Mohon tunggu...
Padepokan Rumahkayu
Padepokan Rumahkayu Mohon Tunggu... -

Padepokan rumahkayu adalah nama blog yang dikelola oleh dua blogger yang suka bereksperimen dalam menulis, yakni Suka Ngeblog dan Daun Ilalang. 'Darah di Wilwatikta' ditulis bergantian oleh keduanya dengan hanya mengandalkan 'feeling' karena masing- masing hanya tahu garis besar cerita sementara detilnya dibuat sendiri-sendiri. \r\nTulisan- tulisan lain hasil kolaborasi kedua blogger ini juga dapat ditemukan di kompasiana.com/rumahkayu

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana

Darah di Wilwatikta Eps 10: Saat Perkenalan...

19 November 2011   08:18 Diperbarui: 25 Juni 2015   23:28 380
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Novel. Sumber ilustrasi: PEXELS/Fotografierende

Mereka hendak menuju ke sumber air panas yang dikatakan Kiran.

Beberapa saat setelah tiba di Pondok Putri Harum Hutan, setelah melakukan terapi pada Dhanapati, Kiran kemudian berjalan-jalan untuk mengenali lingkungan di sekitarnya. Dan dengan takjub didapatinya bahwa Pondok Putri Harum Hutan itu berada di suatu tempat yang sangat indah dan strategis luar biasa.

Kiran menemukan sebuah danau penuh berisi ikan.

Lalu, tak jauh dari danau itu, ada sebuah air terjun.

Tapi penemuan yang terutama membuatnya sangat senang adalah bahwa ketika dia hendak berjalan pulang kembali ke pondok, dia melalui sebuah anak sungai kecil yang sangat bening yang membuatnya dengan spontan mencelupkan kaki ke dalam air bening itu, sekedar untuk bermain- main dan melepaskan lelah sejenak.

Dan Kiran terkejut bercampur senang luar biasa ketika didapatinya bahwa air tersebut... hangat!


Rencana untuk pulang dibatalkannya. Kiran menelusuri anak sungai kecil tersebut ke arah hulu, disanalah ditemukannya sumber air panas kemana dia hendak mengajak Dhanapati sekarang.

Sementara mengikuti langkah kaki Kiran, Dhanapati mengamati gadis itu dari belakang.

Percakapan sejenak di pondok tadi cukup untuk memberikan waktu bagi Dhanapati untuk mengamati Kiran. Dan walau kekuatannya sama sekali belum pulih serta tubuhnya terasa lemas tak bertenaga, dia adalah seorang lelaki normal yang dengan segera dapat membaca gadis yang berada di hadapannya.

Tadi di pondok, Dhanapati menyembunyikan senyumnya saat dia berkesimpulan bahwa tak perduli setinggi apapun ilmu gadis ini sehingga dapat mengobati luka yang ditimbulkan oleh pertempuran dengan para pendekar Bhayangkara Biru, namun gadis bernama Kiran ini sebetulnya sungguh polos dan... agak kekanakan...

(bersambung)

** gambar diambil dari: my.opera.com/pabha/blog/**

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun