Mohon tunggu...
Pakde Kartono
Pakde Kartono Mohon Tunggu... wiraswasta -

Sayang istri, sayang anak, makanya disayang Allah\r\n

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Abraham Samad Menantang Jokowi

13 Januari 2015   23:01 Diperbarui: 17 Juni 2015   13:13 946
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
14211395921990993899

[caption id="attachment_390525" align="alignnone" width="600" caption="Foto dari antaranews.com"][/caption]

Tepat sekali langkah admin kompasiana yang cerdas-cerdas dan kritis-kritis mengangkat tulisan kompasianer Pakde Kartono berjudul "Jokowi Blunder Pilih Kapolri Budi Gunawan" sebagai Trending Articel pada Senin 11 Januari 2015. Hari ini, 12 Januari 2015, apa yang Pakde Kartono nyatakan sebagai blunder, terbukti dengan nyata saat ketua KPK Abraham Samad, dengan semangat 45 nan berapi-api mengumumkan penetapan TERSANGKA kepada Komjen (pol) Budi Gunawan karena melanggar pasal 12 a UU Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi, yaitu menerima hadiah atau janji selama menjabat sebagai Kepala Biro Pembinaan Karier SDM Mabes Polri tahun 2004-2006 dan jabatan-jabatan lainnya di Mabes Polri.

Penyelidikan oleh KPK sudah dilakukan sejak pertengahan tahun 2014, sebagai follow up LHA dari PPATK dimana Budi Gunawan, dilaporkan sebagai salah satu jenderal pemilik rekening gendut, bersama dengan jenderal-jenderal lainnya, antara lain Susno Duadji, Matheus Salempang, SY Wenas dan Badrodin Haiti dll.

Menjadi pertanyaan standar di otak saya yang cerdas ini, Apa esensi bagi KPK mengumumkan penetapan tersangka Budi Gunawan pada hari ini? Seperti kita ketahui DPR RI sedang akan mulai melakukan fit and proper test terhadap komjen (pol) Budi Gunawan pada tanggal 13 Januari 2015 (besok). Dan juga banyak tersangka-tersangka lain yang belum jelas proses hukumnya (Hadi poernomo, Suryadharma Ali dan Jero Wacik).

Jangan salahkan jika timbul pikiran nakal di otak saya yang cerdas, apakah penetapan tersangka yang terburu-buru ini sebagai reaksi KPK, yang KESAL tidak diajak diskusi oleh presiden Jokowi dalam pemilihan Jaksa Agung dan Kapolri, padahal dalam pemilihan menteri tempo hari, KPK dilibatkan oleh presiden Jokowi. Dan berdasarkan keterangan dari KPK, nama Budi Gunawan termasuk yang mendapat tanda merah dari KPK saat namanya disodorkan oleh Jokowi sebagai calon menteri. Beberapa nama calon menteri yang mendapat tanda merah, antara lain Muhaimin Iskandar dan Sri Mulyani, makanya mereka gak dipilih Jokowi jadi menteri di kabinetnya. Istri saja Kesal kalo gak diajak diskusi dan tiba-tiba suaminya kawin lagi, apalagi KPK yang sejak awal diajak diskusi presiden Jokowi dalam pemilihan menteri.

Melihat berapi-apinya ketua KPK Abraham Samad mengumumkan status tersangka Budi Gunawan, saya menangkap ada emosi tingkat tinggi yang bergemuruh di dada Abraham Samad.

Saya sama sekali tidak meragukan profesionalitas KPK pada umumnya, dan Abraham Samad pada khususnya. Saya percaya 1000% bahwa KPK dan Abraham Samad bekerja profesional.

Dari tulisan-tulisan Saya terdahulu, malah Saya mendukung penuh kinerja di bawah pimpinan Abraham Samad, yang tidak kenal takut, tidak mau mentersangkakan pejabat sekelas ikan teri atau ikan gurame, tetapi senang mentersangkakan pejabat sekelas ikan paus, hiu dan lumba-lumba.

Tanpa ragu-ragu, Abraham Samad mentersangkakan ketua MK (Akil Mochtar), ketua BPK (Hadi Poernomo), menteri (Andi Malarangeng, Jero Wacik dan Suryadharma Ali), gubernur (Rusli Zainal, Ratu Atut), walikota, bupati, anggota DPR, anggota DPRD, pengusaha nasional, ketua partai politik dan sebentar lagi mantan wakil presiden dan anak mantan presiden. Belum ada kinerja secermerlang ini di era pimpinan KPK sebelum Abraham Samad.

Akhir kata, dari penetapan tersangka Budi Gunawan, satu-satunya calon kapolri yang direkomendasikan oleh presiden Jokowi, yang diumumkan hari ini tanggal 12 Januari 2015 oleh ketua KPK Abraham Samad, padahal besok tanggal 13 Januari 2015 akan dilakukan Fit and Proper test di DPR RI, Saya menangkap signal bahwa Abraham Samad (KPK) menantang presiden Jokowi, jangan main-main dengan pemilihan pejabat publik, apalagi pejabat yang memegang peranan vital dalam kehidupan berbangsa dan bernegara. Kalo tetap main-main dan tidak melibatkan KPK, jangan salahkan jika KPK mempermalukan pilihan presiden Jokowi di depan publik.

Kemarin KPK kecolongan oleh penetapan Jaksa Agung Prasetyo yang tidak melibatkan KPK, maka hari ini KPK tidak mau kecolongan 2x. Hal ini sesuai kata pepatah, Keledai saja tidak mau terperosok ke lubang yang sama 2x. Kalo sampai KPK tidak bereaksi atas pilihan tunggal presiden Jokowi untuk posisi kapolri, maka jangan salahkan saya kalo saya menyebut KPK, termasuk Abraham Samad sebagai keledai.

Selamat sore Indonesia

Mohon tunggu...

Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun