakan saya untuk tidak menaggapi tentang hadiah 100 juta itu. Sebab logikanya, apabila kita ingin mengirimkan uang ke rekening seseorang via atm, tidak ada batas minimal uang yang harus tersedia di rekening si penerima. Selama rekeningnya masih aktif, transfer bisa dilakukan. Ada unsur penipuan dalam hal ini.
Dan karena iming-iming 100 juta tadi, banyak orang yang alih-alih mendapat untung, malah jadi buntung.

Banyak cara orang untuk memperoleh uang. Menipu salah satunya. Waspadalah........

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun