Mohon tunggu...
Cahyadi Takariawan
Cahyadi Takariawan Mohon Tunggu... Penulis Buku, Konsultan Pernikahan dan Keluarga, Trainer

Penulis Buku Serial "Wonderful Family", Peraih Penghargaan "Kompasianer Favorit 2014"; Peraih Pin Emas Pegiat Ketahanan Keluarga 2019" dari Gubernur DIY Sri Sultan HB X, Konsultan Keluarga di Jogja Family Center" (JFC). Instagram @cahyadi_takariawan. Fanspage : https://www.facebook.com/cahyadi.takariawan/

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Paradoks Dalam Kehidupan Manusia, Benar-Benar Nyata!

25 Maret 2025   06:04 Diperbarui: 25 Maret 2025   06:04 89
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Seseorang bisa berteriak saat mengalami sesuatu yang sangat menyakitkan, misalnya jatuh tergelincir di jalan yang licin. Namun seseorang juga bisa berteriak saat mengalami sesuatu yang sangat menyenangkan, misalnya ketika diumumkan sebagai pemenang lomba.

Seseorang bisa menangis karena kesedihan yang mendalam, misalnya kehilangan orang yang sangat dicintai. Namun seseorang juga bisa menangis karena kebahagiaan yang mendalam, misalnya saat dipinang oleh lelaki pujaan hati.

Seseorang bisa tertawa karena sesuatu yang lucu dan menyenangkan. Namun seseorang juga bisa tertawa karena sesuatu yang memalukan.

Paradoks Kenikmatan dan Kesengsaraan

Begitulah, hidup manusia dipenuhi paradoks. Termasuk, paradoks dalam kenikmatan dan kesengsaraan. Untuk merasakan kenikmatan yang sempurna, manusia perlu merasakan kondisi yang sebaliknya.

Paul Bloom (2021) membuat istilah menarik, "The pleasures of pain and the pains of pleasure. Kenikmatan dari rasa sakit dan rasa sakit dari kenikmatan". Menurutnya, kehidupan manusia dipenuhi oleh hal-hal paradoks.

Sakit adalah sesuatu yang tidak menyenangkan, maka sembuh dari sakit adalah hal yang sangat menyenangkan. Rupanya diperlukan rasa sakit agar kita bisa merasakan kesenangan yang lebih besar. Agar lebih bisa mensyukuri nikmat kesehatan. Jika tak pernah merasa sakit, sehat menjadi biasa saja. Bukan hal istimewa.

Lapar dan haus adalah kondisi yang tidak menyenangkan. Begitu mendapatkan makanan dan minuman, menjadi terasa sangat menyenangkan. Ternyata diperlukan lapar dan haus agar lebih bisa merasakan kenikmatan makan dan minum. Agar lebih bisa mensyukuri lezatnya makanan serta minuman. Jika kita tak pernah merasa haus dan lapar, rasa makan dan minum itu biasa saja.

Lelah itu kondisi yang tidak menyenangkan. Namun setelah berhasil istirahat, rasanya menjadi sangat menyenangkan. Diperlukan rasa lelah, agar istirahat lebih terasa nikmat. Kalau kita tak pernah lelah, istirahat menjadi sesuatu yang biasa saja. Bukan sebagai nikmat yang besar.

"Everyone knows that food never tastes so good as when you are hungry, lying on the sofa is blissful after a long run, and life itself is wonderful when you're leaving the dentist's office" (Paul Bloom, 2021).

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun