Berbicara tentang pelayanan guru di pelosok atau daerah 3T, selalu menarik perhatian saya. Wilayah Kecamatan Simbuang, khususnya di sekitar Lembang Puangbembe Mesakada pun senantiasa memberikan cerita berbeda dalam setiap perjalanan ke sana.Â
Pada perjalanan kali ini, saya berjumpa dengan para ibu guru muda yang mengabdi di UPT SMAN 13 Tana Toraja. Mereka ada 5 orang yang tinggal di kompleks guru dari eks ruang kelas.Â
Empat ibu guru masih bujang. Dua merupakan ASN PPPK. Mereka tinggal di ruang kelas bagian tengah.Â
Seorang ibu guru muda Muslim, blasteran Toraja-Jawa. Dia rekannya adalah warga Simbuang dan satu lagi dari Luwu Timur. Sementara satu ibu guru dari Mamuju, tinggal bersama suaminya di ruang kelas bagian timur.Â
Satu ruang kelas bagian barat diisi satu keluarga yang mengajar di UPT SMPN Satap 2 Simbuang. Sebenarnya, masih ada 2 penghuni lain di ruang kelas bagian tengah, yakni kepala sekolah SMAN 13 Tana Toraja dan satu orang guru ASN PPPK. Keduanya laki-laki.Â
Pekerjaan rutin para ibu guru adalah setiap subuh, sejak jam 3 pagi, mereka bangun membuat kue. Rutinitas yang telah mereka lakukan sejak kedatangan mereka di Simbuang. Otak kreatifitas membuat kue adalah ibu Riris. Ia memang kreatif memasak, turunan dari keluarganya yang berasal dari Pulau Jawa.Â
Hasil karya mereka dijual di SDN 4 Simbuang, SMPN Satap 2 Simbuang dan SMAN 13 Tana Toraja.Â
Sesekali, ini Riris yang menjadi chef andalan juga melayani pesanan makanan untuk kegiatan rapat-rapat di sekolah.Â
Beragam tanaman kebutuhan bumbu dapur banyak tersedia di emper dan halaman. Barang bekas seperti ember, jerigen, kaleng; lalu bekas bungkus semen, deterjen dan minyak goreng dijadikan sebagai media tanam.Â
Daun bawang, daun kemangi, bawang merah, dll tumbuh subur.Â
Beragam sayuran menghijaukan emper eks ruang kelas SMP. Ada kacang panjang, kangkung, singkong, sawi, bayam dan tomat. Untuk menghindari kerusakan dari gangguan ayam, sepanjang emper ditutupi dengan jaring.
Tiga pintu ruang kelas yang menjadi pintu masuk rumah dibuatkan pintu khusus dari jaring dan karung bekas.Â
Demikian pula dengan keamanan tanaman dari gangguan kerbau liar. Pagar bernama sulu' terpasang di sekitar eks bangunan sekolah yang kini populer dengan sebutan perumahan guru pondok cemara.Â
Berkat kreatifitas para ibu-ibu guru, mereka bisa menekan biaya belanja harian untuk memenuhi kebutuhan dapur. Istimewanya lagi, semua tanaman sayur dan bumbu dapur tersebut bebas pestisida dan pupuk kimia.Â
Pupuk kompos dari kotoran kerbau liar yang banyak di sekitar lokasi menjadi penyubur tanaman.Â
Jadi, hasil panen benar-benar organik dan menyehatkan.
Oya, tips ibu Riris dan rekan-rekannya untuk bisa menikmati tinggal di pelosok Tana  Toraja adalah memahami budaya dan kearifan masyarakat setempat. Mereka aktif dalam kegiatan dan ramah kepada warga.Â
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI