Mohon tunggu...
Ozy V. Alandika
Ozy V. Alandika Mohon Tunggu... Guru - Guru, Blogger

Seorang Guru. Ingin menebar kebaikan kepada seluruh alam. Singgah ke: Gurupenyemangat.com

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Wanita Itu Sifatnya Menunggu

3 Agustus 2019   21:41 Diperbarui: 24 Juni 2021   08:29 276
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Meski sudah disampaikan bahwa wanita itu sifatnya menunggu, tetap wanita jangan terlalu menutup diri. Ibaratkan perpustakaan yang di gembok, tiada mungkin ada pengunjung yang mau membacanya. Melihatnya dari kejauhan saja sudah hilang niatnya untuk singgah. Wanita juga perlu untuk membuka diri. Wanita perlu bergaul dan berkembang di masyarakat, jangan sekedar berkurung dirumah menanti mahar.

Terlalu membuka diri agaknya salah pula. Ibaratkan dengan obral pakaian murah, banyak peminat namun belum tentu laku. Pembeli juga masih pilah pilih mana yang paling sesuai. Maka dari itu, jadilah seperti layaknya gaun mahal, yang tersimpan diruangan spesial di sebuah toko. Memang semua orang  bisa melihat, tapi tidak sembarangan orang bisa meminangnya. Hanya yang benar-benar terbaik dan serius yang bisa memilikinya.

Jangan Berharap Berlebihan Kepada Manusia

"Tirakat perempuan menentukan nasibnya. Meratap ke Tuhan, bukan ke papan pengumuman." @manluk

Tegasnya, berharap itu kepada yang menciptakan jodoh kita, bukan berharap kepada manusianya. Kenapa?

Sejatinya, tingkat ke "baperan" seorang wanita tergantung pada tinggi atau rendahnya harapan mereka terhadap calon "jodoh". Mirisnya, jika terlalu tinggi menggantungkan harapan, dan harapan itu akhirnya tidak jadi kenyataan, sakit yang ditimbulkan akan sangat dalam. Jika kita berpikir rasional memang wajar. Toh, banyak sekali orang yang sudah lama berpacaran namun gagal nikah. Banyak pula yang sudah menetapkan tanggal pernikahan, tapi akhirnya gagal nikah. Atau ada pula yang baru beberapa bulan menikah sudah cerai. Apakah seperti itu perkara jodoh yang kita idamkan?

Beda hal, jika kita berharap kepada Tuhan. Memang  sakitnya tidak berjodoh itu lebih dari sekedar mengelus dada. Tapi, jika kita berpegang dari kepercayaan takdir Tuhan, rasanya kita akan lebih bijak dalam menjalani hidup. Baper boleh, hanya saja jangan berlarut. Apa gunanya menyia-nyiakan waktu yang singkat ini dengan bergumam diri karena baper. Bijaklah!

Baca juga: Kabar Buruk bagi Para Jomlo, Ini Alasan Wanita Suka Pria Beristri

Perbaiki Diri Selama Masa Tunggu

Sadar atau tidak, jodoh itu cerminan dari diri kita sendiri. Bukan perihal mirip wajah seperti halnya penilaian orang yang terkesan memaksakan mirip, tapi jodoh kita ya seperti kita. Islam juga menegaskan bahwa laki-laki yang baik hanya untuk perempuan yang baik, dan perempuan yang baik hanya untuk laki-laki yang baik (QS An-Nuur: 26). Begitupun sebaliknya.

Berpegangan dari kata mutiara Al-Qur'an ini, maka sangat penting kita untuk menjadikan diri ini lebih baik. Semakin baik diri kita, semakin mudah dan bijak kita menilai sebab kegagalan suatu hubungan. Hubungan yang di bina dengan gombalan dan nafsu bisa kandas di ujung jalan, dan hubungan yang di bina dengan "kebaikan" bisa jadi jodoh dunia dan akhirat.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun