Mohon tunggu...
Ozy V. Alandika
Ozy V. Alandika Mohon Tunggu... Guru - Guru, Blogger

Seorang Guru. Ingin menebar kebaikan kepada seluruh alam. Singgah ke: Gurupenyemangat.com

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Artikel Utama

Menanti Ketegasan Nadiem dalam Menghapus 3 Dosa Pendidikan di Sekolah

20 Februari 2020   22:02 Diperbarui: 21 Februari 2020   10:13 3285
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Mas Nadiem saat memberikan pidato di Upacara Hari Peringatan Sumpah Pemuda di kantor Kemendikbud di Jakarta, Senin (28/10/2019). kompas.com

Tambah lagi, baru-baru ini kita juga dihebohkan dengan fakta tentang siswa SD di Pasaman, Sumatera Barat yang menghamili siswi SMA.

Bagaimana tidak heboh, siswi SMA ini adalah kakak kandungnya sendiri dan polisi telah mengungkap sedikitnya 2 kali kakak dan adik itu berhubungan badan sedarah.

Lengkap sudah dosa sekolah, gurunya melakukan kekerasan seksual dan siswa ikut-ikutan berbuat dosa.

Belum selesai, dosa ketiga adalah tentang perundungan yang terjadi di sekolah. Berkaca dari beberapa peristiwa nyata yang viral dan mengiris hati belakangan ini, tidak salah jika perundungan juga ikut dikategorikan sebagai dosa pendidikan di sekolah.

Terang saja, perundungan di sekolah hari ini tidak lagi mengenal jenis kelamin hingga siswa laki-laki bisa dengan mudah merundungi siswa perempuan. Perundungan juga tidak kenal lagi dengan kata main-main hingganya siswa sampai harus diamputasi.

Jika ketiga dosa ini terus saling mengisi, berkolaborasi dan merajalela, maka pemerintah sudah harus menyiapkan pemakaman sebagai tanda bahwa pendidikan kita telah usai. Tapi nyatanya, semua dari kita tidak boleh putus asa.

Dosa-dosa ini hanyalah tantangan dan gejolak pendidikan yang butuh solusi dan penanganan secara mendesak.

Modal Karakter dan Pola Pikir? Belum Cukup

Untuk menghapus dosa radikalisme, kekerasan seksual, dan perundungan di sekolah agaknya bermodalkan penguatan karakter dan pola pikir belum cukup. Terang saja, banyak celah-celah dari sekolah yang sangat mudah dijebol oleh dosa-dosa ini.

Dari guru dan kepala sekolah misalnya, keduanya bisa saja berkolaborasi untuk menanamkan kebijakan dan dokrin di sekolah. Siswanya? Tentu saja mereka hanya menganggut tanda terima.

Bayangkan jika kebijakan ini mengarah kepada radikalisme berdiri tidak seimbang dengan Pancasila, maka siswa akan mudah melakukan perundungan yang didasarkan atas SARA.

Maka dari itulah, Mas Nadiem sangat setuju bahwa dosa-dosa pendidikan di sekolah ini tidak bisa terhapus hanya dengan strategi penguatan karakter dan pola pikir.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun