Mohon tunggu...
Sungkowo
Sungkowo Mohon Tunggu... guru

Sejak kecil dalam didikan keluarga guru, jadilah saya guru. Dan ternyata, guru sebuah profesi yang indah karena setiap hari selalu berjumpa dengan bunga-bunga bangsa yang bergairah mekar. Bersama seorang istri, dikaruniai dua putri cantik-cantik.

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Artikel Utama

Imlek, Menginspirasi Catatan tentang Menanamkan Bertoleransi bagi Anak-anak

30 Januari 2022   14:27 Diperbarui: 30 Januari 2022   20:00 1134
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pertunjukan Barongsai dalam rangka memeriahkan perayaan Tahun Baru Imlek 2571 saat car free day di Bundaran Hotel Indonesia, Jakarta, Minggu (26/01/2020). Foto: Antara Foto/M Risyal Hidayat via Kompas.com

Biarlah ketika kita sudah tak ada di antara mereka, mereka hidup berdampingan satu dengan yang lain meskipun mereka berbeda suku, agama, ras, dan golongan. Betapa kita bahagia di alam baka (sana) ketika kita sudah meninggalkan bagi mereka hidup bergandengan tangan dengan sesama.

Maka, selama kita masih dianugerahi hidup bersama mereka, kita memberi yang terbaik bagi mereka. Melalui hal-hal sederhana yang menarik perhatian mereka, kita mendidiknya.

Ya, misalnya, ketika anak-anak mengajak orangtuanya menonton barongsai dan leang-leong, seperti si bungsu tatkala masih kanak-kanak mengajak saya. Orangtua dapat memanfaatkan pertunjukan tersebut untuk menanamkan nilai-nilai bertoleransi.

Karena, pada saat seperti itu, anak-anak bersemangat. Dalam suasana hati yang penuh semangat, harapan orangtua untuk menanamkan nilai-nilai, termasuk sikap toleran, lebih mudah.

Taruhlah misalnya, si anak selama ini hanya mengetahui dan mengenal takbiran karena ia sekeluarga pemeluk agama Islam. Lalu, ia ingin menyaksikan pertunjukan barongsai dan leang-leong. Bukankah saat itu, orangtua dapat bercerita banyak tentang barongsai dan leang-leong?

Dan, melewati itu, orangtua dapat mengajak anak untuk mengagumi pertunjukan barongsai dan leang-leong, menghargainya, dan bersikap baik serta hormat kepada pemeran dan orang-orang yang terlibat di dalamnya.

Meskipun upaya itu terkesan sederhana, tapi sejatinya sudah menanamkan nilai-nilai toleransi kepada anak. Kalau cara-cara seperti itu terus dilakukan oleh orangtua terhadap anak secara konsisten, nilai-nilai toleransi terinternalisasi dalam hidupnya.

Kalau setiap orangtua di Indonesia memiliki kepedulian seperti itu terhadap anak-anaknya, tentu akan lahir generasi yang menghargai pluralitas. Toh, seperti sudah disebut di bagian lain cacatan ini, Indonesia memang majemuk.

Majemuk agamanya, budayanya, adat istiadatnya, sukunya, bahasa daerahnya, dan lain-lain. Oleh karena itu,  menanamkan nilai-nilai toleransi kepada anak-anak selain lewat menyaksikan pertunjukan barongsai dan leang-leong seperti telah dicontohkan, juga bisa lewat yang lain.

Misalnya, orangtua pemeluk Kristen menceritakan takbir, barongsai, leang-leong,  sembahyang di pura, dan wihara. Sementara itu, orangtua keturunan Cina menceritakan kepada anaknya tentang tradisi ruwatan, syawalan,  tradisi bakar batu, dan tradisi daerah lain.

Bahkan, mengajak anak menyaksikan secara dekat budaya, tradisi, dan adat istiadat komunitas lain dan memperbincangkannya, akan semakin menguatkan sikap anak dalam hal menghargai dan menghormati perbedaan, yang akan selalu ada di bumi nusantara ini. Semoga.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun