Mohon tunggu...
Ozy V. Alandika
Ozy V. Alandika Mohon Tunggu... Guru - Guru, Blogger

Seorang Guru. Ingin menebar kebaikan kepada seluruh alam. Singgah ke: Gurupenyemangat.com

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Artikel Utama

Ubahlah 3 Pola Pikir Ini, Lalu Hidupmu Akan Jadi Lebih Bermakna

8 Agustus 2020   21:49 Diperbarui: 9 Agustus 2020   16:06 4448
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Belajar meracik hidup lebih bermakna dengan mengubah pola| Gambar oleh Pexels dari Pixabay

Kira-kira, untuk siapa sebenarnya kita hidup?

Untuk orang lain, atau untuk diri sendiri?

Rasanya, jawaban pertama yang muncul di pikiran kita adalah hidup untuk diri kita sendiri. Ya, nanti dulu berbicara tentang orang lain karena sesungguhnya yang lebih peduli dengan kita adalah diri kita sendiri.

Orang lain mungkin peduli. Entah itu katanya, entah itu perilakunya, entah itu sikapnya, orang lain bisa saja membuat kita merasa dipedulikan. Bagus sih sebenarnya, tapi ada pula jeleknya.

Bagusnya, kita akan senantiasa merasa hidup ketika dipedulikan. Dan buruknya, ketika orang lain satu demi satu melepaskan kepeduliannya, bisa-bisa kita tidak lagi merasa hidup. Galau, gelisah, ambyar, penat, semak hati, dan berkarung-karung rasa tidak biasa yang lainnya.

Kukira inilah dampak dari penyakit "merasa" yang kadangkala sangat fatamorgana untuk kita renungi.

Beda halnya bila kita peduli terhadap my self terlebih dahulu. Dari sana, kita bisa meracik hidup agar lebih bermakna. Bersosialisasi juga dari sana, lalu teman-teman akan datang dengan sendirinya.

Mengapa teman-teman bisa datang dengan sendirinya? Jelas, karena kita bermakna bagi mereka, karena ada kebaikan dari kita untuk mereka. Terang saja, manusia adalah budaknya kebaikan. Terhadap sesuatu yang baik, mereka pasti mengikuti, bahkan menyayangi.

Maka dari itulah, penting bagi kita untuk menjadi sosok yang lebih bermakna dalam hidup ini. Bagaimana caranya? Caranya adalah dengan sedikit mengubah pola pikir. Dalam tulisan ini, akan kusajikan 3 pola pikir yang kiranya penting untuk kita ubah.

Jadilah Orang yang Sukses Bernilai

Gambar oleh Gerd Altmann dari Pixabay
Gambar oleh Gerd Altmann dari Pixabay
Coba dipilih, kita mau jadi orang yang sukses, atau orang yang bernilai? Kuyakin, tidak sedikit orang yang akan memilih untuk menjadi sukses. Wajar, kan? Kesuksesan berhak untuk dimiliki oleh siapa saja. Aku memerlukan kesuksesan, kamu juga, dan kita semua tentunya.

Meskipun demikian, bukankah ukuran sukses itu sedikit "tidak jelas"? iya, sih.

Ada yang menganggap bahwa kesuksesan itu adalah ketika mereka berada di puncak karier. Ada yang menganggap bahwa sukses itu adalah kesederhanaan. Dan, ada pula yang menganggap kesuksesan itu hanya milik orang-orang kaya saja.

Kalau goal alias tujuan sukses itu sendiri tidak jelas, bagaimana kita bisa sampai kepada kesuksesan?

Ujung-ujungnya, si peraih sukses bingung sendiri tentang apa sebenarnya hal yang harus diraih. Dan bahayanya, demi meraih kesuksesan yang fana seseorang rela mengorbankan harga dirinya, mengorbankan orang di sekelilingnya, bahkan jika itu adalah orangtuanya sendiri.

Sukses, tapi akhirnya tidak berguna bagi orang lain, untuk apa? Maka dari itu lah, mendingan kita berusaha untuk menjadi orang yang bernilai, menjadi orang yang senantiasa berbuat baik kepada seluruh alam, serta orang yang hadirnya memberi manfaat kepada sekitarnya.

Dengan menjadi orang yang bernilai, kita akan dicari orang, dan kesuksesan itu akan datang dengan sendirinya bersama dengan ending sebuah proses.

Dapatkan Teman yang Banyak Berkualitas

Gambar oleh simple_tunchi0 dari Pixabay
Gambar oleh simple_tunchi0 dari Pixabay

Kukatakan, tidak ada yang salah dengan jumlah teman yang banyak dan melimpah. Sama sekali tidak. Yang bermasalah adalah, ketika musuh-musuh kita hadir dan melimpah. Bukankah satu musuh sudah terlalu banyak untuk kita miliki?

Maka dari itu lah, Tuhan begitu membenci orang-orang yang suka bertengkar, yang senang bermusuhan, yang yang sering memunculkan perpecahan. Semoga kita tidak termasuk salah satu di antara mereka, ya!

Walau begitu adanya, memiliki teman yang banyak juga tidak selalu dibenarkan. Secara, teman merupakan salah satu "lingkungan" yang cukup untuk mempengaruhi hidup dan prinsip diri.

Karena ada teman yang gesit, kita bisa gesit. Karena ada teman yang lelet, kita jadi ketularan lelet. Dan karena ada teman yang rajin, kita pun jadi rajin.

Barangkali, inilah salah satu penyebab mengapa dulu saat SD kita sering disuruh oleh Emak untuk duduk sebangku dengan orang pintar. Biar ketularan! Hohoho

Untuk menjadikan hidup ini lebih bermakna, maka memiliki teman yang berkualitas adalah hal yang dirasa penting. Secara, untuk apa kita memiliki banyak teman tapi kemudian teman-teman itu pula yang menghambat kita untuk menjadi orang yang lebih baik.

Tambah lagi bila kita mempunyai banyak teman yang suka datang di saat kita senang saja. Itu malah lebih gawat. Kita sendiri yang repot untuk menata hati dan menguatkan prinsip diri. Harapannya, dengan teman yang berkualitas, kita akan menjadi sosok yang berkualitas pula.

Berbahagialah Atas Kemewahan Kesederhanaan

Gambar oleh DoDo PHANTHAMALY dari Pexels.
Gambar oleh DoDo PHANTHAMALY dari Pexels.
Sekali lagi, kutanyakan kepadamu: Dalam hidup, apa yang sebenarnya kita cari? Kebahagiaan, kan? Kurasa ya memang begitu.

Mengapa orang-orang sampai sebegitunya mengejar dunia, ialah karena mereka ingin bahagia. Mengapa orang-orang sampai tidak terlalu peduli dengan dunia, ialah karena mereka ingin mendapatkan kebahagiaan di akhirat.

Tidak hanya seperti itu saja, orang-orang yang pandai berkolaborasi dalam kehidupan dunia dan akhiratnya pun ada. Semua dilakukan untuk mencapai kebahagiaan.

Hanya saja, untuk menjadikan diri ini pribadi yang lebih bermakna, kita jangan sampai salah dalam memandang kebahagiaan. Apakah kebahagiaan itu harus yang mewah-mewah? Harus punya rumah mewah, mobil mewah, dan sekarung berlian yang dipajang di atap rumah?

Kalau pola pikir diri ini masih begitu, rasanya kita perlu move on dari pandangan sempit ini. Terang saja, bila tolok ukur kebahagiaan adalah kemewahan, maka sampai mati pun kita tak akan pernah meraih kebahagiaan. Hari-hari nantinya hanya akan dipenuhi dengan ketidakpuasan diri atas apa-apa yang telah diri dapatkan sekarang. Bahayakah? Kalau tidak bahagia, ya bahaya!

Dan kenyataannya, di luar sana banyak sekali orang-orang yang bahagia walaupun hidupnya jauh dari kemewahan.

Sehari-hari hanya makan nasi pakai telur dadar yang kemudian dibagi-bagi kepada seluruh anggota keluarga, tapi mereka bahagia. Mereka berbahagia dalam kesederhanaan. Kiranya, inilah yang perlu kita tiru untuk memperbaiki kualitas hidup, agar menjadi sosok yang bermakna.

Berbahagia atas kesederhanaan hidup sudah menjadi kekayaan tersendiri bagi kita. Harta bisa dicari, tapi banyaknya harta tetap tak mampu untuk membeli sebuah kebahagiaan. Dan, yang paling penting adalah, dengan berbahagia atas kesederhanaan kita bisa lebih sering bersyukur.

Kurasa, syukur adalah salah satu sikap yang mencerminkan kedewasaan seseorang. Kalau kita gabungkan antara kebahagiaan, kesederhanaan dan syukur, maka aku meyakini bahwa di sanalah letak kehidupan yang bermakna.

Salam bahagia.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun