Mohon tunggu...
Ozy V. Alandika
Ozy V. Alandika Mohon Tunggu... Guru - Guru, Blogger

Seorang Guru. Ingin menebar kebaikan kepada seluruh alam. Singgah ke: Gurupenyemangat.com

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Mengapa hingga Saat Ini Kita Masih Sulit untuk Memaafkan?

1 September 2019   11:59 Diperbarui: 1 September 2019   12:11 350
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sifat Pemaaf Membuat Kita Jadi Akrab

"Lihatlah suami-istri yang bertengkar dan kemudian saling memaafkan. Mereka terlihat semakin dekat, semakin akrab, dan semakin romantis."

Tentu saja bukan soal menyambung hati yang patah, melainkan merajut kembali hati yang terluka. Bukan pula soal menyusun hati yang terpecah, melainkan menata kembali bingkai-bingkai hati agar tetap indah. Tidak hanya suami-istri yang bisa akrab, kita juga bisa. Baik sesama teman, saudara, bahkan rekan kerja.

Realitanya, rekan kerja akan lebih solid setelah saling memaafkan, teman semakin dekat setelah ikhlas memaafkan, dan bahkan sang pemaaf akan lebih dicintai. Jikapun terbesit pikiran untuk mengukur kesalahan dan menunda maaf, maka janganlah berlama-lama. Segera buang pikiran buruk saat itu juga, dan kembalilah berjabat tangan.

Seorang yang Pemaaf telah menebarkan sinyal-sinyal emosional positif lewat kata-kata bijak dan senyum lembut sebagai bentuk kelapangan hatinya. Disinilah akan timbul keakraban antara keduanya. 

Dalam kelanjutannya, mereka akan saling memahami satu sama lain dan mencoba untuk tidak menyentuh  "area sensitif" yang disinyalir akan melahirkan permusuhan.

Hebatnya, keakraban ini akan terus bertumbuh dan berkembang sepanjang waktu karena si pemaaf dan si pembuat salah masing-masing sudah membuang keluh kesal masa lalu.

Mari Hijrah Menjadi Seorang Pemaaf

Hijrah menjadi seorang yang pemaaf tidaklah sulit. Tidak perlu kita pergi ke Tanah Arab untuk mencari unta sebagai tunggangan hijrah. Tidak perlu kita beli bedak-bedak make up untuk menghias muka layaknya wajah orang yang pemaaf. Kita hanya perlu membina diri dan menata hati untuk senantiasa menjauhi diri dari amarah.

Untuk menjadi sosok Pemaaf, kita perlu hijrah dengan cara melupakan perbuatan-perbuatan buruk orang lain. Kita juga sesekali perlu mengingat perbuatan buruk yang pernah kita lakukan kepada orang lain. 

Dengan cara ini, kita perlahan akan sadar bahwa jika kita melakukan perbuatan yang buruk dan orang lain tidak memaafkan kita, kehidupan kita bisa terganggu, ketentraman bisa terusik, dan mirisnya, kita bisa kehilangan pekerjaan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun