Mohon tunggu...
Cahyadi Takariawan
Cahyadi Takariawan Mohon Tunggu... Konsultan - Penulis Buku, Konsultan Pernikahan dan Keluarga, Trainer

Penulis Buku Serial "Wonderful Family", Peraih Penghargaan "Kompasianer Favorit 2014"; Peraih Pin Emas Pegiat Ketahanan Keluarga 2019" dari Gubernur DIY Sri Sultan HB X, Konsultan Keluarga di Jogja Family Center" (JFC). Instagram @cahyadi_takariawan. Fanspage : https://www.facebook.com/cahyadi.takariawan/

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Artikel Utama

Komunikasi Lancar, tapi Mengapa Masih Banyak Persoalan?

6 April 2018   18:20 Diperbarui: 8 April 2018   14:56 3044
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Dokumentasi pribadi

Dengan hati masygul Adi keluar kamar dan duduk di ruang keluarga, menonton acara di televisi. Sendiri. Adi sangat ingin memahami dan mendukung kegiatan Isti. Namun kebutuhan emosionalnya sebagai suami kerap tidak terpenuhi. Tumpukan dari peristiwa serupa ini, menjadi kekecewaan yang mendalam. Adi suami yang baik. Ia tidak pernah mengekspresikan kekecewaan secara langsung kepada Isti. Ia tidak mau ribut dan tidak ingin membuat Isti kecewa.

Terlalu sering ia mendengar kalimat "don't touch me" dari sang istri. Setiap ada kesempatan liburan di rumah, Adi selalu mengusahakan untuk bisa menikmati waktu bersama Isti. Namun sangat jarang keinginan itu terlaksana. Yang lebih sering adalah, ia harus rela tidur atau ketiduran sendiri, karena menunggu Isti selesai menulis laporan. 

Saat sibuk dengan berbagai laporan penelitian dan tugas kedinasan lainnya, Isti demikian konsentrasi menyelesaikan pekerjaannya. "Don't touch me please" adalah kata yang lebih sering diucapkan Isti, ketimbang kata I love you atau kata-kata mesra lainnya.

Kekecewaan Adi semakin memuncak saat untuk kesekian kalinya gagal menikmati malam minggu berduaan bersama Isti. Namun ia selalu memendam kekecewaan itu dalam hati, tidak diekspresikan kepada Isti. Bisa jadi, Isti merasa sikapnya wajar dan biasa saja. Toh Adi tidak pernah protes. Namun suara hati Adi yang terluka, tumpah ruah disampaikan kepada temannya.

Garwo, sigaraning nyowo
Dalam bahasa Jawa, pasangan sering disebut sebagai "garwo". Orang-orang tua zaman dulu mengajarkan, garwo adalah singkatan dari sigaraning nyowo, atau belahan jiwa. Ini adalah kondisi di mana suami dan istri saling merasakan kebersamaan yang kuat satu dengan yang lain, merasakan saling memiliki, saling mencintai, saling merasakan kehilangan saat tidak bisa berduaan. 

"Dilabuhi tekaning pati, tekan pecahing dhodho, wutahing ludiro," dibela hingga mati. Walau dada harus terbelah dan darah harus tumpah, istri akan dibela dan dijaga oleh suami. Pun sebaliknya.

Inilah yang lebih esensial dibandingkan dengan kelancaran komunikasi. Suasana jiwa yang saling terikat satu dengan yang lainnya, membuat suami dan istri akan selalu berusaha memberikan yang terbaik untuk pasangan. Suami dan istri yang sibuk dengan pekerjaan, profesi serta organisasi, harus bisa disiasati agar tidak membuat keringnya cinta kasih di antara mereka. 

Kendati setiap hari mereka terus berkomunikasi, namun dengan lemahnya keterikatan hati, menyebabkan mereka hanya berinteraksi sebagai teman tidur, teman makan, teman saat di rumah. Bukan sebagai belahan jiwa.

Adi dan Isti adalah contoh pasangan yang kehilangan makna "sigaraning nyowo". Mereka tinggal berduaan saja di rumah, dua anak mereka tengah kuliah di kota yang berbeda. Namun semakin tua usia mereka, bukannya semakin bisa menikmati waktu bersama. Justru semakin sibuk dengan profesi dan kariernya. Bagi Isti, tugas-tugasnya jauh lebih penting daripada sekedar berjalan berduaan di kota atau bermalam Minggu di sebuah tempat wisata. Kendati berusaha memahami, akan tetapi ada ruang jiwa kosong yang tidak terisi. Adi sangat merasakan kekosongan ini. Ia merasa tidak memiliki belahan hati.

Walau setiap hari selalu berkomunikasi, namun tidak disertai dengan suasana saling memiliki. "Hai Adi, good morning," sapa Isti setiap pagi. "Hai Isti," jawab Adi. "Good night, Adi," ucap isti setiap malam sebelum tidur. "Good night Isti," jawab Adi. Seperti komunikasi yang mekanis, rutin, menjalankan kewajiban layaknya pasangan suami istri pada umumnya. Seperti robot. Seperti mesin. Mereka terus berkomunikasi, namun semata-mata menjalankan rutinitas kehidupan berumah tangga.

Jadilah belahan jiwa
Yang harus selalu dijaga dalam pernikahan adalah suasana belahan jiwa. Anda akan merasa kehilangan pasangan saat tidak bisa berduaan dengannya. Anda akan merasakan kekosongan saat tidak bersama dirinya. Anda akan merasa tidak nyaman saat terlalu lama terpisah dari pasangan. Anda tidak akan tega membiarkan pasangan merana tanpa kehangatan pelukan anda. Walau setiap saat anda selalu berkomunikasi verbal, itu tidak cukup untuk membuat kelekatan jiwa dengan pasangan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun