"Pergi sana ke rumah dan cuci baju. Dasar lelaki takut istri!"
Anda pasti sering mendengar ucapan seperti itu. Sering diucapkan oleh publik figur, bahkan oleh seseorang yang menyandang gelar ustadz. Biasanya ucapan itu akan disambut dengan gelak tawa para hadirin.
Puas rasanya bisa "menang" di hadapan istri. Puas rasanya bisa berlaku galak dan membuat takut istri. Begitukah? Apakah seperti itu akhlak lelaki sejati?
Siapa sebenarnya lelaki terbaik di muka bumi ini? Apakah yang paling kekar badannya? Apakah yang paling banyak uangnya? Apakah yang paling hebat narasinya? Apakah yang paling tinggi pangkat dan jabatannya? Apakah yang paling mampu membuat istrinya ketakutan?
Ternyata, kebaikan seseorang diukur dari kebaikan akhlaknya. Nabi saw telah bersabda,
"Orang mukmin yang paling sempurna imannya adalah yang paling baik akhlaknya dan sebaik-sebaik kamu adalah orang yang paling baik kepada istrinya" (HR. At-Tirmidzi, Imam Ahmad dan Ibnu Hibban. Dinyatakan sahih oleh Syaikh Al-Albani).
Demikian pula, Nabi saw telah bersabda,
"Sebaik-baik kalian adalah yang paling baik terhadap keluarganya. Dan akulah yang paling baik di antara kalian dalam bermuamalah dengan keluargaku." (HR. Tirmidzi. Dinilai sahih oleh Syaikh Al-Albani).
Jadi, lelaki terbaik bukanlah yang bersikap galak dan kasar terhadap istri. Bukan lelaki yang berkata dengan nada tinggi kepada istri. Bukan lelaki yang berani menampar dan menendang istri. Bukan pula lelaki yang suka menyuruh-nyuruh dan menginstruksi istri untuk melayani.
Mengapa penilaian "lelaki terbaik" diberikan kepada mereka yang paling baik akhlaknya kepada istri? Dalam kitab Al-Mau'izhah Al-Hasanah fi Al-Akhlaq Al-Hasanah karya Syaikh Abdul Malik Ramadhani dijelaskan, sebagian besar waktu yang dimiliki seorang laki-laki, akan dihabiskan di dalam rumah bersama istri dan anak-anaknya.