Mohon tunggu...
Cahyadi Takariawan
Cahyadi Takariawan Mohon Tunggu... Konsultan - Penulis Buku, Konsultan Pernikahan dan Keluarga, Trainer

Penulis Buku Serial "Wonderful Family", Peraih Penghargaan "Kompasianer Favorit 2014"; Peraih Pin Emas Pegiat Ketahanan Keluarga 2019" dari Gubernur DIY Sri Sultan HB X, Konsultan Keluarga di Jogja Family Center" (JFC). Instagram @cahyadi_takariawan. Fanspage : https://www.facebook.com/cahyadi.takariawan/

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Mewaspadai Perusak Keharmonisan Keluarga

19 Juni 2022   18:36 Diperbarui: 19 Juni 2022   18:42 1399
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Mengapa keluarga bisa mengalami kerusakan bahkan kehancuran? Tentu saja ada sangat banyak sebab. Ada sebab-sebab yang bermula dari dalam keluarga itu sendiri, dan ada sebab-sebab yang bermula dari luar rumah tangga.

Kathleen Liwijaya Kuntaraf dan Jonathan Kuntaraf (1999) mengutip sebuah penelitian terhadap 730 penyuluh pernikahan tentang persoalan rumah tangga. Dari riset tersebut ditemukan beberapa penyebab utama persoalan rumah tangga, di antaranya: 

  • Gagalnya komunikasi keluarga

Banyak keluarga yang tidak mampu membangun komunikasi secara positif. Di awal pernikahan, belum terasakan karena masih menikmati suasana bulan madu. Namun setelah masa bulan madu berakhir, baru mulai merasakan sulitnya "nyambung" saat bicara dengan pasangan. Mereka belum menemukan pola komunikasi yang membuat nyaman dan melegakan.

  • Hilangnya tujuan dan perhatian bersama

Menikah bukan semata-mata penyatuan dua perasaan insan, bahwa "aku suka kamu dan kamu suka aku". Lebih dalam dari itu, menikah adalah sebuah ibadah yang bernilai sakral, untuk mencapai tujuan-tujuan mulia. Saat mereka telah melupakan tujuan, dan telah kehilangan titik pusat yang menjadi perhatian bersama, berantakanlah rumah tangga.

  • Ketidaksetiaan

Di antara perusak keharmonisan keluarga adalah ketidaksetiaan. Banyak kejadian perselingkuhan yang menyebakan rusaknya kebahagiaan keluarga. Episode "layangan putus" seakan telah menjadi konsumsi masyarakat modern, dengan berbagai motif dan bentuknya. Perselingkuhan telah menjadi perusak keharmonisan keluarga yang sangat dahsyat, maka menjaga kesetiaan adalah sebuah keharusan. Tidak bisa ditawar.

  • Hilangnya kegairahan dan kesenangan dalam hubungan suami istri

Memasuki fase dan usia pernikahan tertentu, terkadang suami dan istri mengalami kejenuhan dan kebosanan. Mereka terjebak dalam rutinitas dan aktivitas mekanik, sehingga hidup berumah tangga sekedar berjalan sebagai kewajiban. Tanpa merasakan kegairahan dan kesenangan, termasuk dalam urusan seksual. Jika gairah dan kesenangan dalam berhubungan sudah hilang, akan hilang pula keharmonisan.

  • Masalah keuangan keluarga

Di antara perusak hidup berumah tangga adalah soal keuangan. Sebagian keluarga berantakan karena kekurangan uang untuk menegakkan kehidupan pokok. Sebagian keluarga berantakan karena terlalu banyak uang sehingga muncul tindakan bersenang-senang tanpa batasan moral dan kepatutan.

Sebagian keluarga berantakan karena manajemen keuangan yang tidak transparan sehingga memunculkan kecurigaan dan kecemburuan. Sebagian lagi karena suami atau istri yang penghasilannya lebih tinggi, melecehkan dan menghina pasangan yang penghasilan rendah.

  • Masalah pendidikan dan pengasuhan anak-anak

Pendidikan dan pengasuhan anak kerap menjadi bahan pertengkaran. Sejak dari pola asuh yang diterapkan secara berbeda, sikap terhadap anak, sampai pemilihan sekolah untuk anak.

Kadang suami dan istri berbeda secara prinsip pemahaman, sehingga menimbulkan perbedaan tajam dalam orientasi pendidikan anak. Ada yang membawa anak menuju pola pendidikan agama, namun bertolak belakang dengan pasangan yang menghendaki pola permisif.

  • Persoalan moral

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun