Mohon tunggu...
Yulius Roma Patandean
Yulius Roma Patandean Mohon Tunggu... Nomine Best in Citizen Journalism Kompasiana Award 2024 - I am proud to be an educator

Nomine Best in Citizen Journalism Kompasiana Award 2024. Guru dan Penulis Buku, menyukai informasi seputar olahraga, perjalanan, pertanian, kuliner, budaya dan teknologi.

Selanjutnya

Tutup

Halo Lokal Artikel Utama

Panen Cengkeh di Tana Toraja yang Tak Sesuai Harapan Petani

19 Agustus 2025   22:43 Diperbarui: 20 Agustus 2025   10:50 367
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Memetik cengkeh (Sumber: Dokumentasi Pribadi)

Lokasi kebun yang jauh juga menjadi kendala dalam perawatan. Termasuk kebun cengkeh milik saya yang letaknya beberapa kilometer di lereng perbukitan dan hanya bisa diakses dengan sepeda motor.

Harapan yang pupus sebenarnya adalah harga cengkeh kering per kilogram masih di bawah seratus ribu rupiah. Saat ini ada di angka delapan puluh ribuan. Masih kalah dari harga coklat kering.

Rendahnya harga cengkeh ini membuat petani cengkeh harus memutar otak dalam menyeimbangkan penghasilan dengan upah pemetik. Khusus di Tana Toraja, tidak ada lagi upah harian, melainkan sistem bagi.

Harga cengkeh yang rendah justru membuat pemetik mematok sistem bagi yang sebenarnya merugikan pemilik cengkeh. Katakanlah sistem bagi tiga, dua kali bagi pemetik dan sekali bagi pemilik.

Memetik cengkeh (Sumber: Dokumentasi Pribadi)
Memetik cengkeh (Sumber: Dokumentasi Pribadi)

Panen cengkeh yang masih di bawah harapan memiliki dampak langsung yang sangat besar bagi kesejahteraan petani dan keluarganya.

Cengkeh sering kali menjadi sumber pendapatan utama bagi petani. Tahun ini adalah panen sela atau bukan panen raya. Pendapatan petani di Tana Toraja anjlok, bahkan tidak cukup untuk menutupi biaya operasional seperti upah buruh petik.

Akibat hilangnya pendapatan, banyak petani yang harus mencari pekerjaan sampingan untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari. Anggota keluarga lain, termasuk istri dan anak, juga harus ikut berupaya mencari penghasilan tambahan.

Beruntung, para petani di Tana Toraja tidak menerapkan peminjaman modal dari tengkulak atau pihak lain untuk membiayai kebutuhan hidup atau perawatan kebun. Jika ada ketergantungan ini, maka bisa menjebak mereka dalam siklus utang karena harga jual yang sering kali dipatok lebih rendah dari harga pasar.

Meskipun menghadapi tantangan yang berat, ada beberapa langkah yang bisa diambil untuk mengatasi masalah ini dan meningkatkan ketahanan ekonomi petani.

Banyak petani yang mulai menerapkan diversifikasi tanaman, yakni menanam komoditas lain seperti singkong, coklat dan kopi sebagai cadangan pendapatan. Ini bisa menjadi strategi yang efektif untuk tidak terlalu bergantung pada satu jenis tanaman saja.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Halo Lokal Selengkapnya
Lihat Halo Lokal Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun