Mohon tunggu...
Pablito del Sol
Pablito del Sol Mohon Tunggu... Freelancer - LEVANTATE Y ANDA! Hidup adalah sejarah dalam rangkaian Sabda

Penikmat Sabda dalam linea kata

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Pak Nadiem Visioner Tanpa UN tapi Italia Lebih Ekstrem, Semua Siswa Dinyatakan Lulus! Ini Alasannya

8 April 2020   01:38 Diperbarui: 8 April 2020   17:18 2314
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi: www.eldiario.es

Sebagaimana kita semua alami sekarang, situasi dunia terus berlangsung dalam keadaan penuh kewaspadaan. Realitas pandemi covid 19 telah membawa ke hadapan kita kenyataan-kenyataan baru yang harus kita hadapai sebagaimana adanya, sekaligus meminta kita untuk senantiasa berpikir dan menemukan jalan keluar terbaik.

Sejak merebaknya covid 19, Italia sempat menjadi epicentrum yang berada di posisi kedua setelah Cina. Namun, situasi terus terubah hingga akhirnya menempatkan Negeri Spaghetti sebagai negara dengan jumlah kasus positif dan kematian tertinggi di dunia. Sebuah keadaan yang tak pernah diharapkan atau bahkan tak terpikirkan.

Meskipun menjadi kenyatan yang tak mengenakkan, semua akhirnya harus menerima. Ternyata benarlah ungkapan yang sering kita dengar bahwa "tiada gunanya kita menghakimi situasi". Kita tidak dapat mengubah situasi dengan menghakiminya. Situasi hanya dapat berubah ketika kita sendiri berubah.

Pada titik ini, refleksi kita akan situasi menjadi berbeda. Cara pandang terhadapnya akan semakin netral. Kenetralan situasi menyata dalam keadaanya yang menawarkan kepada kita, sebagai subyek, sejuta kemungkinan. Kemungkinan yang kadang tak terhingga dan atau mungkin juga terbatas itu melahirkan dalam diri subyek sebuah tanggungjawab untuk meresponsnya.

Jenis respons terhadap situasi akan memberi dampak, tidak hanya kepada subyek melainkan terutama kepada kualitas tanggungjawab kita. Tapi, ah, sepertinya pembahasan ini sudah jauh dari topik. Mari kita kembali ke topik kita.

Situasi pelik yang menimpa Italia pada kenyataannya memaksa rakyat negeri spaghetti itu bertanggungjawab mengubah situasi ke arah lebih baik. Pandemi covid 19 memberikan sebuah momen imperatif untuk menangkap satu dari sekian banyaknya kemungkinan bagi semua orang, terkhusus kepada Italia yang tingkat keparahannya sangat tinggi.

Saya menyebutnya imperatif (keharusan) karena jika tidak menangkap momen dengan memberi respon, maka kemungkinan akan tetaplah menjadi kemungkinan. Bahkan buruknya, kemungkinan akan melahirkan kemungkinan-kemungkinan baru yang berpotensi lebih fatal.

Imperatif apa yang urgen, merupakan sebuah pertanyaan kualitatif yang harus dibaca dalam perspektif dan relaitas aktual dan diarahkan kepada masa depan. Pada saat ini, tentu semua pemimpim negara di dunia sedang bekerja keras untuk menjawab pertanyaan di atas.

Salah satu yang telah dijawab oleh Italia adalah mereka menempatkan kemanusiaan sebagai nilai tertinggi dibanding nilai prestasi masa depan dalam angka kelulusan. Sebagaimana diberitakan dalam surat kabar EL PAÍS , pada 4 April 2020 lalu, Italia telah membuat dekrit undang-undang yang mengatur penutupan kegiatan belajar mengajar di semua sekolah untuk tahun akademik 2019-2020 dan mempersiapkan tahun akademik yang baru pada bulan september nanti. 

Diberitakan secara jelas juga bahwa semua siswa dalam masa wajib belajar (dari tingkat dasar sampai tingkat menengah) dinyatakan naik kelas atau lulus, terlepas dari nilai yang diperolehnya dalam ujian akhir. Tidak akan ada yang ulang kelas atau tidak lulus. Namun, yang masih menjadi kendala dan kini sedang dipikirkan adalah menggenai ujian yang dalam bahasa Italia disebut Ujian maturit.

Surat kabar lain seperti El Confidencial, pada tanggal 3 April 2020 mengutip dari  La Stampa menyampaikan bahwa Mentri Pendidikan Italia sedang berusaha untuk mengevaluasi dan mencari solusi apa akan dilakukan terkait pelaksanaan ujian maturit jika KBM belum bisa dipulihkan sampai tanggal 18 Mei mendatang. 

Ada berbagai alternatif yang akan dilakukan, misalnya dengan ujian secara online. Ujian  online akan menjadi opsi terkahir dengan mekasnisme dan ketentuan yang didisiapkan secara matang karena idealnya harus dilakukan secara presensial dengan ujian tertulis menginagt ujian ini dinilai sangat penting bagi seorang siswa di Italia baik untuk dinyatakan lulus wajib belajar tingkat menengah ataupun untuk dapat melanjutkan pendidikan ke Universitas.

Kebijakan ini diambil terutama demi alasan kemanusiaan yakni keselamatan semua pihak yang terlibat dalam kegiatan KBM  dan membantu pemerintah mengurangi resiko terjangkit covid 19.

Ini merupakan kasus serupa yang terjadi di Indonesia. Kebijakan tanpa UN pada tahun ini merupakan kebijakan yang lebih mementingkan nilai kemanusiaan sebagai nilai tertinggi daripada nilai angka di atas kertas ijasah. Inilah yang menjadi alasan utamanya yakni "demi nilai di atas nilai".

Jika disandingkan dengan Indonesia, Pak Nadiem, mendikbud telah mencanangkan program merdeka belajar, dengan wacana yang visioner yakni mengubah sistem UN. Perubahan sistem ini telah mendahulu peruban pemikiran kita terhadap sistem UN selama masa pandemi covid 19. Itulah alasannya Pak Nadiem disebut visioner.

Salam pendidikan dan maju bersama melalui pendidikan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun