Mohon tunggu...
Sahyul Pahmi
Sahyul Pahmi Mohon Tunggu... Masih Belajar Menjadi Manusia

Bukan siapa-siapa hanya seseorang yang ingin menjadi kenangan. Email: fahmisahyul@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Ibu Menor, Musala, dan Kesadaran yang Ditampar Halus

5 Mei 2025   21:21 Diperbarui: 5 Mei 2025   21:21 86
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
sumber ilustrasi: Dokumentasi Pribadi Hasil Generate AI/chatgpt.com

Beberapa hari lalu, saya pulang dari khutbah Jumat di sebuah kampung pesisir. Suara saya masih serak-serak ustaz, dan baju koko saya masih basah oleh peluh. Jalanan dari Pangkep ke Makassar membentang panjang, seperti deadline hidup yang tak kunjung lunas. Motor saya mengeluh, bensinnya tinggal seujung harapan. Maka saya pun singgah di sebuah SPBU.

Sambil menunggu antrian, pandangan saya tertumbuk pada sosok ibu-ibu petugas pom bensin. Penampilannya mencolok. Tidak mengenakan kerudung, celananya ketat, make-up-nya tebal. Dalam hati, saya menggumam, "Ya Allah, ini kalau ikut ceramah saya tadi, mungkin langsung tertunduk." Tapi tentu, saya tak bilang begitu. Saya cuma duduk di pelataran musala pom bensin, pura-pura sibuk mengusap debu dari sandal.

Tapi kemudian, saat sedang menenggak air mineral dan berpikir soal khutbah barusan, saya menoleh ke musala. Dan saya seperti ditampar halus oleh tangan tak terlihat. Ibu-ibu yang tadi saya nilai habis-habisan dengan prasangka, sedang berdiri tegak menghadap kiblat. Ia shalat. Di musala kecil itu. Di tengah tugasnya. Khusyuk.

Saya tercekat. Terdiam.

Saat itu juga, saya merasa pendidikan saya---yang katanya tinggi itu---bergetar. Saya yang barusan mengajak jamaah bertakwa, justru takwa saya kalah jauh oleh seseorang yang saya remehkan hanya karena penampilannya.

Ibnu Khaldun menulis dalam Muqaddimah bahwa pendidikan adalah inti dari eksistensi manusia. Ia bukan sekadar hafalan, bukan juga formalitas gelar. Pendidikan, bagi Ibnu Khaldun, adalah proses pemahaman terhadap realitas kehidupan melalui daya akal dan pengalaman.

Dan ibu itu---tanpa tahu teori konstruktivisme atau filsafat pendidikan Timur Tengah---telah memberi saya pelajaran penting: bahwa makna iman, ketaatan, dan kualitas manusia tidak selalu datang dari tampilan luar, tapi dari konsistensi sikap dalam kehidupan sehari-hari.

Ibnu Khaldun juga menjelaskan bahwa manusia memiliki kecenderungan untuk mengembangkan diri, dan pendidikan adalah sarana transformasi nilai-nilai agar manusia dapat bertahan dan berkembang dalam perubahan zaman. Dalam konteks itu, perilaku ibu tadi bukan sekadar rutinitas, tapi cerminan dari seseorang yang, secara sadar atau tidak, tengah memelihara eksistensinya sebagai makhluk spiritual.

Ia sedang membangun integritas, bukan dengan suara, tapi dengan tindakan diam: menunaikan shalat, bukan untuk pamer, tapi sebagai bentuk penguatan nilai hidup. Sementara kita---terutama saya---kadang justru sibuk menilai kualitas iman dari tampilan luar: dari panjang kerudung, dari ceramah di feed Instagram, dari jumlah kutipan hadis di caption TikTok.

Padahal, kata Ibnu Khaldun, pendidikan adalah pengembangan potensi melalui pengalaman, pergaulan, sikap mental, dan kemandirian. Empat hal itu tak bisa diukur hanya lewat simbol atau gaya berpakaian, melainkan melalui kebiasaan dan pilihan dalam keseharian. Dan ibu tadi telah membuat saya sadar bahwa sumber daya manusia yang berkualitas tak selalu tampil Islami di permukaan, tapi nyata dalam komitmennya.

Hari itu saya belajar.

Belajar dari orang yang tak saya kenal, tak mengerti istilah epistemologi Islam, tapi justru mengajarkan nilai-nilai Islam yang paling dalam: keikhlasan, ketekunan, dan istiqamah.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun