Mohon tunggu...
Cahyadi Takariawan
Cahyadi Takariawan Mohon Tunggu... Konsultan - Penulis Buku, Konsultan Pernikahan dan Keluarga, Trainer

Penulis Buku Serial "Wonderful Family", Peraih Penghargaan "Kompasianer Favorit 2014"; Peraih Pin Emas Pegiat Ketahanan Keluarga 2019" dari Gubernur DIY Sri Sultan HB X, Konsultan Keluarga di Jogja Family Center" (JFC). Instagram @cahyadi_takariawan. Fanspage : https://www.facebook.com/cahyadi.takariawan/

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Artikel Utama

5 Kelelahan yang Sering Terjadi dalam Pernikahan

18 Januari 2016   10:58 Diperbarui: 4 April 2017   18:29 9599
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

[caption caption="ilustrasi : www.goziyan.com"][/caption]Lelah adalah salah satu kondisi dan perasaan yang biasa dialami oleh manusia dalam kehidupan keseharian. Saat olah raga berat, kita bisa merasa lelah. Saat melakukan perjalanan jauh, kita bisa merasa lelah. Saat bekerja keras, kita bisa merasa lelah. Saat melakukan aktivitas terus menerus, kita bisa merasa lelah. Apakah kehidupan pernikahan bisa mengalami kelelahan? Ternyata bisa.

Rutinitas hidup berumah tangga bisa menyebabkan rasa jenuh dan lelah. Sebagaimana dalam semua kegiatan hidup lainnya, berumah tangga juga bisa mengalami rasa kelelahan. Suami dan istri merasa lelah, sehingga mudah menimbulkan sejumlah komplikasi dalam hidup mereka. Semacam rasa bosan yang kadang menghinggapi orang yang setiap hari mengkonsumsi nasi, lalu ia pengen ada variasi dengan mengkonsumsi roti atau singkong. “Lelah makan nasi”, kira-kira begitu ungkapannya.

Ungkapan kelelahan biasa kami dengarkan di ruang konseling, sebagai ekspresi atas kekecewaan terhadap pasangan dan akumulasi masalah dalam waktu yang panjang. Suami dan istri yang menghadapi konflik dan tidak mampu menyelesaikan, atau mengalami kekecewaan yang tidak bisa terobati, atau sengaja menumpuk konflik tanpa diselesaikan, berakibat menimbulkan tumpukan rasa berat dan tertekan pada perasaan. Akumulasi perasaan tertekan dalam waktu lama inilah yang menimbulkan kelelahan.

Berikut beberapa ungkapan kelelahan yang biasa terjadi dalam kehidupan pernikahan.

1. Saya Lelah Hidup Bersamanya

Pasangan suami-istri yang mengalami konflik berkepanjangan dan tidak bisa menemukan jalan keluar, membuat mereka merasa tidak bahagia. Padahal harapan semua orang yang menikah adalah untuk mendapatkan kebahagiaan, bukan penderitaan. Jika yang mereka rasakan lebih banyak penderitaan, dan tidak bisa segera menemukan penyelesaian, ungkapan yang biasa muncul adalah “Saya lelah hidup bersamanya”.

Suami atau istri atau keduanya merasa lelah, capek, bete, tertekan dan sangat tidak nyaman hidup bersama pasangan. Impian tentang kebahagiaan yang dibayangkan sebelum menikah rupanya jauh panggang dari api. Alih-alih mendapatkan kebahagiaan, bahkan yang terjadi adalah menumpuknya kekecewaan. Hidup bersama seseorang yang tidak bisa saling mengerti dan tidak bisa saling memberi yang terbaik, masing-masing tidak peduli dengan kondisi pasangan, rasanya begitu menyiksa.

Pada beberapa kalangan yang di masa lalunya memiliki sejumlah mantan, tergoda untuk membandingkan pasangannya dengan para mantan. “Andai aku menikah dengan si Anu pasti kondisinya tidak akan seburuk ini. Aku akan bahagia hidup bersamanya”, begitu pikirnya. Padahal dengan siapapun ia menikah, pasti akan ketemu masalah. Karena memang tidak ada keluarga yang tidak memiliki masalah. Maka jangan bandingkan dengan sesuatu yang belum terjadi, atau mengandaikan kehidupan bahagia bersama orang lain.

Kekecewaan dan permasalah yang menekan ini harus dihadapi dan diselesaikan secara nyata. Jangan dibiarkan menumpuk yang berdampak perasaan lelah makin mendera dan makin menyiksa.

2. Saya Lelah Menghadapi Sifatnya

Suami yang kecewa dengan sifat tertentu dari sang istri, membuatnya tidak nyaman. Demikian pula istri yang kecewa dengan sifat suami, membuatnya tertekan dalam waktu yang lama. Misalnya sifat cuek, dingin, tidak peduli, tidak bisa diajak berkomunikasi, tidak mau terbuka, tidak mau mendengarkan curhat istri, pemarah, emosional, sifat kaku, kejam, sadis dan berbagai sifat negatif lainnya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun