Mohon tunggu...
Ozy V. Alandika
Ozy V. Alandika Mohon Tunggu... Guru - Guru, Blogger

Seorang Guru. Ingin menebar kebaikan kepada seluruh alam. Singgah ke: Gurupenyemangat.com

Selanjutnya

Tutup

Kurma Pilihan

Pelajaran dari Burung Kolibri untuk Ramadan: "Terbang" Mundur demi Merengkuh Takwa

14 April 2021   23:07 Diperbarui: 14 April 2021   23:26 2603
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Burung Kolibri. Gambar oleh millabates dari Pixabay 

"Satu-satunya burung yang bisa terbang mundur adalah hummingbird alias burung kolibri. Allah ciptakan makhluk yang berbulu indah memesona ini tiada lain adalah untuk memberikan kita pelajaran. Salah satunya adalah pelajaran "terbang" mundur demi merengkuh takwa terutama pada bulan Ramadan 1442 H."

Sudah setahun lebih pandemi covid-19 menghantui, tapi rasanya bulan Ramadan kali ini sudah tidak semurung tahun lalu.

Pada bulan puasa tahun 2020 kemarin, banyak dari kita yang kesulitan menata kehidupan. Ekonomi keluarga dan umat berguncang, penyakit panic buying menyerang, bahkan terjadi PHK besar-besaran yang membuat para pekerja sedih bukan kepalang.

Semakin kita bayangkan, bukankah suasana tahun lalu cukup "suram"? Situasi ketika terpaksa harus beribadah dari rumah, harus rela belajar dari rumah, harus menerima dengan lapang dada untuk tidak berkerumun serta sebukit kisah lainnya memang tidak bisa dihindari.

Meski begitu, ambyarnya suasana Ramadan tahun lalu bukanlah hal yang patut untuk terus dibayangkan.

Percuma jika membayangkan, tapi tidak merenungi. Sia-sia jika merenungi, tapi tak mengambil hikmah. Dan, alangkah rugi bila sudah memetik hikmah tapi enggan untuk berbenah diri.

Sejatinya pada Ramadan 1442 H, kita pasti lebih semangat untuk berbenah diri. Sekarang umat muslim sudah lebih leluasa untuk beribadah di masjid, dan hal itu sebenarnya adalah buah yang didapat gegara kita disiplin menaati protokol kesehatan sembari menjaga kebersihan.

Kalau kisahnya sudah seperti itu, bukankah kita bisa terbang lebih gesit untuk meningkatkan takwa?

Nah, sebelum lepas landas, rasanya kita perlu sesekali terbang mundur menuju Ramadan tahun lalu. Hal ini dilakukan agar masing-masing diri dapat segera memetik hikmah, refleksi, serta meluruskan kembali mindset beribadah yang serong.

Detailnya bagaimana? Okeh, mari kita sama-sama merengkuh takwa seraya belajar dari burung kolibri:

"Terbang" Mundur Menuju Ramadan Tahun Lalu, Kemudian Memperbaiki Prasangka

Biasanya burung hanya mampu terbang ke depan gegara sayap mereka yang diciptakan untuk bergerak secara naik-turun. Tapi, kolibri berbeda.

Hummingbird. Gambar oleh Veronika Andrews dari Pixabay
Hummingbird. Gambar oleh Veronika Andrews dari Pixabay

Dilansir dari CGTN News via Kompas, burung terkecil di dunia ini dikaruniai sayap yang mampu bergerak seperti angka 8 sehingga memungkinkannya untuk terbang mundur.

Alhasil, kalau kita refleksikan ke dalam kehidupan, didapatlah pelajaran bahwasannya kembali sejenak ke belakang itu adalah salah satu jalan menata perbaikan diri layaknya kolibri yang terbang mundur mencari nektar.

Dalam konteks Ramadan terutama Ramadan tahun lalu, ada salah satu sikap dasar yang perlu segera kita reparasi serta dicegah semaksimal mungkin agar tida terulang lagi di tahun ini. Ya, sikap tersebut adalah berprasangka.

Bulan puasa tahun 2020, ingatkah kita dengan banyaknya orang-orang yang berprasangka buruk bahwa corona itu sejatinya tidak ada, bahwa corona itu rekayasa, bahwa corona adalah konspirasi?

Bahkan tidak tanggung-tanggung, prasangka buruk ini sudah  tercantum dalam Laporan Hasil Survei Nasional Evaluasi Kinerja Pemerintah dan Jalan Panjang Menuju 2024.

Survei yang melibatkan 1.200 responden dan dipilih berdasarkan metode simple random sampling ini menguak data bahwa ada 20,3% responden yang menganggap bahwa covid-19 adalah konspirasi, dan ada 28,7% responden yang menganggap virus corona merupakan hasil rekayasa.

O ya, data di atas adalah survei yang dirilis pada awal Februari tahun 2021. Kaget kita, bahkan sudah satu tahun corona melanda, masih banyak masyarakat yang menebar prasangka buruk.

Coronavirus. Gambar oleh enriquelopezgarre dari Pixabay
Coronavirus. Gambar oleh enriquelopezgarre dari Pixabay

Padahal sesungguhnya kita sama-sama tahu bahwa "Inna ba'da zhonni itsmun", sesungguhnya sebagian dari prasangka itu adalah dosa, sebagaimana yang tertuang dalam Quran Surah Al-Hujurat ayat 12.

Lagi-lagi, kita beruntung karena bisa memetik pelajaran dari burung kolibri yang terbang mundur. Di bulan Ramadan sesungguhnya tiap-tiap diri ingin segera terbang menuju takwa.

Tapi, bagaimana mungkin takwa bisa beriringan dengan sikap berprasangka buruk, terlebih lagi sangkaan tersebut tidak dibarengi dengan dalil ilmiah? Astagfirullahaladzim!

Prasangka buruk terhadap covid-19 mungkin terdengar sepele bagi sebagian orang.

Tapi, di sebalik kesepelean itu, keringat nan bertumpah terus diperjuangkan oleh pasukan garda terdepan pengusir virus corona bahkan hingga menimbulkan banyak korban jiwa. Prasangka buruk sungguh mengerikan!

Sudah sepatutnya kita kembali menata prasangka. Bukan sekadar tentang pandemi melainkan juga banyak hal lainnya dari segala aspek kehidupan. Segenap prasangka buruk tahun kemarin tak perlu dikenang, melainkan dibuang.

"Terbang" Mundur ke Ramadan Tahun Lalu untuk Meluruskan Mindset Nyali dalam Beribadah

Benar, hummingbird merupakan burung terkecil di jagat raya. Meski begitu, si kolibri sesungguhnya memiliki nyali yang gede, lho!

Hummingbird, burung kecil nyalinya gede, gaiss. Foto: pixdaus via Idntimes
Hummingbird, burung kecil nyalinya gede, gaiss. Foto: pixdaus via Idntimes

Diterangkan dari idntimes, kolibri hidup dalam teritori masing-masing dan tak segan menyerang gagak maupun elang yang seenaknya masuk ke wilayah kekuasaan mereka. Termasuklah juga dengan spesies burung lain.

Ngeri, kan? Agresif, pake banget! Kecil-kecil cabai keriting. Eh, cabai rawit.

Syahdan, apa hubungannya dengan Ramadan tahun lalu?

Sempat terdengar kisah bahwa cukup ramai masyarakat yang nekat beribadah ke masjid seraya tidak mematuhi protokol kesehatan. Bahkan ada yang sampai berdemo, padahal waktu itu "serangan" covid-19 sedang gencar-gencarnya.

Viral warga Lombok Tengah demo pada ramadan tahun lalu karena keputusan masjid ditutup untuk pelaksanaan tarawih dan jumatan. Foto: Detik
Viral warga Lombok Tengah demo pada ramadan tahun lalu karena keputusan masjid ditutup untuk pelaksanaan tarawih dan jumatan. Foto: Detik

Lebih dari itu, tahun kemarin aku pribadi malah semakin sedih ketika melirik media sosial yang ramai dengan snap "Jangan takut corona, takutlah kepada Allah".

Kalimat tersebut sesungguhnya tidak salah, tapi takut semacam apa yang sebenarnya diinginkan? Bukankah salah satu perwujudan takut kepada Allah ialah dengan tidak membahayakan diri, keluarga, bahkan orang lain?

Di sinilah ada mindset nyali dalam beribadah yang agak timpang. Perjuangan beribadah kepada Allah tidaklah dimaknai sesempit dan senekat itu.

Sebagaimana dulu ada wabah Tha'un di masa kekhalifahan Umar bin Khattab, umat di kala itu diminta untuk tidak bepergian. Berbarengan dengannya, dikuatkan pula dengan hadis Nabi "Tidak boleh berbuat mudharat dan hal yang mendatangkan mudharat".

Artinya, nyali yang berani seraya menganggap covid-19 itu tidak berbahaya adalah nyali yang salah, bukan?

Akhirnya, kembali lagi kepada pelajaran dari burung kolibri bahwasannya mindset nyali dalam beribadah perlu untuk ditata. Burung kolibri dengan berani menyerang musuh yang mengusik itu sejatinya seirama dengan kita yang dengan gagah berani mencegah kekejian dan kemungkaran.

Tidak ada satu ibadah pun yang mengajak para pelakunya untuk mendapat mudharat. Maka dari itulah yang kiranya membahayakan dilarang untuk didekati.

***

Kisah dan perjuangan Ramadan tahun lalu sungguh layak untuk kita "kunjungi". Meski begitu, tidak sedikit pula dari kita yang terlupa terhadap mindset maupun sikap yang sepele. Sepele tapi krusial, dan dalam kelanjutannya bakal mengganggu proses merengkuh takwa.

Beruntung Allah hadirkan burung kolibri yang dengan kecil dan mungilnya mampu mengajak kita untuk belajar dan terbang mundur ke Ramadan tahun lalu. Mundur untuk berbenah, lalu terbang lagi menyongsong takwa. Bismillah.

Salam.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kurma Selengkapnya
Lihat Kurma Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun