Mohon tunggu...
Akbar Pratama
Akbar Pratama Mohon Tunggu... Mahasiswa - Renewable Energy

Semangat dalam belajar dan Semoga bermanfaat

Selanjutnya

Tutup

Inovasi

Mengapa PLTS Berkembang Pesat di Negara Tirai Bambu ?

17 Desember 2021   23:05 Diperbarui: 17 Desember 2021   23:22 63
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Inovasi. Sumber ilustrasi: PEXELS/Jcomp

Semua orang tentunya memerlukan energi dalam kelangsungan hidup, inovasi dan
kreativitas yang dilakukan secara terus menerus menyebabkan percepatan perkembangan
teknologi dan juga subtitusi energi. Teringat pernyataan mantan presiden negeri paman
sam yang menyatakan "sebuah bangsa yang tidak dapat mengendalikan sumber energi
maka tidak dapat mengendalikan masa depan", panglima TNI Gatot juga menyatakan
bahwa 70% penyebab konflik di dunia ini berasal dari krisis energi.  

Indonesia diberikan oleh Allat nikmat keanekaragaman energi yang cukup
melimpah, terdapat 9 sumber energi primer yang dapat dimanfaafaatkan, 6 diantaranya
dari energi baru terbarukan yang berasal dari surya, air, angin, panas bumi, bioenergi dan
arus laut, sisanya berasal dari energi fosil yang berupa minyak, gas dan batubara.  

Sebagai negara yang mendukung dan menandatangani perjanjian paris maka Indonesia memiliki kewajiban dalam berkomitmen untuk berupaya menurunkan emisi gas rumah kaca (GRK) pada tahun 2030 sebanyak 314-398 juta ton gas karbon dioksida
(CO2) atau sebesar 29% dan target dengan bantuan global sebesar 41%. Berada di daerah
tropis menjadikan negara ini kaya akan penyinaran matahari, maka dari itu salah satu
potensi energi ramah lingkungan di negara tropis dapan memanfaatkan energi primer
yang berasal dari matahari.

Meskipun demikian, pengembangan dan pemanfaatan energi matahari masih sangat kecil di Indonesia jika dibandingkan dengan negara lain, bahkan jauh dibawah Negara Tirai Bambu yang lokasinya berada di daerah sub tropis. Cina menjadi negara berkembang
terbesar di dunia, dan mengembangkan ekonominya serta menghapuskan kemiskinan, untuk
waktu yang lama, akan tetap menjadi tugas utama pemerintah dan rakyatnya.  

Sejak akhir 1970-an, sebagai negara berkembang dengan pertumbuhan tercepat, telah
mencetak prestasi cemerlang dalam ekonomi dan masyarakatnya yang telah menarik
perhatian dunia, berhasil merintis jejak sosialisme dengan karakteristik Cina, dan
memberikan kontribusi yang signifikan bagi pembangunan dan kemakmuran dunia.
Sekarang Negara Tirai Bambu ini menjadi produsen dan konsumen energi terbesar di dunia.

Pertumbuhan pasokan energi yang berkelanjutan telah memberikan dukungan penting
bagi pertumbuhan ekonomi dan kemajuan sosial negara, sementara ekspansi konsumsi energi
yang cepat telah menciptakan ruang lingkup yang luas untuk pasar energi global. Sebagai
komponen yang tak tergantikan dari pasar energi dunia, Cina memainkan peran yang semakin
penting dalam menjaga keamanan energi global.

Pemerintah China mempercepat pengembangan industri energi modernnya,
mengambil konservasi sumber daya dan perlindungan lingkungan sebagai dua kebijakan
dasar negara, memberikan keunggulan untuk membangun masyarakat yang melestarikan
sumber daya dan ramah lingkungan dalam perjalanan industrialisasi dan modernisasinya,
berusaha untuk meningkatkan kemampuannya untuk pembangunan berkelanjutan dan
menjadikan Cina negara yang inovatif, sehingga dapat memberikan kontribusi yang lebih
besar bagi ekonomi dan kemakmuran dunia.

Prioritas kebijakan negara serta dukungan dari semua kalangan baik itu pemerintahan,
rakyat maupun industri memiliki satu tujuan untuk percepatan energi di Cina khususnya
pemanfaatan dan pengembangan solar panel. Cina menjadi negara produksi terbesar modul
solar panel, tentunya hal ini sangat membantu Cina dalam pecepatan instalasi pemasangan
PLTS. Sungguh semangat negara ini perlu kita terapkan di Indonesia.

Indonesia perlu banyak belajar dari Cina dalam upaya pertumbuhan pasokan energi
yang berperan penting dalam pertumbuhan keekonomian negara. Melalui Perpres No 79
tahun 2014 mengenai Kebijakan Energi Nasional, Indonesia harus berupaya dalam
meningkatkan percepatan dalam pencapaian target 23% tahun 2025 pemanfaatan Energi
Baru Terbarukan (EBT). Kementrian ESDM melalui Jurnal Energi Edisi 2 menyatakan
bahwa Indonesia memiliki potensi besar dalam pengembangan EBT, diantaranya tenaga
surya sebesar 11 GW, tenaga bayu 950 MW, tenaga air 75 GW, energi biomassa 32 MW,
biofuel sebesar 32 MW, potensi energi laut 60 GW dan panas bumi sebesar 29 GW, tentunya
nikmat yang di berikan oleh Allah Ta'ala kepada negeri ini harus dioptimalkan.  

Saat ini Indonesia baru memanfaatkan 11% energi baru terbarukan sebesar 10.467
MW, tentunya jumlah ini masih sangat jauh dari target energi baru terbarukan Indonesia pada
tahun 2025. Teknologi yang kurang memadai, impor komponen serta kurangnya sosialisasi
akan besarnya manfaat pengggunaan energi baru terbarukan di seluruh kalangan masyarakat
menjadi faktor yang menjadi penghambat percepatan pengembangan energi baru terbarukan khususnya panel surya, sebagai anak bangs akita harus mendukung program pemerintah
dalam upaya percepatan pengembangan EBT  

Pada hakikatnya transisi energi ialah bagaimana upaya kita sebagai individu yang dapat
merencanakan dan mengimplementasikan pemenuhan kebutuhan energi tanpa harus
bergantung pada energi fosil, jika semua kalangan masyarakat negara ini memiliki pola pikir
seperti itu maka perencanaan target penggunaan energi berkat kemudahan dari Allah tentunya
dapat tercapai.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Inovasi Selengkapnya
Lihat Inovasi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun