Mohon tunggu...
Yulius Roma Patandean
Yulius Roma Patandean Mohon Tunggu... Nomine Best in Citizen Journalism Kompasiana Award 2024 - I am proud to be an educator

Nomine Best in Citizen Journalism Kompasiana Award 2024. Guru dan Penulis Buku, menyukai informasi seputar olahraga, perjalanan, pertanian, kuliner, budaya dan teknologi.

Selanjutnya

Tutup

Bola Pilihan

Juve Merda dan Motta Out Menghiasi Kekalahan Juventus dari Fiorentina

17 Maret 2025   06:09 Diperbarui: 17 Maret 2025   08:36 789
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Koreo suporter Fiorentina memyambut Juventus di laga pekan ke-29 Seria A Liga Italia, 16/3/2025. (Sumber: eurofootcom) 

"JUVE MERDA" sebuah frase yang ditonjollan lewat koreografi tifosi fanatik Fiorentina ketika Juventus bertandang ke Artemio Franchi menghadapi La Viola di pekan ke-29 Serie A Liga Italia (Minggu, 16/3/2025) atau senin dini hari waktu Indonesia. 

"Merda" adalah bahasa Portugis yang bermakna kotoran atau sampah. Kata ini memang fakta bahwa Juventus saat ini ada pada kondisi tersebut. Bagaimana tidak, dalam dua laga terakhir, klub dengan koleksi juara liga terbanyak sepanjang sejarah, mengalami kekalahan kekalahan menyesakkan. 

Pada laga di kandang Fiorentina, Juventus tertunduk lesu setelah kalah 3-0. Juventus tumpul. Di mana Randal Kolo Muani, Dusan Vlahovic, Francisco Conceicao, Nico Gonzalez dan Teun Koopmeiners? 

Fiorentina merayakan pesta kemenangan atas Juventus lewat gol Ruben Gosens (15'), Rolando Mandragora (18') dan Albert Gudmundsson (53'). Lebih menyakitkan lagi karena  yang memicu kehancuran pertahanan Juventus adalah salah satu pemain buangan Thiago Motta di bursa transfer pemain musim dingin yang lalu, yakni Nicolo Fagioli. 

Gelandang serang muda produk Juventus ini memberikan 2 assist, masing-masing untuk Mandragora dan Gudmundsson. 

Melihat laga Juventus, sebagai tifosi fanatik, perasaan sangat terkoyak. Saat ini, para fans seperti melihat permainan Juventus bagaikan pungguk merindukan bulan. 

Racikan Thiago Motta memang menguasai bola 64%, menciptakan peluang 11 kali, tetapi hanya 2 yang tepat sasaran. 

Bandingkan dengan tim asuhan Raffaele Palladino yang hanya 36% penguasaan bola, tetapi sangat efektif. Menciptakan 9 tembakan dan 3 tepat sasaran yang semuanya berbuah gol. Bisa jadi, koreo "Juve Merda" yang justru meruntuhkan semangat juang dan menyiarkan nyali para pemain Juventus. Atau karena faktor Fagioli yang memang paham racikan dapur Thigo Motta. 

Hanya tiga tembakan tepat sasaran yang mampu merontokkan pertahanan Juventus yang kembali diperkuat Pierre Kalulu dan Renato Veiga. Saya tidak menyalahkan Lloyd Kelly yang lagi-lagi masih menjadi celah rapuhnya pertahanan Juventus. Terpuruknya Juventus murni karena kondisi skuad Juventus yang kehilangan roh "grinta."

Artinya, filosofi sepakbola ala Motta Ball yang menguasai pertandingan sedang sakit karena tidak bisa mencetak gol apalagi meraih kemenangan. Tifosi diyakinkan seolah penguasaan bola yang dominan seakan-akan memberikan hiburan. Tetapi justru sebaliknya yang terjadi. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Bola Selengkapnya
Lihat Bola Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun