Kehidupan mertua dan menantu selalu dinamis. Ada sangat banyak persoalan yang biasa terjadi di antara mereka, disebabkan karena banyak faktor. Di antara faktor pemicu adalah perbedaan zaman, perbedaan kondisi kehidupan, perbedaan latar belakang budaya, dan lain sebagainya.
Mertua telah menempuh kehidupan pada zamannya, dengan standar dan kondisi yang spesifik. Demikian pula menantu tengan menempuh kehidupan pada zamannya --yang berbeda dengan zaman mertua, dengan standar dan kondisinya yang spesifik. Tanpa menyadari aspek ini, banyak muncul kesalahpahaman dan pertengkaran.
Beberapa hal berikut ini, rawan memicu kesalahpahaman antara menantu dan mertua. Hendaknya mertua dan menantu bijak dalam menyikapinya.
Pertama, soal pengelolaan keuangan
Hal sensitif yang banyak terjadi antara mertua dan menantu adalah soal pengelolaan keuangan. Kadang mertua merasa diabaikan oleh anak lelaki semenjak ia memiliki istri. Di mata mertua, menantu perempuan telah menguasai aset keuangan anak lelakinya.
Lantaran dipicu kecemburuan, tak jarang mertua intervensi terlalu detail dalam urusan keuangan keluarga menantu. Pertanyaan tentang besaran nafkah yang diberikan anak lelaki kepada istrinya, menjadi faktor pemicu kesalahpahaman.
Menantu merasa tidak dipercaya, bahkan merasa dicurigai. Mertua merasa sang menantu telah menguasai semua aset ekonomi.
Solusi
- Dari pihak mertua, tidak layak untuk mencampuri keuangan keluarga anak dan menantunya. Jika merasa ada hal yang perlu dibicarakan soal keuangan, sampaikan baik-baik melalui anak. Hindari campur tangan soal manajemen keuangan keluarga menantu. Berikan kepercayaan kepada keluarga baru mereka.
- Dari pihak menantu, jangan kelewat baper dengan pertanyaan mertua. Jawab saja seperlunya dan secara normatif. Sepakati dan kompak dengan pasangan dalam memberikan jawaban terhadap pertanyaan mertua soal keuangan.
Kedua, soal kehadiran anak
Hal sensitif berikutnya adalah tentang kehadiran anak. Setelah setahun menikah, kadang orangtua atau mertua bertanya, "Kapan punya anak?" Pertanyaan seperti menimbulkan ketidaknyamanan pada pasangan yang belum ingin memiliki anak. Mereka sengaja menunda kehamilan untuk ditepatkan pada waktu yang mereka angap paling tepat.