Mohon tunggu...
Pahmi Apriandani
Pahmi Apriandani Mohon Tunggu... Mahasiswa fakultas Hukum Universitas Pamulang

“Menulis adalah sebuah seni untuk berpikir kritis dan logis”

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Perilaku Gen Z Di Era Digital,Antara Peluang? Tantangan? Atau Dinamika Sosial Baru?

1 Juli 2025   02:45 Diperbarui: 1 Juli 2025   02:45 53
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

   Dalam bidang pendidikan, Gen Z menunjukkan kecenderungan untuk belajar secara visual, interaktif, dan mandiri. Mereka lebih menyukai video pembelajaran, podcast, platform e-learning, serta aplikasi pembelajaran berbasis gamifikasi. Gaya belajar tradisional yang mengandalkan ceramah dan hafalan sering dianggap membosankan dan tidak efektif.

   Di dunia kerja, Gen Z juga membawa perubahan. Mereka cenderung mencari pekerjaan yang memberikan fleksibilitas waktu dan tempat, lingkungan kerja yang inklusif, serta nilai-nilai yang sejalan dengan prinsip pribadi mereka. Gaji tinggi bukan lagi satu-satunya motivasi, tetapi juga kebermaknaan pekerjaan dan keseimbangan hidup work-life balance.

   Perusahaan dan institusi pendidikan perlu menyesuaikan diri dengan cara berpikir dan gaya hidup Gen Z, agar tidak tertinggal dan mampu membangun hubungan yang produktif dengan generasi ini.Gen Z juga dikenal memiliki tingkat kepedulian sosial yang tinggi. Mereka tidak ragu menyuarakan pendapatnya tentang isu-isu penting seperti perubahan iklim, hak asasi manusia, kesetaraan gender, hingga keadilan sosial. Uniknya, mereka melakukannya melalui media digital.

   Aktivisme digital atau digital activism menjadi salah satu bentuk keterlibatan politik mereka. Kampanye sosial, petisi online, dan gerakan viral di media sosial sering kali digerakkan oleh Gen Z. Mereka percaya bahwa dunia digital bisa menjadi alat untuk menciptakan perubahan nyata.Contohnya, gerakan BlackLivesMatter, FridaysForFuture, atau kampanye lingkungan seperti pengurangan plastik dan konsumsi sadar banyak mendapat dukungan dari Gen Z.

 Tantangan Distraksi, Adiksi Digital, dan Kesehatan Mental

   Meskipun Gen Z sangat adaptif terhadap teknologi, mereka juga menghadapi berbagai tantangan serius. Salah satunya adalah gangguan konsentrasi akibat information overload dan notifikasi yang tiada henti. Kemampuan untuk fokus dalam waktu lama menurun karena kebiasaan multitasking digital.

   Selain itu, adiksi digital menjadi masalah yang signifikan. Terlalu banyak waktu di depan layar, ketergantungan pada validasi sosial like, comment, share, dan FOMO Fear of Missing Out menyebabkan banyak Gen Z mengalami stres, kecemasan, bahkan depresi.

   Kesehatan mental menjadi isu krusial yang harus mendapat perhatian serius. Banyak lembaga kesehatan dan pendidikan kini mulai mengembangkan program literasi digital dan kesehatan mental untuk menjawab tantangan ini.

Dinamika Sosial Terhubung Tapi Kesepian

   Meskipun Gen Z tampak selalu terhubung melalui internet, banyak dari mereka sebenarnya merasa kesepian. Interaksi sosial yang dominan secara digital membuat banyak hubungan bersifat dangkal dan kurang bermakna. Mereka lebih mudah berkomunikasi melalui layar daripada secara langsung.

   Fenomena ini menimbulkan paradoks sosial, semakin banyak teman digital, semakin minim hubungan nyata. Maka dari itu, penting untuk menciptakan ruang-ruang interaksi fisik yang sehat, seperti komunitas kreatif,komunitas baca buku,kegiatan sosial, atau diskusi publik yang membangun keterlibatan sosial yang otentik.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun