Mohon tunggu...
Yulius Roma Patandean
Yulius Roma Patandean Mohon Tunggu... Nomine Best in Citizen Journalism Kompasiana Award 2024 - I am proud to be an educator

Nomine Best in Citizen Journalism Kompasiana Award 2024. Guru dan Penulis Buku, menyukai informasi seputar olahraga, perjalanan, pertanian, kuliner, budaya dan teknologi.

Selanjutnya

Tutup

Halo Lokal Pilihan

Mengelola Air Hujan di Pegunungan Toraja

22 Agustus 2025   23:10 Diperbarui: 22 Agustus 2025   23:22 81
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Terasering dan sawah tadah hujan di Kecamatan Simbuang, Kabupaten Tana Toraja. (Sumber: Dokumentasi Pribadi)

Memanen air hujan secara kreatif meskipun dalam pola kearifan lokal dan tradisional tetap mumpuni di Tengah globalisasi. Dengan memahami cara mengelola air hujan di daerah pegunungan seperti di Toraja tentunya merupakan langkah penting untuk melestarikan sumber daya air dan mencegah bencana alam.

Warga pinggiran dan perkampungan Toraja sudah membangun penampungan air hujan yang juga dikenal dengan rainwater harvesting. Salah satu lokasinya ada di Lembang (desa) Buntu Tabang, Kecamatan Gandangbatu Sillanan. Sumber air memang langka di tempat tersebut. Bersumber dari gunung batu di atasnya, air yang ditampung dialirkan menggunakan bambu. Seiring perkembangan, sejumlah warga menggantinya dengan selang plastik. Saat ini, bahkan ada yang menggunakan pipa paralon.

Di banyak rumah termasuk rumah tante saya pun masih ada tiga bak penampungan air hujan. Bak penampungan dibuat tertutup sehingga tidak terkontaminasi dedaunan. Sumber air hujan berasal dari atap. 

Air untuk konsumsi kemudian disaring secara alamiah menggunakan perpaduan ijuk, arang dan pasir. Bagaimanapun, air dari atap seng tidak baik untuk langsung dikonsumsi karena rentan terkontaminasi karat dari seng atau kotoran lain yang jatung ke dalam talang air sebelum masuk ke dalam bak penampungan.

Air hujan dapat dikumpulkan dari atap rumah atau area resapan dan dialirkan ke dalam tangki beton, drum plastik, atau kolam penampungan. Metode ini sangat berguna untuk menyediakan cadangan air bersih selama musim kemarau.

Dalam konteks Toraja, bambu tumbuh subur di Toraja. Tanaman ini dimanfaatkan secara lokal untuk membuat sistem penampungan air sederhana. Tabung-tabung bambu besar dapat digunakan untuk mengalirkan dan menyimpan air dalam skala kecil untuk kebutuhan rumah tangga.

Pembuatan saluran air alami banyak ditemui di perkampungan Toraja. Menggunakan saluran beton memang ada di beberapa tempat, namun saluran drainase yang dibangun dengan material alami seperti batu-batuan atau kerikil dan tanggul tanah justru terlihat lebih Lestari airnya.

Sebagai warga Toraja, saya pun masih percaya bahwa sumber air yang dibeton sering mati. Inilah yang mengakibatkan banyak sumber air tradisional di Toraja tidak dibeton. Metode penggunaan drainase alami ini justru membantu memperlambat aliran air dan memungkinkan air meresap ke dalam tanah, sehingga mengurangi risiko erosi dan longsor.

Pembersihan saluran air tradisional di Lembang Makkodo, Kecamatan Simbuang dalam tradisi kepercayaan. (Sumber: Sukardi Kombongkila')
Pembersihan saluran air tradisional di Lembang Makkodo, Kecamatan Simbuang dalam tradisi kepercayaan. (Sumber: Sukardi Kombongkila')

Kegiatan pembersihan saluran drainase secara berkala telah berlangsung selama puluhan tahun. Pemandangan ini sering saya jumpai di desa-desa (lembang) yang ada di Kecamatan Simbuang. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Halo Lokal Selengkapnya
Lihat Halo Lokal Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun