Mohon tunggu...
Ozy V. Alandika
Ozy V. Alandika Mohon Tunggu... Guru, Blogger

Seorang Guru. Ingin menebar kebaikan kepada seluruh alam. Singgah ke: Gurupenyemangat.com

Selanjutnya

Tutup

Worklife Pilihan

Kamu Mahasiswa Calon Guru? Inilah 3 Alasan Mengapa PPL Penting Bagimu

9 Agustus 2020   21:21 Diperbarui: 9 Agustus 2020   22:40 1444
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Dokumentasi PPL penulis di tahun 2015. Foto: Ozy V. Alandika

"Calon guru tapi enggak bisa ngajar, apa kata dunia!"

Tapi, kalo Armada band yang bilang, Jadinya begini:

"Biarlah orang berkata apa. haaa...haaa. Manusia tiada yang sempurna...haaa....haaa. Kuterima kau apa adanya...haaa...haaa" Eits, kok malah nyanyi!

Kira-kira begitulah ungkapan dosen ketua Program Studi atau Fakultas dalam acara pembekalan PPL (Praktik Pengalaman Lapangan) para mahasiswa calon guru. Ungkapan bahwa calon guru harus bisa mengajar wajib mereka sampaikan agar para mahasiswa tidak terlena.

Secara, PPL biasanya dilaksanakan oleh mahasiswa ketika mereka sudah menyelesaikan semester 6 dan KKN (Kuliah Kerja Nyata).

Dan ribetnya, masa-masa PPL sering berbarengan dengan kegiatan bimbingan skripsi. Paginya mahasiswa harus mengajar, siangnya mereka harus cari waktu luang sembari berdoa agar dosen pembimbing skripsi rela untuk ditemui. Jika tidak? Galau deh. Gelap jadinya dunia. Hemm

Maka dari itulah para mahasiswa calon guru bisa terlena andai tak siap untuk membagi fokus.

Jika kita terlalu fokus kepada kegiatan PPL, bisa-bisa bimbingan skripsi jadi terlantar. Sedangkan jika skripsi yang didahulukan, bisa-bisa PPL-nya yang terlantar. Hayooo, mau pilih terlantar atau ditelantari? Hahaha

Tapi, nanti dulu. Kemarin kamu lulus nggak mata kuliah micro teaching? Kalo enggak lulus, batal deh PPL-nya? Pasti lulus lah ya. Kan calon guru milenial.

Pengalamanku, bagus maupun lumayannya nilai micro teaching akan berpengaruh kepada lokasi penempatan PPL.

Kalau nilainya A, maka mahasiswa akan ditempatkan di sekolah-sekolah elit (baca: rujukan, model). Dan kalau nilainya di bawah A, maka mahasiswa akan PPL di sekolah yang sedang berkembang.

Tapi, sesungguhnya penempatan ini relatif, sih. Kadang, bisa saja kampus menetapkan lokasi PPL tanpa harus melihat bagus atau lumayannya nilai micro teaching. Yang penting mahasiswa lulus, dan tempat PPL bisa di mana saja. Gawat, kan? Ilmu kuliahmu akan benar-benar diuji.

Meski begitu adanya, kamu tak perlu takut, resah, gelisah, bahkan khawatir untuk mengikuti PPL. Walaupun banyak isu-isu dari kakak tingkat bahwa peserta PPL seringkali dibully alias dibuat nangis oleh muridnya, kamu jangan gentar. Kalau perlu, kamu yang buat siswa menangis.

Eh, siswanya jangan ditabok! Buatlah mereka menangis rindu karena telah terlalu cepat engkau tinggalkan. Toh, PPL cuma 2 bulan, 3 bulan, atau hanya 6 bulan saja, kan? Hahaha

Sebenarnya PPL itu tidak hanya soal kerinduan. Bagi kamu para mahasiswa, PPL itu sangat penting, terutama jika kamu adalah calon guru. Mengapa penting? Berikut ini 3 alasannya:

1. PPL Mengajak Kamu Berkenalan dengan Lingkungan Kerja

Di manakah lingkungan kerja seorang guru? Sudah pasti di sekolah. Entah itu di TK/PAUD, SD/MI, SMP/MTS, SMA/SMK, hingga pesantren, masing-masing dari tingkat sekolah yang linier dengan jurusan kita perlu dikenali secara lebih dalam.

Bagi mahasiswa calon guru, misalnya. Sekilas, mungkin orang memahami bahwa tugas guru ya hanya datang ke sekolah, mengajar, dan kemudian pulang. Tapi, kenyataannya tentu saja lebih dari itu.

Dengan mengikuti PPL, kamu akan lebih mengenal lingkungan kerja seorang guru. Foto: Ozy V. Alandika.
Dengan mengikuti PPL, kamu akan lebih mengenal lingkungan kerja seorang guru. Foto: Ozy V. Alandika.

Seorang guru saat di sekolah kadang ditugaskan sebagai guru piket, staf perpustakaan, jabatan struktural, pengampu ekstrakuliker, hingga mengikuti perkumpulan guru. Bahkan, di mata pelajaran tertentu seorang guru bisa menjadi penanggungjawab kegiatan.

Nah, dengan kamu mengenal lingkungan beserta alur kerja di sekolah, nantinya saat menjadi guru kamu sudah tidak gagap lagi.

2. PPL Menguji Sejauh Mana Kompetensimu Sebagai Calon Guru

Akhirnya, kita berjumpa lagi dengan pertanyaan, "Calon guru tapi enggak bisa ngajar, apa kata dunia!"

Bisa atau tidaknya calon guru mengajar sebenarnya berkaitan langsung dengan kompetensi guru. Sebagai seorang mahasiswa calon guru, pasti kamu sudah sering belajar tentang 4 kompetensi utama guru, kan?

Yupp, ada 4 kompetensi utama yang "wajib" dimiliki oleh calon guru.

Gambar diolah oleh Ozy V. Alandika
Gambar diolah oleh Ozy V. Alandika

Pertama, ada kompetensi pedagogik yang berisikan pemahaman guru terhadap segala hal yang berhubungan dengan proses pembelajaran. Kedua, ada kompetensi kepribadian yang berkaitan dengan sikap, moral, adab dan akhlak calon guru.

Kemudian, ketiga, ada kompetensi sosial yang berkaitan dengan pergaulan guru di manapun ia berada. Dan keempat, ada kompetensi profesional yang berkaitan dengan penguasaan materi serta substansi keilmuan dibidang ajarnya.

Sebelum PPL, empat kompetensi ini adalah teori, kan? Maka dari itulah, saat sudah praktik di sekolah, saat itu pula kamu bisa menguji dirimu. Menguji tentang sejauh mana kamu mampu mengimplementasi teori, metode, strategi, sekaligus mengevaluasi apa yang kurang darimu.

Bagaimana, siap untuk menguji dirimu? Siap dong. Kalau enggak, kapan kelarnya kuliah! Hohoho

3. PPL Sebagai Sarana Tes Mental Mengajar dan Menghadapi Siswa

Gambar oleh Pexels dari Pixabay
Gambar oleh Pexels dari Pixabay

Dalam memulai kegiatan praktik, tidak terpungkiri bahwasannya kita yang belum memiliki pengalaman mengajar ini suka terserang grogi. Karena baru pertama kali menginjak kelas nyata yang selama ini belum pernah, kita jadi canggung.

Alhasil, kompetensi dan ilmu-ilmu yang sudah bersemayam di otak kita jadi mampet, bahkan lenyap seketika. Tambah lagi jika para siswa yang akan kamu hadapi nanti cukup "liar" untuk diatur. Bisa gawat!

Tapi, tenang. Tak usahlah engkau terlalu risau. Untuk mencairkan suasana serta menguasai kelas, kamu bisa menggunakan ice breaking. Tahu dengan ice cream breaking, kan?

Ice breaking alias menghancurkan es adalah tindakan peralihan situasi dari yang sebelumnya menjenuhkan dan mengerikan ke situasi yang menyenangkan serta cenderung santai.

Caranya? Kamu bisa lempar cerita humor, bisa juga menggunakan game-game yang menghibur, bernyanyi, senam otak, dan lain sebagainya.

Dari sana, perlahan kamu bisa memperbaiki mental mengajarmu sekaligus memeluk erat "hati" siswa agar "tunduk" kepadamu. Cieee.

Apa iya semudah itu? Tergantung, sih. Beda siswa, beda pula pendekatannya. Beda tingkat pendidikan, beda pula strategi efektifnya.

Pengalamanku, dahulu saat PPL dan ditempatkan di sebuah SMP Negeri, kutemukan pengalaman bahwasannya karakter siswa tiap-tiap lokal sangatlah beragam.

Pernah di awal-awal jumpa aku diminta mengajar di kelas akselerasi (tahun 2015 waktu itu). Wuih, serunya mengajar di sana bukan main.

Tiap menit, aku selalu dihampiri pertanyaan-pertanyaan yang menusuk relung pikir. Pertanyaan tingkat HOTS (Higher Order Thinking Skill), bro! Kalo kita enggak punya bekal penguasaan materi, bisa-bisa hati ini runtuh, lalu jatuh air mata. Hahaha

Tapi, tetap seru kok. Seiring berganti hari, mental mengajar kita akan terbentuk dan diri ini akan menemukan trik-trik jitu dalam menghadapi siswa dengan segunung karakternya. Kita hanya perlu pengalaman. Pengalaman itu perlu proses, dan proses perlu waktu. Sip deh. Semangat!

Salam.

Baca Juga:KKN Sebelum dan Semasa Pandemi, Mendingan yang Mana?

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Worklife Selengkapnya
Lihat Worklife Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun