Mohon tunggu...
Darmadi
Darmadi Mohon Tunggu... -

Patriot Energi Kementrian ESDM 2015-2016. Travelling, geology, vulcanology, community development, design thingking :)

Selanjutnya

Tutup

Lyfe

Serunya Program Patriot Energi Kementrian ESDM

18 Februari 2016   10:55 Diperbarui: 18 Februari 2016   11:24 1276
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Untuk menuju ke desa Manmas, butuh waktu kurang lebih 2,5 jam via jalan darat. 1 jam pertama perjalanan bakal disuguhi pemandangan pantai yang menggoda mata. Santai ini bukan pantai-pantai di film dono yang berbau bikini bottom. Di jamin steril juga dari cabe-cabean atau spesies sejenis lainnya. Habis dari perjalanan pantai, langsung naik mendaki pegunungan di Alor Selatan. Paling pas kalau naik ke pegunungan ini sore-sore. Bakal ada sunset sore romantis yang menemani. Kesendirianmu tak kalah seru kok ditemani sunset sore. Dasar jomblo…

Jalan menuju desa manmas sudah cukup bagus. Dari kota sampai kecamatan sudah diaspal. Menuju desa, jalannya sudah campur-campur. Ada jalan rasa lumpur yang berpadu dengan sisa rintihan air hujan, rasa jalan berliku penuh kegalauan, sampai jalan tanjakan yang penuh perjuangan. Kalau pakai motor matic siap aja majuuu… munduur…majuuu mundor dorooong. Ya Allah tunjukan kami ke jalan yang benar. Aaamiin

 

KEGIATAN DI DESA

            Sampai di desa saya menginap di rumah bapak kepala desa. Sambutan warga sangat ramah sekali. Kalau ada ada yang bilang orang timur itu seram dan garang sepertinya itu salah besar. Tidak semua orang Indonesia timur berperilaku seperti itu. Mereka sangat ramah dan menghargai orang baru. Warga di desa saya sangat baik sekali. Mereka sangat menjunjung toleransi. Saya ambil contoh kecil. Dalam sebuah acara-acara adat saya pernah diminta untuk menyembelih ayam supaya ayam tersebut halal untuk saya konsumsi.

Apa yang kami lakukan di desa ? Hal pertama yang saya lakukan di desa adalah pemetaan sosial. Di sini saya berkunjung ke rumah-rumah warga, ngobrol santai sambil menggali permasalahan dan potensi desa. Butuh kurang lebih 1 bulan untuk benar-benar memahami permasalahan dan potensi dari desa. Dari pemetaan sosial tersebut saya buat design thingking untuk mencoba mencari solusi-solusi dari permalahan desa. Masalah utama yang ada di masyarakat desa adalah kesulitan akses air bersih, pendidikan, pertanian dan ekonomi. Dari permasalahan tersebut kemudian kami merancang gerakan “Desa Patriot”. coba buka websitenya di sini .Untuk mendukung  gerakan ini kami membentuk tim jarak jauh dari teman-teman kuliah yang ada di UI,ITB,Unpad, UGM,UB,Unair,Unhas dan USU. Tim ini bertugas untuk memberikan bantuan jarak jauh terkait keilmuan dan teknologi yang bisa diterapkan di desa serta berbagai kebutuhan lainnya.

PELITA KEHIDUPAN

            Tugas utama dari seorang patriot energi adalah mendampingi masyarakat untuk memanfaatkan energi terbarukan secara bijak dan berkesinambungan. Untuk patriot energi gelombang 1 ini teknologi yang dipakai adalah Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS). Di desa saya ikut dengan masyarakat bergotong royong untuk membangun PLTS. Setelah PLTS jadi, saya melakukan pelatihan dan pendampingan kepada operator untuk pemanfaatan PLTS. Kegiatan lainnya adalah mengadakan sosialisasi kepada masyarakat tentang pemanfaatan PLTS dan membentuk badan khusus (semacam koperasi) untuk mengelola PLTS. Untuk menjaga agar PLTS tidak cepat rusak, maka saya dengan masyarakat menyusun dan menyepakati aturan penggunan PLTS. Aturan tersebut meliputi iuran bulanan sampai sanksi-sanksi jika ada pelanggaran dalam pemanfaatan PLTS.

            Dampak adanya listrik di desa ini begitu besar. Dulu desa ini menggunakan pelita (biji kemiri dicampur kapas, dibakar lalu dijadikan penerangan). Berikutnya ada yang punya genset, tetapi hanya beberapa warga. Ada juga bantuan dari PLN semacam senter yang dari tenaga matahari. Kini warga desa dapat menikmati dengan mudah fasilitas listrik. Anak-anak dapat belajar dengan nyaman di malam hari. Kegian produktif seperti meniti kemiri, menumbuk kopi juga bisa dilakukan di malam hari. Tapi bisa jadi dengan adanya listrik dapat menurunkan produktifitas kelahiran bayi di desa, hhhe. Mitosnya dulu KB kurang berhasil karna desa-desa masih gelap. Karna gelap jadi hiburan ya itu-itu aja mungkin. Apa itu. Gak usah mikir aneh-aneh. Ya bisa main kartu, main gundu. Asal jangan mainin hati, hohoho.

 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun