Satu buku tulis untuk beberapa materi pelajaran yang berbeda. Ini hal yang biasa. Mudah diatur. Satu buku tulis dibagi menjadi beberapa bagian. Setiap bagian untuk satu materi dan bagian yang lain untuk materi yang lain.
Begitulah yang ada pada waktu itu bagi rerata murid. Serba terbatas. Sekalipun begitu, bukan berarti mereka terbatas setelah merampungkan sekolah. Â Sebab, di dalam menjalani kehidupan selanjutnya mereka dapat memiliki profesi yang berbeda.
Ada yang menjadi pegawai, pedagang, pengusaha, dan pejabat. Tetapi, ada juga yang menjadi petani atau buruh tani. Bahkan, ada yang tidak memiliki pekerjaan tetap.
Buku semakin banyak
Setidaknya dua dekade terakhir ini penggunaan tas punggung bagi anak sekolah sudah sangat bisa dirasakan. Hal itu seiring dengan anak-anak mendapat pinjaman buku. Yakni, sekolah meminjamkan buku-buku pelajaran.
Boleh jadi kenyataan itu yang kemudian menyebabkan murid  menggunakan tas punggung. Yang memang tas punggung dapat memuat banyak buku.
Selain murid sudah memiliki beberapa buku tulis untuk setiap mata pelajaran, masih ada buku teks/paket pinjaman dari sekolah. Jadi, jumlahnya menjadi banyak.
Tas punggung tidak hanya digunakan oleh murid di kota. Tetapi, juga oleh murid yang berada di desa. Semua murid, baik siswa maupun siswi. Jelasnya, tas punggung sudah menjadi tren bagi murid.
Penggunaan tas punggung bagi murid memang sangat praktis dan efektif. Dikatakan praktis karena dengan mengalungkan tali tas tersebut di kedua bahu, tas yang sudah berisi buku langsung menggantung di punggung.
Meskipun begitu, saat berjalan, tangan masih dapat melenggang dengan bebas. Karena tanpa terganggu oleh beban apa pun. Jadi, saat berjalan  tetap nyaman.
Bahkan, tidak hanya berjalan. Sekalipun di punggung menggantung tas penuh buku, pemakai tas tersebut masih bisa berlari dengan nyaman. Yang tentu tidak demikian kalau membawa tas selempang.