Mohon tunggu...
Sungkowo
Sungkowo Mohon Tunggu... guru

Sejak kecil dalam didikan keluarga guru, jadilah saya guru. Dan ternyata, guru sebuah profesi yang indah karena setiap hari selalu berjumpa dengan bunga-bunga bangsa yang bergairah mekar. Bersama seorang istri, dikaruniai dua putri cantik-cantik.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Artikel Utama

Layangan Horor, Media Edukasi agar Anak Tak Takut "Memedi"

28 Juli 2025   07:59 Diperbarui: 29 Juli 2025   14:24 229
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi 2: Anak-anak bermain layangan di area yang lapang, persawahan (26/7/2928). (Dokumentasi pribadi)

Layangan yang berbentuk pocong, juga kuntilanak, jelas bertema horor. Dari fenomena ini saya tersadar bahwa yang bertema horor tak hanya film dan nama band Black Sabbath, genre rock, yang ternyata terinspirasi dari film, yang di dalamnya ada Ozzy Osbourne, sosok legendaris yang baru saja meninggal, tapi juga layangan.

Hanya memang, saat saya melihat langsung di area lapang lokasi anak-anak bermain layangan, dekat tempat tinggal saya dan keluarga, tak satu pun saya jumpai layangan horor. Semua yang dinaikkan dan mau dinaikkan adalah layangan konvensional. Yaitu, layangan seperti ketika saya masih kecil.

Namun begitu, pada suatu ketika saya menemukan ada orang yang menjual layang-layang horor. Dijual di pinggir jalan besar. Dari dalam kendaraan yang kami naiki, saya menyempatkan diri mengabadikan dalam wujud foto.

Dan, ketika saya menceritakan hal ini kepada beberapa teman guru, mereka mengatakan bahwa layang-layang horor, baik yang berwujud pocong maupun kuntilanak, memang ada. Bahkan, mereka mengatakan layangan seperti itu sudah lama ada orang yang menjual.

Di Kudus, Jawa Tengah, saya melacaknya melalui Google, ada layang-layang horor sejak 2020. Dan, sejauh saya mengetahui di beberapa tempat lain, juga mulai ada pada 2020. Tapi, seandainya di tempat yang lain lagi ada layang-layang horor sejak tahun-tahun sebelumnya, itu keterbatasan saya memperoleh informasi.

Hanya, yang jelas, layangan horor adalah bagian dari karya kreatif. Yang, tentu bukan pokoknya dibuat. Si pembuat pasti memiliki alasan. Misalnya, kalau film horor disukai oleh anak-anak bisa saja layangan horor juga disukai oleh anak-anak. Atau, mungkin ada alasan yang lain.

Munculnya layangan horor di tengah-tengah layangan konvensional dan layangan yang lain yang sudah ada terlebih dahulu, mungkinkah menyimpan nilai positif yang dapat diungkap? Sekurang-kurangnya terkait dengan upaya edukasi anak? Sebab, bermain layangan lebih banyak diperankan oleh anak.

Ilustrasi 2: Anak-anak bermain layangan di area yang lapang, persawahan (26/7/2928). (Dokumentasi pribadi)
Ilustrasi 2: Anak-anak bermain layangan di area yang lapang, persawahan (26/7/2928). (Dokumentasi pribadi)

Layangan horor, yang berwujud bentuk pocong dan kuntilanak, betapa pun mengarahkan pikiran kita, yaitu setiap orang yang melihat, membayangkan pocong dan kuntilanak yang sudah dikenal oleh masyarakat sebagai memedi.

Memedi, makhluk halus, atau hantu pocong dan kuntilanak, secara umum, ditakuti oleh sebagian orang, termasuk anak-anak. Dan, kategorial anak yang paling terdampak secara mental karena tingkat rasional mereka memang belum teguh. Pocong dan kuntilanak terpikir sebagai hantu yang mengerikan dan menakutkan.

Mungkin yang seperti ini tak semua anak mengalaminya. Artinya, ada anak yang tak takut. Mereka pemberani. Mereka mungkin pernah mendengar, mengetahui, atau melihat ada orang yang membicarakan dan takut terhadap pocong juga kuntilanak. Tapi, mereka tak merasa takut.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun