Mohon tunggu...
Ozy V. Alandika
Ozy V. Alandika Mohon Tunggu... Guru - Guru, Blogger

Seorang Guru. Ingin menebar kebaikan kepada seluruh alam. Singgah ke: Gurupenyemangat.com

Selanjutnya

Tutup

Hobby Pilihan

Dua Tahun Berteduh di Kompasiana, Begini Caraku Menjemput Ide Menulis

5 Juli 2021   23:30 Diperbarui: 5 Juli 2021   23:54 557
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Dua tahun menulis dan berteduh di Kompasiana. Diolah dari Canva

Tanggal 01 Juli 2019 adalah awal mula aku singgah di Kompasiana. Tiada terasa sekarang aku sudah jadian tiba di minggu pertama bulan Juli 2021.

Sudah dua tahun ternyata! Agaknya sudah tidak terhitung lagi sebanyak apa suka dan duka saat berteduh di Kompasiana. Pun demikian dengan dilema, gundah, gulana, ambyar, hingga mood yang plintat-plintut.

Sejenak aku melirik akunku, ternyata hari ini sudah ada total 806 artikel yang sudah diposting.

Jumlah tersebut sedikit lebih banyak dari total artikelnya Pak Rudy, tapi sepertinya aku harus bangun dari cuti karena Bapak Numerologi ini terus memanggil-manggil Oji.

Tiada masalah bagiku. Mungkin Pak Rudy masih ingat dengan kisah Kompasianival tahun lalu seraya berteriak kepada embun tentang mengapa beliau kalah populer.

Tapi ya, laksana membuang garam di laut, perjuanganku untuk membantu beliau populer dengan cara mem-follow akun IG Pak Rudy tetap belum mampu menjadikan beliau sebagai Calegram.

Eh, Selegram.

Biarlah, toh Pak Rudy masih Numerolog Pertama pemegang rekor MURI di Bumi Pertiwi.

Aduh! Maafkan aku terlampau OOT. Kembali ke statistik...

Setelah aku renungkan kembali, nyatanya menulis total 806 artikel dalam waktu 2 tahun bukanlah perkara mudah.

Sesekali di kala sepi, aku cukup bahagia menatap pangkat fanatik sekaligus 215 biji artikel headline.

Tapi, apalah arti angka-angka jikalau diriku tak kunjung menambah jumlah tulisan.

Dan di luar daripada itu, aku sedikit ingin berbagi tentang ragam cara menjemput ide menulis ala Ozy V. Alandika. Seperti apa caranya? Oke, kita bongkar satu demi satu, ya:

1. Menjemput Ide Menulis dari Pengalaman

Rasanya, dirimu tak bisa memungkiri fakta bahwa pengalaman bakal menghadirkan banyak ide menulis. Aku juga demikian.

Setiap hari, ketika kita bangun pagi, cuci muka, sikat gigi, lalu mandi, akan banyak ide berkeliaran. Selalu saja ada aktivitas lain yang seakan mengajak kita untuk mencoba mencari pengalaman baru.

Misalnya; ketika aku mencoba bisnis baru, maka jadilah beberapa artikel tentang bisnis. Ketika aku pergi ke ladang enau, lahirlah sejumput artikel tentang gula aren. Ketika aku mengajar di kelas, muncullah beberapa artikel tentang KBM. Dan masih banyak lagi.

2. Menjemput Ide Menulis dari Cerita Siswa

Sewaktu mengajar di SD, terkadang hadir seberkas penat. Sayangnya penat itu tak bisa diusir dengan cara nonton video YouTube maupun melirik story WA. Soalnya, tidak ada sinyal internet di sana.

Alhasil, jalan yang sering kutempuh untuk mengusir sepi, kantuk, dan suntuk ialah dengan ikut bergabung bersama siswa, serta mendengar cerita mereka. Ada ceritanya yang jujur, ada yang dusta, tapi juga ada yang lucu.

Dari sana, terkadang aku juga mendapatkan ide menulis, terutama topik tentang bagaimana pola pikir siswa, kesenangan siswa, serta cara mereka memahami sebuah fenomena pembelajaran.

3. Menangkap Ide di Tengah Perjalanan

Sebelum corona singgah, aku cukup rajin menangkap ide menulis di tengah perjalanan. Karena perjalanan ke SD memakan waktu 55 menit-1 jam, maka aku sering mendapatkan tema bahkan judul yang menarik untuk kutayangkan di Kompasiana.

Agar tidak kelupaan, ide tersebut sering aku catat di notes Smartphone di tengah perjalanan. Ya, aku berhenti sejenak, netralkan tuas kopling, lalu mengingat kenangan dengan si dia mencatat ide.

Jika suatu hari ada jam kosong dan tidak ada pekerjaan lain di SD, aku sempatkan untuk menulis sekitar 300-500 kata.

4. Mendapatkan Ide Saat Mengikuti Seminar dan Training

Ikut seminar dan training itu seru, tambah lagi ketika kegiatan itu seirama dengan renjanaku.

Selain mendapat ilmu baru, pengalaman baru, serta keterampilan baru, semenjak berteduh di Kompasiana aku juga menyempatkan untuk mencari ide menulis dari kegiatan tersebut.

Ya, setidaknya aku bisa merangkum sekaligus mengembangkan materi seminar sekaligus membaginya kepada para mantan pembaca.

5. Menjemput Ide dari Membaca

Terkadang, ada saat di mana kita sangat butuh untuk membaca. Misalnya ketika menemukan teori atau gagasan baru, mendengar pernyataan teman yang rasa-rasanya keliru, serta mengamati problematika negeri yang sesekali berseteru.

Aku pula begitu, bahwa terkadang ada momentum di mana aku begitu semangat mencari buku hingga duduk manis berjam-jam di perpustakaan daerah.

Semisal, saat pemberitaan aturan jilbab di sekolah yang sempat viral beberapa bulan yang lalu.

Karena bahan tulisku kurang, akhirnya aku membuka berjilid-jilid buku tafsir sembari memperbaharui pemahaman.

Mengapa aku sesemangat itu?

Karena waktu itu aku merasa sangat penting untuk memosting artikel. Bukan hanya momentumnya yang pas, melainkan juga ingin meluruskan pandangan keliru sebagian pembaca.

6. Merengkuh Ide dari Komentar Netizen di Situs Berita dan Media Sosial

Nah, ini yang cukup seru bagiku. Ketika ada berita viral terutama pada topik pendidikan, aku lebih sering mengamati komentar berita daripada artikel.

Ya, sebagaimana kita ketahui, situs berita hanya "memberitakan" serta "menyampaikan berita" dari para pejabat publik serta pemangku kebijakan.

Jika komentar netizen cukup ramai, biasanya bakal kudapatkan ide menulis dari sana. Soalnya, dari berbagai komentar "enggak nyambung", masih ada beberapa netizen yang menuangkan keluh kesahnya serta mengungkapkan pandangannya secara objektif.

Sesekali, aku juga mencoba untuk mengembangkan ide dari komentar para Kompasianers.

***

Apakah segenap ide yang kudapatkan dengan beragam cara di atas langsung kutulis? Hehehe. Tidak.

Kebanyakan ide tersebut aku kumpulkan di notes HP dan kupajang di depan walpaper ponsel pintarku.

Sengaja kupasang kumpulan ide menulis di halaman depan HP-ku, supaya menjadi pengingatku untuk menulis. Dokpri
Sengaja kupasang kumpulan ide menulis di halaman depan HP-ku, supaya menjadi pengingatku untuk menulis. Dokpri

Bagiku, ide menulis itu sangat banyak bahkan selalu singgah setiap kali kita mengedipkan mata. Tapi, soal menuangkan ide menjadi tulisan itu sering kali tertunda.

Alasannya?

Kalau tidak perkara momentum, ya perkara mood. Meski begitu kisahnya, selama ada pajangan notes yang berisikan judul artikel di halaman depan HP-ku, selama itu pula aku bakal mengembangkannya jadi tulisan.

Jika tidak hari ini, mungkin besok. Bisa di Kompasiana, juga di blog pribadi.

Tapi bagiku, ketika ide tersebut dirasa kebermanfaatannya begitu tinggi dan penting, maka aku serasa masih punya utang menulis sebagaimana yang ditegaskan oleh Imam Syafi'i:

"Ilmu itu seperti air. Jika ia tidak bergerak, maka ia akan menjadi keruh lalu membusuk."

Salam.

Boleh Lanjut Baca: 7 Alasan Mengapa Aku Menulis di Kompasiana

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Hobby Selengkapnya
Lihat Hobby Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun