Mohon tunggu...
Cahyadi Takariawan
Cahyadi Takariawan Mohon Tunggu... Konsultan - Penulis Buku, Konsultan Pernikahan dan Keluarga, Trainer

Penulis Buku Serial "Wonderful Family", Peraih Penghargaan "Kompasianer Favorit 2014"; Peraih Pin Emas Pegiat Ketahanan Keluarga 2019" dari Gubernur DIY Sri Sultan HB X, Konsultan Keluarga di Jogja Family Center" (JFC). Instagram @cahyadi_takariawan. Fanspage : https://www.facebook.com/cahyadi.takariawan/

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Artikel Utama

Tetaplah Menjadi Istri dan Berhentilah Menjadi Ibu bagi Suami

22 Juni 2018   08:24 Diperbarui: 22 Juni 2018   13:34 5142
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Tribun Sumsel - Tribunnews.com

Kehidupan pernikahan sangatlah unik. Untuk mendapatkan kehidupan yang harmonis dan bahagia, bukan saja diperlukan tekad dan cinta. Namun diperlukan ilmu dan seni untuk bisa menjaga dan merawat cinta dalam sepanjang perjalanan berumah tangga. 

Sangat banyak konflik pasangan suami istri yang sebagian berujung kepada perceraian, disebabkan karena kurangnya ilmu dan tiadanya sentuhan seni dalam mencintai. Saya sangat percaya bahwa dalam segala sesuatu terdapat seni, dan inilah yang membedakan manusia dengan makhluk lainnya.

Pasangan suami istri akan hidup harmonis dan bahagia sepanjang masing-masing mereka menempatkan diri secara tepat dan proporsional. Dititik ini, sudah sangat tampak perlunya ilmu dan seni dalam mencintai. 

Suami harus berperan sebagai suami, istri harus berperan sebagai istri, ini yang disebut sebagai tepat dan proporsional. Ada sisi maskulin, sebagaimana ada sisi feminin yang harus sama-sama dijaga dalam membangun interaksi antara suami dan istri. Dengan itulah mereka berdua disebut sebagai pasangan.

Menjadi berbeda ceritanya ketika mereka berinteraksi dengan anak-anak. Pada konteks hubungan dengan anak, ada peran yang berbeda harus mereka jalankan secara bersama-sama. Mereka harus berperan sebagai orang tua yang mendidik, mengotrol, mengarahkan dan membimbing anak-anak. 

Ada peran ayah, dan ada peran ibu, bagi anak-anak. Mereka adalah orang tua yang harus menyayangi, mencintai dan mengasihi anak-anak dengan cara yang khas. Berbeda dimensinya dengan cinta kasih selaku pasangan suami istri.

Ketika Istri Berubah Menjadi Ibu

Persoalan mulai terjadi saat ada kerancuan sikap. Misalnya ketika istri bersikap sebagai ibu dalam berinteraksi dengan suami. Hal ini akan membuat suami merasa tidak nyaman, bukan saja karena merasa diperlakukan sebagai anak kecil, namun juga karena ia tidak mendapatkan sosok istri yang diidamkan. 

Setiap hari ia bertemu dengan sosok ibu yang bawel, yang selalu mengontrol dan memperlakukan ia sebagai "anak besar" yang harus selalu diawasi.

Tentu saja, para suami akan merasa sangat senang apabila sang istri bisa berlaku sebagai ibu yang pandai mengurus anak dan terampil mengelola rumah tangga seperti ibunya. 

Namun, dalam kehidupan seorang lelaki, ia tidak membutuhkan dua orang ibu. Ia sudah cukup bahagia memiliki seorang ibu yang melahirkan dan mengasuhnya hingga dewasa. Kini di rumah tangganya sendiri, ia ingin memiliki istri, bukan sosok ibu yang terus menerus mengontrol kegiatan kesehariannya.

Hal seperti ini sering menjadi kekhawatiran banyak kalangan suami. Psikologi Universitas Columbia, Kristina Marchant, yang menulis pada web "The Art of Loving a Man" menyatakan, lelaki menjadi tidak nyaman saat istri berubah menjadi ibu bagi dirinya. 

Bagi kaum perempuan, perubahan ini tidaklah ia sadari sepenuhnya. Ia hanya menuruti naluri keibuan yang sedemikian kuat ada pada dirinya. Para istri ingin selalu menjaga suami, agar tidak melakukan tindakan yang bisa merusak kebahagiaan hidup berumah tangga.

Di sisi lain, menurut Allan dan Barbara Pease, kaum perempuan dikaruniai "insting pelacakan" pada bagian otaknya yang sangat berkembang, dan hal ini mendorongnya untuk melakukan berbagai upaya untuk mengetahui sisi-sisi kehidupan suami. 

Bagi para istri, mengetahui sisi kehidupan suami adalah bagian dari bentuk perhatian dan cinta yang tulus terhadap suami. Ini yang membuat para istri tampak kepo, ingin tahu banyak hal dari kehidupan suami. Pada laki-laki, insting pelacakan tersebut kurang berkembang, hal ini membuat kebanyakan suami tampak cuek terhadap kehidupan sang istri.

Seni Mencintai Suami

Marchant menyarankan, memberikan cinta kepada suami bukan berarti memasukkan suami dalam daftar check list yang harus dikontrol istri dengan detail setiap harinya. Suami bukanlah anak kecil yang harus dikendalikan dan diatur kegiatan kesehariannya. 

Mengendalikan dan mengontrol kegiatan keseharian suami membuat suami merasa tidak dipercaya, merasa tidak dihargai, dan bahkan selalu dicurigai. Padahal, yang dilakukan istri adalah untuk memastikan bahwa sang suami "baik-baik saja", tidak melakukan tindakan yang menyimpang dan berpotensi merusak keharmonisan hidup berumah tangga.

Selanjutnya Marchant menyarankan agar para istri menjadi perempuan yang mencintai suami dengan berbicara dan berinteraksi dengan ketulusan hati. Jangan menjadi perempuan yang cerewet, bawel dan mengontrol kehidupan suami. 

Dengan sifat dan sikap seperti itu, istri telah berubah menjadi sosok ibu kedua bagi suami. Suami merasa kehilangan sosok istri yang mencinta, menyayang dan mempercayainya. Ia kehilangan sisi kelembutan dan kehangatan cinta seorang istri, berubah dan bergeser menjadi sisi kontrol serta kendali penuh dalam kehidupannya.

Ini adalah bagian dari "seni mencintai laki-laki" yang perlu dipahami oleh para istri. Dengan memosisikan diri sebagai istri, anda akan mendapat kecintaan penuh dari suami. Dan ingat, "apabila anda berhasil membahagiakan suami anda, maka ia akan bersedia melakukan apapun yang anda inginkan ---bahkan lebih dari itu". 

Jadi, mencintai suami harus dengan seni, supaya hasilnya benar-benar seperti yang anda harapkan. Bukan dengan memperlakukan suami sebagai anak anda, yang selalu anda cemaskan keselamatannya, sehingga anda berlaku mengontrol dan mengendalikan kegiatan suami sepanjang hari.

Ya, berhentilah menjadi ibu baginya. Tetaplah menjadi istri yang mencinta, menyayang dan mempercayai suami. Niscaya anda akan mendapatkan cinta seutuhnya dari suami anda.

Karimunjawa, 22 Juni 2018

Bahan Bacaan

Allan Pease & Barbara Pease. 2016. Mengapa Pria Tidak Bisa Mendengarkan dan Wanita Tidak Bisa Membaca Peta? jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama.

Cahyadi Takariawan. 2018. Wonderful Love, Menggapai Kesejiwaan Bersama Pasangan. Solo : Era Intermedia.

Kristina Marchant, dalam Art of Loving a Man    

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun