Mohon tunggu...
Cahyadi Takariawan
Cahyadi Takariawan Mohon Tunggu... Konsultan - Penulis Buku, Konsultan Pernikahan dan Keluarga, Trainer

Penulis Buku Serial "Wonderful Family", Peraih Penghargaan "Kompasianer Favorit 2014"; Peraih Pin Emas Pegiat Ketahanan Keluarga 2019" dari Gubernur DIY Sri Sultan HB X, Konsultan Keluarga di Jogja Family Center" (JFC). Instagram @cahyadi_takariawan. Fanspage : https://www.facebook.com/cahyadi.takariawan/

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Artikel Utama

Bahagia, Benarkah Sederhana?

13 Januari 2020   15:58 Diperbarui: 13 Januari 2020   19:43 1623
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
ilustrasi bahagia. (sumber: shutterstock)

Bahagia itu sangat sederhana. Kalimat ini sering kita dengar dalam kehidupan sehari-hari, untuk menggambarkan bahwa kebahagiaan bukanlah hal rumit. 

Semua orang berhak bahagia, siapapun mereka. Bukan hanya pejabat yang bisa bahagia, rakyat jelata juga bisa bahagia. Pun, pernyataan ini harus dibalik, biar adil: Bukan hanya rakyat jelata yang bisa bahagia, pejabat juga bisa bahagia.

Seorang kakek penjual tape keliling Kota Yogyakarta, berbahagia karena tapenya sering dibeli oleh pelanggan yang bermobil. Seorang pedagang sayur keliling, berbahagia karena jualannya selalu habis diserbu ibu-ibu perumahan. 

Seorang atlet berbahagia karena terpilih mengikuti pertandingan bergengsi ---padahal belum tentu ia menjadi juara. Seorang petani yang menanam padi berbahagia karena hujan yang ditunggu akhirnya datang. Seorang petani tembakau berbahagia karena musim hujan sudah selesai dan berganti kemarau.

Hari Kamis pagi pekan lalu, saya dan Om Jon ---Kepala Sekolah ayah Yogyakarta, sempat joging dari ujung Jalan Riau menuju alun-alun Kota Bandung. Sesampai di alun-alun Kota, kami duduk di kursi taman untuk istirahat. Seorang lelaki paruh baya berjalan menghampiri kami. Wajahnya sangat cerah, tampak sangat berbahagia.

"Liburan di Bandung Pak?" tanya lelaki itu kepada kami.

"Iya, Bapak juga sedang liburan?" saya ganti bertanya.

"Iya Pak. Saya dari Kalimantan Timur. Untuk pertama kalinya saya bisa mengunjungi Kota Bandung. Saya sangat berbahagia bisa melihat langsung kota Bandung. Selama ini hanya melihat di TV", katanya. Tampak sangat berbahagia.

Masyaallah, benar kata banyak orang itu. Bahwa bahagia sungguh sangat sederhana. Hanya karena melihat Kota Bandung, ia sudah bahagia. Wajar kalau warga Kota Bandung setiap hari selalu bahagia.

Namun pertanyaannya, yang membuat lelaki tersebut berbahagia, apakah karena melihat Kota Bandung, atau karena pertama kali melihat Kota Bandung? Ini tentu dua hal yang sangat berbeda.

foto di kota bandung. (Foto: dokumen pribadi)
foto di kota bandung. (Foto: dokumen pribadi)
Jika bahagia itu karena melihat Kota Bandung, tentu seluruh warga Bandung selalu berbahagia setiap harinya. Namun jika bahagia itu karena pertama kali melihat Kota Bandung, maka bisakah ini diterapkan untuk pertama kali yang lainnya? Apakah semua yang pertama kali selalu membahagiakan hati?

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun